Kredit Bermasalah Meningkat, Bank Diminta Waspada

Senin, 26 September 2016 - 15:35 WIB
Kredit Bermasalah Meningkat,...
Kredit Bermasalah Meningkat, Bank Diminta Waspada
A A A
JAKARTA - Industri perbankan diminta tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dan tetap waspada, kendati secara umum rasio kredit bermasalah cukup baik. Secara umum, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) mengalami peningkatan dari 3,18% menjadi 3,22%.

"Namun kita lihat ada beberapa bank yang cukup konservatif melakukan upaya penyehatan kualitas kreditnya seperti membangun unit khusus yang menangani penyehatan kreditnya. Ini merupakan langkah yang baik karena mereka (bank) sudah mengambil langkah konservatif dan yang terburuk sudah diperhitungkan," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo di Jakarta, Senin (26/9/2016).

Dia menambahkan Bank Indonesia juga telah meminta industri perbankan untuk menyelesaikan dan melakukan restrukturisasi. Berdasarkan data uang beredar yang dipublikasikan BI, kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Juli 2016 sebesar Rp4.168,4 triliun atau tumbuh 7,7% secara year on year (y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,2% y-o-y.

Menurunnya penyaluran kredit secara kuantitas per Juli 2016 lantaran perbankan melakukan konsolidasi dalam menghadapi non performing loan (NPL), sehingga bank-bank lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya.

"Tapi ada bank yang perlu waktu, karena mereka sudah melakukan konsolidasi. Ibaratnya, cadangan dari perbankan untuk kualitas kredit yang memburuk itu mereka (perbankan) hanya melihat kualitas kredit 345 saja, padahal yang dilakukan bank itu harusnya 12345," jelasnya.

Maka dari itu, kata Agus, jika rasio kredit bermasalah meningkat menjadi 3,2% maka akan ada prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh perbankan. Meski demikian, dia menilai perbankan sudah memiliki pencadangan yang cukup memadai untuk menghadapi NPL.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner LPS, Halim Alamsyah memperkirakan, ke depannya perbankan masih tetap akan selektif memberikan pendanaan dalam bentuk kredit ke debitur lantaran angka NPL mengalami peningkatan belakangan ini.

Berdasarkan pantauan, bank-bank masih akan cukup hati-hati dalam menyalurkan kredit seperti pada sektor pertambangan dan komoditas primer. Pasalnya, dua sektor ini tengah mengalami goncangan di pasar dunia karena anjloknya harga dan menjadi sebab utama NPL perbankan meningkat.

Akan tetapi, ke depan dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang dilakukan BI, maka diharapkan dapat meningkatkan kredit yang diikuti dengan penurunan NPL. "Ada optimisme terkait suku bunga, penurunan LTV untuk sektor properti dan konsumer kredit bisa memicu pertumbuhan kredit perbankan," imbuh dia.

Disisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus memantau perkembangan profil risiko lembaga jasa keuangan serta menyiapkan berbagai langkah yang diperlukan untuk memitigasi kemungkinan peningkatan risiko di sektor jasa keuangan, khususnya risiko kredit.

Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB Slamet Edy Purnomo menambahkan, koordinasi dengan pihak-pihak terkait juga terus diperkuat. "OJK melihat bahwa kondisi likuiditas dan permodalan lembaga jasa keuangan yang cukup baik perlu dioptimalisasikan untuk mendukung penguatan fungsi intermediasi dan membalikkan trend kenaikan NPL," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8308 seconds (0.1#10.140)