Perkuat BUMN, Mayoritas Negara Bentuk Holding

Rabu, 28 September 2016 - 15:48 WIB
Perkuat BUMN, Mayoritas...
Perkuat BUMN, Mayoritas Negara Bentuk Holding
A A A
JAKARTA - Pakar Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengatakan, hampir semua negara memperkuat BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang dimiliki dengan membentuk holding. Menurutnya contoh yang sudah ada terlihat sangat jelas mulai dari Singapura, Malaysia, Finlandia, Norwegia, hingga Prancis dan masih banyak lagi.

Dia menambahkan semua negara tersebut membentuk holding dalam satu kesatuan, tidak dipecah-pecah. “Mana ada BUMN yang tidak pakai holding di dunia ini?" kata Rhenald lewat keterangan tertulis yang diterima Sindonews, Jakarta, Rabu (28/9/2016).

(Baca Juga: Holding BUMN Dinilai Solusi Energi Nasional)

Dalam konteks tersebut dia mengingatkan jika holding BUMN energi gagal dibentuk, maka Indonesia akan mengalami kerugian besar. "Indonesia akan kehilangan daya saing dengan bangsa-bangsa lain. Sebab bangsa lain bisa maju karena mereka menerapkan pola holding," paparnya.

Selain kehilangan daya saing, kerugian lain menurutnya adalah, harga gas tetap akan tinggi dan Indonesia tidak akan bisa membangun infrastruktur yang lebih luas. “Akhirnya kita harus menggunakan modal dari pihak lain, utang dari pihak lain, dan kita juga harus membeli lebih mahal. Itu kerugian secara finansial,” lanjut dia.

Lebih lanjut dia menerangkan pembentukan holding BUMN Energi memang terkait dengan persoalan bangsa. Selain agar harga energi di tanah air bisa lebih murah, juga terkait dengan semakin habisnya energi fosil sehingga gas menjadi tumpuan energi masa mendatang.

Menurutnya yang menjadi persoalan, pada saat terjadi peralihan penggunaan energi, harga gas di Indonesia justru sangat tinggi. Di Sumatera Utara (Sumut), harga bahkan bisa mencapai USD12-14 per mmbtu. Harga tersebut, menurut Rhenald jauh lebih tinggi dibandingkan harga di luar negeri, bahkan dengan negara tetangga.

Persoalan lain, kata dia karena masing-masing BUMN memiliki investasi sendiri-sendiri, sehingga tidak ada sinergi. “Semua itu harus diselesaikan. Dan solusinya adalah dengan holding BUMN energi,” tegas Rhenald.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0746 seconds (0.1#10.140)