Tren Neraca Perdagangan Agustus 2016 Diramalkan BI Akan Surplus
A
A
A
JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, neraca perdagangan di bulan Agustus 2016 akan meneruskan tren surplus. Meskipun Mirza mengaku belum melihat angkanya, namun dia meyakini akan terjadi surplus.
Mirza menjelaskan, ekspor Indonesia 70% berisikan komoditas dan 50%nya berisi non mihas sedangkan 20%nya adalah gas. Jika di komoditas tersebut mengalami kenaikan permintaan, maka ekspor diperkirakan akan meningkat.
"Saya belum lihat angkanya ya, tapi trennya memang perdagangan kita, ekspor impor, kembali lagi ekspor Indonesia itu 70% isinya komoditas. Mungkin sekitar 50% isinya nonmigas dan 20% sisanya adalah gas. Jadi jika ada recovery dan pemulihan di harga komodiats tambang dan perkebunan ditambah dengan harga ekspor gas membaik, maka ekspor ada kenaikan dan surplus," kata dia di gedung BI Jakarta, Senin (12/9/2016).
Namun demikian, kata Mirza, surplus tersebut angkanya tidak terlalu signifikan memang mengingat permintaan dari komoditi Indonesia yang masih belum stabil seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Tapi memang bukan suatu kenaikan yang signifikan. Sementara ada perbaikan di impor, namun karena impor mencerminkan permintaan dalam negeri, impor belum melonjak pesat, makanya ada ekspor dan itu ada pemulihan sedikit," pungkasnya.
Mirza menjelaskan, ekspor Indonesia 70% berisikan komoditas dan 50%nya berisi non mihas sedangkan 20%nya adalah gas. Jika di komoditas tersebut mengalami kenaikan permintaan, maka ekspor diperkirakan akan meningkat.
"Saya belum lihat angkanya ya, tapi trennya memang perdagangan kita, ekspor impor, kembali lagi ekspor Indonesia itu 70% isinya komoditas. Mungkin sekitar 50% isinya nonmigas dan 20% sisanya adalah gas. Jadi jika ada recovery dan pemulihan di harga komodiats tambang dan perkebunan ditambah dengan harga ekspor gas membaik, maka ekspor ada kenaikan dan surplus," kata dia di gedung BI Jakarta, Senin (12/9/2016).
Namun demikian, kata Mirza, surplus tersebut angkanya tidak terlalu signifikan memang mengingat permintaan dari komoditi Indonesia yang masih belum stabil seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Tapi memang bukan suatu kenaikan yang signifikan. Sementara ada perbaikan di impor, namun karena impor mencerminkan permintaan dalam negeri, impor belum melonjak pesat, makanya ada ekspor dan itu ada pemulihan sedikit," pungkasnya.
(dol)