Para Konglomerat Penyokong Calon Presiden AS
A
A
A
NEW YORK - Pemilihan Presiden alias pesta demokrasi di Amerika Serikat tengah bergeliat pada pekan in--terlebih memasuki sesi debat perdana--hingga menuju Hari H pada 8 November mendatang. Sebagaimana lazimnya sebuah pesta, butuh dana untuk menyelenggarakannya.
Para kandidat Presiden, baik Hillary Rodham Clinton dari Partai Demokrat yang mendapat dukungan Presiden AS saat ini, Barack Obama dikabarkan mendapat dukungan dari banyak warga kaya Amerika.
Melansir dari Bloomberg, Senin (26/9/2016), bekas menteri luar negeri AS itu mengumpulkan dana kampanye sebesar USD21,1 juta atau sekitar Rp274,9 miliar (estimasi kurs Rp13.030/USD) dari 17 pendonor besar.
Sedangkan jagoan Partai Republik: Donald John Trump menerima dana kampanye USD1,02 juta ekuivalen Rp13,29 miliar dari 12 orang pengusaha.
Tentu saja angka-angka tersebut bukan total keseluruhan dana kampanye yang mereka terima. Karena peranan para konglomerat lainnya masih lebih besar lagi. Indeks Bloomberg menyebutkan kontribusi dari milarder AS terhadap Pilpres kali ini mencapai USD708 juta alias Rp9,2 triliun. Sokongan dana dari para konglomerat tersebut kini mendapat peningkatan pengawasan dari Komisi Pemilihan Federal.
Indeks Bloomberg menyebut miliarder George Soros menjadi pendonor terbesar, dengan memberi dana hampir USD11,9 juta setara dengan Rp155 miliar untuk Hillary. Soros, imigran asal Hungaria tersebut merupakan peringkat 17 orang paling kaya di Negeri Abang Sam dengan kekayaan USD24,7 miliar.
Co-founder hedge fund Renaissance Technologies yang juga mantan pemecah kode NSA, James Simons, merupakan penyumbang kedua terbesar kepada Hillary senilai USD7 juta. “Saya seorang Demokrat seumur hidup dan saya mendukung Hillary Clinton,” ujar Simmons kepada Bloomberg.
Menariknya, kendati Trump dikenal sebagai pengusaha namun pendukung miliardernya jauh lebih kecil, setidaknya sampai saat ini. Top donornya yang diungkapkan secara terbuka adalah pemilik Public Storage, Bradley Wayne Hughes Sr yang menyumbang USD449 ribu. Kemudian putri Hughes, Tamara Hughes Gustavson dengan sumbangan USD25 ribu.
“Pemilu ini akan menentukan jalannya Amerika untuk waktu yang lama ke masa depan,” terang Thomas Peterffy, yang menjadi alasan bos Interactive Broker Group Inc., tersebut mendukung Trump. Imigran Hungaria tersebut memberi sumbangan USD100 ribu untuk sang Capres dari Republik.
Sementara itu, pemodal asal New York, John Paulson yang merupakan orang ke-54 terkaya di AS menyumbang USD5.400 untuk mendukung Trump. Melalui juru bicaranya, Armel Leslie, kabarnya Paulson telah memberi sumbangan USD250 ribu pada Juni lalu, namun belum dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Federal.
Selintingan lain yang beredar, raja kasino Sheldon Adelson--orang terkaya ke-15 di AS dengan kekayaan USD29,2 miliar--memberikan dana USD5 juta untuk Trump. Dan pendiri Home Depot Inc., Bernard Marcus, peringkat 77 terkaya di AS dengan nilai USD6,2 miliar, berkomitmen sebesar USD3 juta kepada Trump. Namun cerita tersebut masih simpang siur dan kemungkinan kampanye untuk menjatuhkan Trump.
Pasalnya semua miliarder pendonor ketika dihubungi, ramai-ramai menolak berkomentar. Pengusaha musik David Geffen, Soros, dan Dustin Moskovitz menolak berkomentar soal sumbangan terhadap calon Presiden AS.
