ISEF Dapat Kembangkan Keuangan Syariah di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Kendati Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, namun industri keuangan syariah negeri ini masih tertinggal dari negara tetangga, Malaysia. Untuk meningkatkan keuangan syariah, Bank Indonesia berencana menghelat Indonesia Shari'a Economic Forum (ISEF) di Surabaya, Jawa Timur pada 25-30 Oktober 2016.
Agenda ISEF diantaranya mempromosikan dan mendekatkan produk dan jasa UMKM industri kreatif dan ketahanan pangan berbasis syariah kepada masyarakat. Dalam hal ini, BI menyediakan sarana pertemuan antara pelaku UMKM Industri kreatif dan Ketahanan pangan berbasis syariah dengan calon investor/lembaga keuangan dan potensial buyer (perusahaan besar dan masyarakat).
Selain itu ada edukasi dan perkenalan produk-produk keuangan syariah bagi masyarakat dan hiburan religi kepada masyarakat.
Direktur Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia Yunita Resmi Sari mengatakan keikutsertaan BI dalam ISEF dilatarbelakangi oleh pengembangan ISEF pertama pada tahun 2014 lalu.
"Keikutsertaan kami dalam ISEF tidak tiba tiba, ada benang merahnya. Benang merahnya di ISEF pertama. Ada MoU dengan Kemenag, dari situ berkembang. Intinya ada tiga yaitu bagaimana memberdayakan ekonomi pesantren melihat potensi ekonomi besar santri dan sisi tokoh pelaku ekonomi syariah. Lalu mendukung pengembangan ekonomi syariah, serta pilot project penguatan akses keuangan UMKM melalui pemanfaatan layanan keuangan syariah," papar Sari di Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Dia berharap acara ISEF ini dapat membuahkan inisiatif untuk memacu perkembangan ekonomi syariah dan mengangkat ekonomi syariah menjadi platform ekonomi syariah internasional.
"ISEF itu tujuan nomor satu ingin menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Bagaimana meningkatkan kesadaran dan komitmen semua pemangku kepentingan. Harus bersama-sama semua meningkatkan akses keuangan syariah kita," ungkapnya.
Kedepan, BI akan terus mendorong ekonomi keuangan syariah di Indonesia. Pasalnya, selama ini pasar keuangan syariah jika dibandingkan dengan konvensional volume transaksinya masih jauh tertinggal.
Agenda ISEF diantaranya mempromosikan dan mendekatkan produk dan jasa UMKM industri kreatif dan ketahanan pangan berbasis syariah kepada masyarakat. Dalam hal ini, BI menyediakan sarana pertemuan antara pelaku UMKM Industri kreatif dan Ketahanan pangan berbasis syariah dengan calon investor/lembaga keuangan dan potensial buyer (perusahaan besar dan masyarakat).
Selain itu ada edukasi dan perkenalan produk-produk keuangan syariah bagi masyarakat dan hiburan religi kepada masyarakat.
Direktur Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia Yunita Resmi Sari mengatakan keikutsertaan BI dalam ISEF dilatarbelakangi oleh pengembangan ISEF pertama pada tahun 2014 lalu.
"Keikutsertaan kami dalam ISEF tidak tiba tiba, ada benang merahnya. Benang merahnya di ISEF pertama. Ada MoU dengan Kemenag, dari situ berkembang. Intinya ada tiga yaitu bagaimana memberdayakan ekonomi pesantren melihat potensi ekonomi besar santri dan sisi tokoh pelaku ekonomi syariah. Lalu mendukung pengembangan ekonomi syariah, serta pilot project penguatan akses keuangan UMKM melalui pemanfaatan layanan keuangan syariah," papar Sari di Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Dia berharap acara ISEF ini dapat membuahkan inisiatif untuk memacu perkembangan ekonomi syariah dan mengangkat ekonomi syariah menjadi platform ekonomi syariah internasional.
"ISEF itu tujuan nomor satu ingin menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Bagaimana meningkatkan kesadaran dan komitmen semua pemangku kepentingan. Harus bersama-sama semua meningkatkan akses keuangan syariah kita," ungkapnya.
Kedepan, BI akan terus mendorong ekonomi keuangan syariah di Indonesia. Pasalnya, selama ini pasar keuangan syariah jika dibandingkan dengan konvensional volume transaksinya masih jauh tertinggal.
(ven)