Kerja Cepat Menhub Buka Pelabuhan Labuan Bajo Diacungi Dua Jempol
A
A
A
JAKARTA - Kerja cepat yang dilakukan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mendapat acungan jempol dari rekan-rekannya di Kabinet Kerja. Salah satunya Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Hal ini setelah Menhub melakukan langkah cepat membuka pelabuhan khusus pariwisata di Labuan Bajo, NTT. Arief menilai pelabuhan khusus pariwisata sebagai fasilitas sandar kapal-kapal pesiar atau cruise dan yacht atau perahu pesiar di Labuan Bajo sebagai bentuk kerja serius.
Menurut Arief ini adalah dukungan konkret Kemenhub untuk membuka potensi kedatangan yacht, yang ditargetkan menembus 6.000 yachters sampai 2019.
“Pak Menhub Budi Karya sangat cepat mengeksekusi banyak bottlenecking! Cara kerjanya sudah seperti swasta saja, cepat, dan berorientasi pada customers. Terima kasih banyak Pak Menhub, itu sangat membuka peluang dan harapan bagi Wisata Bahari ke Labuan Bajo dengan ikon Komodo itu,” ungkapnya, dalam keterangannya, Senin (31/10/2016).
Menhub Budi Karya, saat meninjau Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Minggu (30/10/2016) menjelaskan, Labuan Bajo adalan satu di antara 10 top destinasi wisata yang diputuskan oleh Presiden Joko Widodo juga. Karena itu, kebutuhan pariwisata ini didahulukan, agar bisa cepat men-drive ekonomi yang lebih sustainable.
“Konsentrasikan Labuan Bajo ini sebagai pelabuhan turis dan penumpang. Tujuannya supaya yacht dan cruise bisa bersandar masuk ke sini,” ujarnya.
Jika fasilitas pelabuhan laut itu bisa direalisasi, optimisme Arief Yahya semakin berkobar. Selain sudah ditetapkan menjadi salah satu destinasi prioritas, potensi maritim di Labuan Bajo tergolong sangat istimewa. Bahkan, sudah menjadi terbaik di dunia.
CNN Travel 2015 menempatkan Labuan Bajo sebagai The Best Snorkel Site nomor dua, setelah Raja Ampat, Sorong. Nomor tiganya diisi Kepulauan Galapagos. Artis papan atas Hollywood sekelas Gwyneth Paltrow juga pernah mengakui kedahsyatan destinasi Labuan Bajo saat diwawancara Shivani Vora, wartawan New York Times, Maret 2016.
Inilah yang membuat Menhub Budi tergugah mengembangkan wisata yacht dan kapal pesiar yang paling cocok buat wisman. “Jadi wajar dan perlu dibangun berbagai fasilitas pendukung, seperti sarana transportasi ke destinasi unggulan di Labuan Bajo,” katanya.
Saat ini, peti kemas terlihat masih bertumpuk di Pelabuhan Labuan Bajo. Ke depan, fungsi pelabuhan barang akan dilaihkan ke pelabuhan lain. Fokus pelabuhan barang akan dialihkan ke Pelabuhan Maumere, Sikka. Pemisahan itu dilakukan agar tiap pelabuhan memiliki fokus serta tidak saling mendahului.
“Pemindahan itu tidak akan mengurangi pendapatan penduduk. Karena turis juga bisa jadi pendapatan penduduk sini. Di sini kerja 10 ribu. Lalu kita buat titik lagi. Jadi akan ada tambahan lapangan kerja. Penduduk sini, bisa saja buat restoran di bukit sana,” terang Budi.
Dia juga berencana membuat satu pelabuhan baru yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan. Namun, masih dilakukan pengkajian untuk mencari lokasi pelabuhan baru tersebut.
Soal pemindahan ini, Budi mengatakan, tidak butuh waktu lama. Mengenai pihak mana yang akan mengelola Pelabuhan Labuan Bajo sebagai pelabuhan penumpang, Budi mengatakan baik pihak swasta dan negeri saling bersinergi.
“Tidak lama. Untuk waktunya mungkin setahun. Saya sudah minta Pelindo untuk urus itu. (Pelni) tidak akan jadi yang ketiga. Sinergi semuanya. Karena ini semua aset negara. Termasuk swasta juga (pelihara) aset negara. Tidak boleh ada yang terpinggirkan,” tuturnya.
Keinginan Menhub tadi sejalan dengan program Kementerian Pariwisata. Sebelumnya, Kementerian di bawah komando Arief Yahya itu juga berkomitmen dengan pengembangan wisata dengan pembangunan banyak marina atau dermaga yacht di Tanah Air. Termasuk Labuan Bajo.
“Kami jadi makin optimistis menangkap potensi pasar 6.000 yacht. Kalau sudah disupport Kemenhub, mimpi meraup devisa Rp 6 triliun dengan asumsi setiap yacht dapat menghabiskan Rp 1 miliar setiap kali datang, sangat mungkin bisa diraih.” kata Deputi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana. .
Birokrasi dan perizinan yang selama ini menghambat masuknya yacht dan kapal pesiar ke Indonesia sudah dipangkas. Sekarang, yachter-yachter dunia langsung disambut dengan pengurusan dokumentasi yang tidak ribet. CAIT, untuk izin masuk yacht ke perairan Indonesia, bisa diakses dengan cara yang sangat mudah. Tinggal klik http://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, para yachter sudah bisa masuk ke Indonesia.
Deregulasi lain yang sudah dilakukan adalah Cabotage Cruise, atau kapal pesiar asing, yang boleh menaik-turunkan penumpang di sejumlah pelabuhan di Indonesia. “Nah, di sini diharapkan bisa meningkatkan jumlah cruise berbendera asing yang datang ke Indonesia, dari 400 cruise pada 2014, menjadi 1.000 cruise pada 2019, dan meraup devisa USD300 juta,” tandas Pitana.