Begitu pula dengan pengusaha migas, Harold Hamm. Melalui juru bicaranya, Kristin Thomas, Hamm menolak membeberkan jumlah kontribusinya bagi Trump.
Para kandidat Presiden, baik Hillary Rodham Clinton dari Partai Demokrat yang mendapat dukungan Presiden AS saat ini, Barack Obama dikabarkan mendapat dukungan dari banyak warga kaya Amerika.
Melansir dari Bloomberg, Senin (26/9/2016), bekas menteri luar negeri AS itu mengumpulkan dana kampanye sebesar USD21,1 juta atau sekitar Rp274,9 miliar (estimasi kurs Rp13.030/USD) dari 17 pendonor besar.
Sedangkan jagoan Partai Republik: Donald John Trump menerima dana kampanye USD1,02 juta ekuivalen Rp13,29 miliar dari 12 orang pengusaha.
Tentu saja angka-angka tersebut bukan total keseluruhan dana kampanye yang mereka terima. Karena peranan para konglomerat lainnya masih lebih besar lagi. Indeks Bloomberg menyebutkan kontribusi dari milarder AS terhadap Pilpres kali ini mencapai USD708 juta alias Rp9,2 triliun. Sokongan dana dari para konglomerat tersebut kini mendapat peningkatan pengawasan dari Komisi Pemilihan Federal.
Indeks Bloomberg menyebut miliarder George Soros menjadi pendonor terbesar, dengan memberi dana hampir USD11,9 juta setara dengan Rp155 miliar untuk Hillary. Soros, imigran asal Hungaria tersebut merupakan peringkat 17 orang paling kaya di Negeri Abang Sam dengan kekayaan USD24,7 miliar.
Co-founder hedge fund Renaissance Technologies yang juga mantan pemecah kode NSA, James Simons, merupakan penyumbang kedua terbesar kepada Hillary senilai USD7 juta. “Saya seorang Demokrat seumur hidup dan saya mendukung Hillary Clinton,” ujar Simmons kepada Bloomberg.
Menariknya, kendati Trump dikenal sebagai pengusaha namun pendukung miliardernya jauh lebih kecil, setidaknya sampai saat ini. Top donornya yang diungkapkan secara terbuka adalah pemilik Public Storage, Bradley Wayne Hughes Sr yang menyumbang USD449 ribu. Kemudian putri Hughes, Tamara Hughes Gustavson dengan sumbangan USD25 ribu.
“Pemilu ini akan menentukan jalannya Amerika untuk waktu yang lama ke masa depan,” terang Thomas Peterffy, yang menjadi alasan bos Interactive Broker Group Inc., tersebut mendukung Trump. Imigran Hungaria tersebut memberi sumbangan USD100 ribu untuk sang Capres dari Republik.
Sementara itu, pemodal asal New York, John Paulson yang merupakan orang ke-54 terkaya di AS menyumbang USD5.400 untuk mendukung Trump. Melalui juru bicaranya, Armel Leslie, kabarnya Paulson telah memberi sumbangan USD250 ribu pada Juni lalu, namun belum dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Federal.
Selintingan lain yang beredar, raja kasino Sheldon Adelson--orang terkaya ke-15 di AS dengan kekayaan USD29,2 miliar--memberikan dana USD5 juta untuk Trump. Dan pendiri Home Depot Inc., Bernard Marcus, peringkat 77 terkaya di AS dengan nilai USD6,2 miliar, berkomitmen sebesar USD3 juta kepada Trump. Namun cerita tersebut masih simpang siur dan kemungkinan kampanye untuk menjatuhkan Trump.
Pasalnya semua miliarder pendonor ketika dihubungi, ramai-ramai menolak berkomentar. Pengusaha musik David Geffen, Soros, dan Dustin Moskovitz menolak berkomentar soal sumbangan terhadap calon Presiden AS.
Begitu pula dengan pengusaha migas, Harold Hamm. Melalui juru bicaranya, Kristin Thomas, Hamm menolak membeberkan jumlah kontribusinya bagi Trump.
(ven)