Sri Mulyani Sudah Berpikir Matang Pangkas Anggaran
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku telah memikirkan secara matang atas keinginannya untuk memangkas anggaran belanja kementerian dan lembaga (K/L) pada APBNP 2016. Termasuk, pengaruh pemangkasan anggaran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dia mengatakan, jika hanya dilihat dari pemotongannya maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami kontraksi. Namun, sejauh ini Sri Mulyani masih yakin dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2% tahun ini.
"Mengenai APBN dan pengaruhnya ke growth. Kira-kira kalau hanya dilihat dari pemotongan memang harusnya ada kontraksi. Karena, kan berarti spending berkurang," katanya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (31/8/2016) malam.
Menurutnya, pemotongan anggaran yang dilakukannya karena target penerimaan negara yang terlalu tinggi dan dikhawatirkan tidak tercapai. Karena itu, dengan pemangkasan anggaran maka keseimbangan keuangan negara dapat terjadi.
"Jangan lupa bahwa Rp137 triliun itu kita potong karena dari sisi revenue-nya turun. Jadi, overall enggak terlalu dari sisi yang disebut government account, kita hanya mengoreksi yang bubble tadi sehingga balancit dan neraca income statement kita yang real," imbuh dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menambahkan, jika pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi maka hanya sekitar 0,1%. Hal ini sama dengan perkiraan Bank Indonesia (BI).
"Kalau ada pengaruhnya dari sisi growth, BI mengatakan akan mengoreksi 0,1%. Mungkin magnitude itu saya minta BKF (Badan Kebijakan Fiskal) untuk exercise modelling, dan hampir sama dengan BI. Jadi kalau pun ada koreksi dari sisi growth adalah sekitar 0,1%," tandas dia.
Dia mengatakan, jika hanya dilihat dari pemotongannya maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami kontraksi. Namun, sejauh ini Sri Mulyani masih yakin dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2% tahun ini.
"Mengenai APBN dan pengaruhnya ke growth. Kira-kira kalau hanya dilihat dari pemotongan memang harusnya ada kontraksi. Karena, kan berarti spending berkurang," katanya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (31/8/2016) malam.
Menurutnya, pemotongan anggaran yang dilakukannya karena target penerimaan negara yang terlalu tinggi dan dikhawatirkan tidak tercapai. Karena itu, dengan pemangkasan anggaran maka keseimbangan keuangan negara dapat terjadi.
"Jangan lupa bahwa Rp137 triliun itu kita potong karena dari sisi revenue-nya turun. Jadi, overall enggak terlalu dari sisi yang disebut government account, kita hanya mengoreksi yang bubble tadi sehingga balancit dan neraca income statement kita yang real," imbuh dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menambahkan, jika pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi maka hanya sekitar 0,1%. Hal ini sama dengan perkiraan Bank Indonesia (BI).
"Kalau ada pengaruhnya dari sisi growth, BI mengatakan akan mengoreksi 0,1%. Mungkin magnitude itu saya minta BKF (Badan Kebijakan Fiskal) untuk exercise modelling, dan hampir sama dengan BI. Jadi kalau pun ada koreksi dari sisi growth adalah sekitar 0,1%," tandas dia.
(izz)