Relaksasi LTV Belum Berpengaruh Kepada Permintaan Hunian di Yogyakarta

Kamis, 27 Oktober 2016 - 03:26 WIB
Relaksasi LTV Belum Berpengaruh Kepada Permintaan Hunian di Yogyakarta
Relaksasi LTV Belum Berpengaruh Kepada Permintaan Hunian di Yogyakarta
A A A
YOGYAKARTA - Pelonggaran Loan To Value (LTV) yang diberlakukan Bank Indonesia nampaknya mulai menunjukkan hasil. Kebijakan ini mulai membawa dampak positif terhadap outstanding kredit pemilikan rumah(KPR) yang diluncurkan oleh perbankan. Mereka mengklaim mulai ada perbaikan dari kredit yang mereka salurkan untuk kepemilikan rumah.

Branch Manager CIMB Niaga Yogyakarta, Sulistya Yuniarta mengklaim, sejak ada pemberlakuan relaksasi ketentuan LTV dari Bank Indonesia, kinerja KPR dari bank-nya mengalami perbaikan. Di semester kedua tahun ini, ia yakin kredit perumahan akan mengalami pertumbuhan lebih baik dibanding semester sebelumnya. “Semester kedua pasti akan lebih baik karena terlihat peningkatan transaksi,” tuturnya, Rabu (26/10/2016).

Optimisme di semester kedua tahun ini tidak lepas dari adanya peningkatan transaksi KPR di CIMB Niaga Yogyakarta. Ia mencatat, di kuartal ketiga tahun ini sudah mulai ada peningkatan sekitar 10% dibanding transaksi KPR di kuartal sebelumnya. Ia mengakui jika relaksasi LTV yang mengakibatkan penurunan down payment alias uang muka sangat membantu transaksi kredit perumahan ini.

Perbaikan transaksi kepemilikan rumah ini memang banyak dinikmati kalangan kelas menengah. Rumah yang paling banyak diminati dan mulai menunjukkan peningkatan adalah di kisaran harga Rp300 juta-Rp500 juta. Sementara untuk rumah menengah ke atas, di harga Rp1 miliar ke atas tetap stabil karena kecenderungan permintaannya adalah dalam bentuk cash.

Ia yakin, tahun ini kinerja KPR di Bank CIMB Niaga Yogyakarta akan mengalami peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan dibanding dengan tahun sebelumnya. Bahkan kemungkinan besar justru akan stagnan mengingat saat ini daya beli masyarakat belum menunjukkan peningkatan.

Peningkatan kredit yang terjadi di Bank CIMB Niaga di kuartal ketiga ini memang tidak akan lebih baik dibanding tahun lalu. “Ekonomi masih lambat, jadi daya beli masih terpengaruh,” ujarnya.

Pesimistis juga dirasakan para pelaku bisnis properti di Yogyakarta. Dewan Pengurus Daerah Realestat Indonesia (REI) Yogyakarta bahkan melakukan koreksi target penjualan rumah di tahun ini. Mereka pesimistis mampu menggapai target pemenuhan suplai rumah sebanyak 2.200 hunian di tahun 2016 ini. “Kami memperkirakan akan terkoreksi cukup banyak, sekitar 55%,” tutur Ketua DPD REI Yogyakarta, Nur Andi Wijayanto.

Kondisi perekonomian yang belum membaik dan berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat membawa dampak bagi industri ini. Hingga pertengahan tahun ini, pihaknya belum bisa merealisasikan suplai rumah. Bahkan suplai yang mereka sediakan masih di bawah angka 500 unit di akhir semester pertama.

Untuk menggapai 2.200 hunian di tahun 2016, sejatinya pada pertengahan tahun sudah harus mencapai 40%. Tetapi fakta yang terjadi, sampai dengan Juni kemarin baru terserap di bawah 500 unit. Artinya jauh di bawah 25%.

Penurunan capaian ini juga sebagai imbas dari menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk properti yang ada. “Kami mampu membangun berapa saja jumlahnya, tetapi lagi-lagi itu kembali pulang ke tangan konsumen. Kalau daya beli rendah, maka penjualan kami juga terdampak,” terangnya.

Ia berharap akan ada perbaikan kondisi perekonomian di Tanah Air, terutama paska pemberlakukan program tax amnesty dari pemerintah. Ia berharap adanya tax amnesty maka suplai dana akan semakin besar, daya beli masyarakat meningkat dan ekonomi di Indonesia kembali menggeliat sehingga bisnis properti kembali meningkat.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5265 seconds (0.1#10.140)