Rupiah Diperkirakan Sulit Keluar dari Tekanan
A
A
A
JAKARTA - Laju rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan masih tidak berdaya dimana terus bergerak melemah dan kini menyentuh area Rp13.200/USD. Meski didukung oleh sentimen domestik seperti 7 days reverse repo rate dan optimistis terhadap perbaikan ekonomi, namun mata uang Garuda masih akan sulit bangkit.
"Pelaku pasar nampak masih concern terhadap ketidakpastian yang terjadi di AS," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (23/8/2016).
(Baca Juga: USD Bangkit, Rupiah Ditutup Ambruk ke Level Rp13.200/USD)
Dia memprediksi rupiah terus mencari area supportnya dengan support Rp13.249/USD dan resisten Rp13.207/USD serta cermati sentimen yang ada yang mampu mempengaruhi laju rupiah.
Sementara, komentar pejabat The Fed yang cenderung hawkish pada konferensi tahunan di pekan ini mampu mengantarkan penguatan USD dan berdampak pada pelemahan mata uang Asia seperti yen, yuan, won, termasuk rupiah.
Pelemahan yang dialami mata uang Asia merupakan imbas jangka pendek atas reaksi pelaku pasar terhadap komentar tersebut sehingga berdampak pada adanya tekanan aksi jual para pelaku pasar. "Rupiah pun menjadi sulit keluar dari tekanan sehingga masih cenderung melanjutkan pelemahannya," pungkasnya.
"Pelaku pasar nampak masih concern terhadap ketidakpastian yang terjadi di AS," ujar Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (23/8/2016).
(Baca Juga: USD Bangkit, Rupiah Ditutup Ambruk ke Level Rp13.200/USD)
Dia memprediksi rupiah terus mencari area supportnya dengan support Rp13.249/USD dan resisten Rp13.207/USD serta cermati sentimen yang ada yang mampu mempengaruhi laju rupiah.
Sementara, komentar pejabat The Fed yang cenderung hawkish pada konferensi tahunan di pekan ini mampu mengantarkan penguatan USD dan berdampak pada pelemahan mata uang Asia seperti yen, yuan, won, termasuk rupiah.
Pelemahan yang dialami mata uang Asia merupakan imbas jangka pendek atas reaksi pelaku pasar terhadap komentar tersebut sehingga berdampak pada adanya tekanan aksi jual para pelaku pasar. "Rupiah pun menjadi sulit keluar dari tekanan sehingga masih cenderung melanjutkan pelemahannya," pungkasnya.
(akr)