Pemerintah Dukung Sampoerna Perkuat Agro-Industri
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh program pertanian yang berkelanjutan dan menitikberatkan pada kesejahteraan petani, seperti dilakukan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna). Lewat program Sistem Produksi Terpadu (Integrated Production System), Sampoerna memperkenalkan dan menerapkan sistem produksi tembakau produktif, berdaya saing, efisien, sekaligus menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan.
Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Paul Janelle mengatakan, dukungan Sampoerna terhadap pemerintah Indonesia dilakukan melalui investasi jangka panjang di sektor agro-industri dalam mendukung pertumbuhan ekspor dan peningkatan ekonomi Indonesia.
“Kami bangga bisa memainkan peran penting dan strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara melalui peningkatan daya saing industri dan kontribusi sektor agro-industri. Kami berkomitmen untuk menjalankan kondisi usaha yang efisien dan ramah lingkungan demi menjaga lingkungan masyarakat terutama di wilayah yang menjadi pusat bisnis kami,” ujar Paul di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/10/2016).
Kepala Subdit Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian, Iswanto menyampaikan dukungannya terhadap program kemitraan yang dijalankan Sampoerna kepada para petani tembakau dan cengkeh ini. Menurutnya, program kemitraan semacam ini menjadi cara yang efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
“Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan Tanaman Semusim dan Rempah sangat mendukung sekali keberadaan program kemitraan, karena seperti contoh permasalahan di pertembakauan adalah produktivitas yang rendah kemudian adanya tata niaga yang kurang baik, itu dapat terselesaikan “ kata Iswanto.
Program yang dijalankan Sampoerna sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 untuk mewujudkan produk pertanian yang berkelanjutan serta menitikberatkan pada kesejahteraan petani.
Iswanto menuturkan berdasarkan rekapitulasi di seluruh Indonesia, dari 14 provinsi penghasil tembakau, hasilnya hampir dibawah 1 ton per hektare. Angka ini termasuk dibawah rata – rata produksi optimal. Namun dengan adanya kemitraan, dapat terjadi peningkatan produksi signifikan.
“Jadi ini yang perlu kita support karena bagaimanapun seperti tahun ini, dengan kualitasnya juga kurang bagus, kemudian imbasnya harga jual juga kurang bagus, maka biaya produksi tidak tertutup. Dengan adanya kemitraan-kemitraan ini mudah-mudahan harga tembakau di tiap petani itu tidak mengalami kerugian,“ tambah Iswanto.
Manager Leaf Agronomy PT HM Sampoerna Tbk Bakti Kurniawan menyatakan, program kemitraan yang dijalankan Sampoerna ini berlangsung secara berkesinambungan dimulai pada 2009.
IPS dijalankan melalui kontrak kerja sama di mana para petani mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani. Mereka juga mendapatkan informasi dan bimbingan mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices – GAP) untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, produktivitas, serta penghasilan yang diterima dari panen tembakau. Dengan sendirinya, kesejahteraan para petani juga akan membaik.
Program kemitraan ini sudah dijalankan di beberapa kota penghasil tembakau di Indonesia. Di Jawa Timur yakni Madura, Jember, Bondowoso dan Lumajang, serta wilayah sekitar Jawa Tengah di Rembang, Wonogiri, dan Purwodadi. Dari hanya 5 ribuan petani, saat ini sudah lebih dari 27 ribu petani mengikuti program ini.
Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Paul Janelle mengatakan, dukungan Sampoerna terhadap pemerintah Indonesia dilakukan melalui investasi jangka panjang di sektor agro-industri dalam mendukung pertumbuhan ekspor dan peningkatan ekonomi Indonesia.
“Kami bangga bisa memainkan peran penting dan strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara melalui peningkatan daya saing industri dan kontribusi sektor agro-industri. Kami berkomitmen untuk menjalankan kondisi usaha yang efisien dan ramah lingkungan demi menjaga lingkungan masyarakat terutama di wilayah yang menjadi pusat bisnis kami,” ujar Paul di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/10/2016).
Kepala Subdit Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian, Iswanto menyampaikan dukungannya terhadap program kemitraan yang dijalankan Sampoerna kepada para petani tembakau dan cengkeh ini. Menurutnya, program kemitraan semacam ini menjadi cara yang efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
“Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan Tanaman Semusim dan Rempah sangat mendukung sekali keberadaan program kemitraan, karena seperti contoh permasalahan di pertembakauan adalah produktivitas yang rendah kemudian adanya tata niaga yang kurang baik, itu dapat terselesaikan “ kata Iswanto.
Program yang dijalankan Sampoerna sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 untuk mewujudkan produk pertanian yang berkelanjutan serta menitikberatkan pada kesejahteraan petani.
Iswanto menuturkan berdasarkan rekapitulasi di seluruh Indonesia, dari 14 provinsi penghasil tembakau, hasilnya hampir dibawah 1 ton per hektare. Angka ini termasuk dibawah rata – rata produksi optimal. Namun dengan adanya kemitraan, dapat terjadi peningkatan produksi signifikan.
“Jadi ini yang perlu kita support karena bagaimanapun seperti tahun ini, dengan kualitasnya juga kurang bagus, kemudian imbasnya harga jual juga kurang bagus, maka biaya produksi tidak tertutup. Dengan adanya kemitraan-kemitraan ini mudah-mudahan harga tembakau di tiap petani itu tidak mengalami kerugian,“ tambah Iswanto.
Manager Leaf Agronomy PT HM Sampoerna Tbk Bakti Kurniawan menyatakan, program kemitraan yang dijalankan Sampoerna ini berlangsung secara berkesinambungan dimulai pada 2009.
IPS dijalankan melalui kontrak kerja sama di mana para petani mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani. Mereka juga mendapatkan informasi dan bimbingan mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices – GAP) untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, produktivitas, serta penghasilan yang diterima dari panen tembakau. Dengan sendirinya, kesejahteraan para petani juga akan membaik.
Program kemitraan ini sudah dijalankan di beberapa kota penghasil tembakau di Indonesia. Di Jawa Timur yakni Madura, Jember, Bondowoso dan Lumajang, serta wilayah sekitar Jawa Tengah di Rembang, Wonogiri, dan Purwodadi. Dari hanya 5 ribuan petani, saat ini sudah lebih dari 27 ribu petani mengikuti program ini.
(dmd)