Hal ini setelah Menhub melakukan langkah cepat membuka pelabuhan khusus pariwisata di Labuan Bajo, NTT. Arief menilai pelabuhan khusus pariwisata sebagai fasilitas sandar kapal-kapal pesiar atau cruise dan yacht atau perahu pesiar di Labuan Bajo sebagai bentuk kerja serius.
Menurut Arief ini adalah dukungan konkret Kemenhub untuk membuka potensi kedatangan yacht, yang ditargetkan menembus 6.000 yachters sampai 2019.
“Pak Menhub Budi Karya sangat cepat mengeksekusi banyak bottlenecking! Cara kerjanya sudah seperti swasta saja, cepat, dan berorientasi pada customers. Terima kasih banyak Pak Menhub, itu sangat membuka peluang dan harapan bagi Wisata Bahari ke Labuan Bajo dengan ikon Komodo itu,” ungkapnya, dalam keterangannya, Senin (31/10/2016).
Menhub Budi Karya, saat meninjau Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Minggu (30/10/2016) menjelaskan, Labuan Bajo adalan satu di antara 10 top destinasi wisata yang diputuskan oleh Presiden Joko Widodo juga. Karena itu, kebutuhan pariwisata ini didahulukan, agar bisa cepat men-drive ekonomi yang lebih sustainable.
“Konsentrasikan Labuan Bajo ini sebagai pelabuhan turis dan penumpang. Tujuannya supaya yacht dan cruise bisa bersandar masuk ke sini,” ujarnya.
Jika fasilitas pelabuhan laut itu bisa direalisasi, optimisme Arief Yahya semakin berkobar. Selain sudah ditetapkan menjadi salah satu destinasi prioritas, potensi maritim di Labuan Bajo tergolong sangat istimewa. Bahkan, sudah menjadi terbaik di dunia.
CNN Travel 2015 menempatkan Labuan Bajo sebagai The Best Snorkel Site nomor dua, setelah Raja Ampat, Sorong. Nomor tiganya diisi Kepulauan Galapagos. Artis papan atas Hollywood sekelas Gwyneth Paltrow juga pernah mengakui kedahsyatan destinasi Labuan Bajo saat diwawancara Shivani Vora, wartawan New York Times, Maret 2016.
Inilah yang membuat Menhub Budi tergugah mengembangkan wisata yacht dan kapal pesiar yang paling cocok buat wisman. “Jadi wajar dan perlu dibangun berbagai fasilitas pendukung, seperti sarana transportasi ke destinasi unggulan di Labuan Bajo,” katanya.
Saat ini, peti kemas terlihat masih bertumpuk di Pelabuhan Labuan Bajo. Ke depan, fungsi pelabuhan barang akan dilaihkan ke pelabuhan lain. Fokus pelabuhan barang akan dialihkan ke Pelabuhan Maumere, Sikka. Pemisahan itu dilakukan agar tiap pelabuhan memiliki fokus serta tidak saling mendahului.
“Pemindahan itu tidak akan mengurangi pendapatan penduduk. Karena turis juga bisa jadi pendapatan penduduk sini. Di sini kerja 10 ribu. Lalu kita buat titik lagi. Jadi akan ada tambahan lapangan kerja. Penduduk sini, bisa saja buat restoran di bukit sana,” terang Budi.
Dia juga berencana membuat satu pelabuhan baru yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan. Namun, masih dilakukan pengkajian untuk mencari lokasi pelabuhan baru tersebut.
Soal pemindahan ini, Budi mengatakan, tidak butuh waktu lama. Mengenai pihak mana yang akan mengelola Pelabuhan Labuan Bajo sebagai pelabuhan penumpang, Budi mengatakan baik pihak swasta dan negeri saling bersinergi.
“Tidak lama. Untuk waktunya mungkin setahun. Saya sudah minta Pelindo untuk urus itu. (Pelni) tidak akan jadi yang ketiga. Sinergi semuanya. Karena ini semua aset negara. Termasuk swasta juga (pelihara) aset negara. Tidak boleh ada yang terpinggirkan,” tuturnya.
Keinginan Menhub tadi sejalan dengan program Kementerian Pariwisata. Sebelumnya, Kementerian di bawah komando Arief Yahya itu juga berkomitmen dengan pengembangan wisata dengan pembangunan banyak marina atau dermaga yacht di Tanah Air. Termasuk Labuan Bajo.
“Kami jadi makin optimistis menangkap potensi pasar 6.000 yacht. Kalau sudah disupport Kemenhub, mimpi meraup devisa Rp 6 triliun dengan asumsi setiap yacht dapat menghabiskan Rp 1 miliar setiap kali datang, sangat mungkin bisa diraih.” kata Deputi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana. .
Birokrasi dan perizinan yang selama ini menghambat masuknya yacht dan kapal pesiar ke Indonesia sudah dipangkas. Sekarang, yachter-yachter dunia langsung disambut dengan pengurusan dokumentasi yang tidak ribet. CAIT, untuk izin masuk yacht ke perairan Indonesia, bisa diakses dengan cara yang sangat mudah. Tinggal klik http://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, para yachter sudah bisa masuk ke Indonesia.
Deregulasi lain yang sudah dilakukan adalah Cabotage Cruise, atau kapal pesiar asing, yang boleh menaik-turunkan penumpang di sejumlah pelabuhan di Indonesia. “Nah, di sini diharapkan bisa meningkatkan jumlah cruise berbendera asing yang datang ke Indonesia, dari 400 cruise pada 2014, menjadi 1.000 cruise pada 2019, dan meraup devisa USD300 juta,” tandas Pitana.
(dmd)