Rupiah Berakhir Lemas, Pound Sterling Pukul Dolar
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada penutupan perdagangan Rabu (2/11/2016) lunglai 10 poin atau 0,08% ke Rp13.057/USD.
Pagi tadi, rupiah di indeks Bloomberg, dibuka turun tipis 1 poin atau 0,01% ke level Rp13.048/USD. Sepanjang hari ini, rupiah di pasar spot bergerak di level Rp13.045-Rp13.078 per USD.
Data Yahoo Finance, Rabu ini, mata uang Garuda berakhir jatuh 15 poin atau 0,12% ke posisi Rp13.055/USD, dibandingkan penutupan kemarin di posisi Rp13.040/USD. Seharian ini, rupiah bergerak di Rp13.033-Rp13.065 per USD.
Data SINDOnews yang bersumber dari Limas, mata uang NKRI ditutup jatuh ke Rp13.070 alias terdepresiasi dari 25 poin dari Rp13.045 pada penutupan Selasa kemarin.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menetapkan rupiah pada Rabu (2/11) berada di Rp13.058, alias bearish 22 poin dari posisi Selasa lalu, yaitu Rp13.036/USD.
Lemahnya rupiah disebabkan indeks manufaktur Indonesia yang turun dan pesimisnya prospek pertumbuhan ekonomi ke depan.
Sementara itu, melansir CNBC, Rabu (2/11), indeks USD terhadap sekeranjang mata uang turun ke 97,696 pada pukul 15:12 HK/SIN, dibandingkan tingkat 98 pada posisi kemarin. Meski demikian, USD masih perkasa terhadap won Korea Selatan, yang melemah ke 1.148,45. Kasus politik di Negeri Ginseng, membuat won lemah sejak tiga setengah bulan ini. Bahkan pada Oktober barusan, won Korea sudah terdepresiasi sebanyak 3,5% terhadap USD.
Melemahnya USD membuat pound sterling Inggris bangkit dari keterpurukan. Pound naik sepertiga persen menjadi USD1,2285, tertinggi sejak 20 Oktober 2016. Reuters, Rabu (2/11) menulis Sterling memukul USD dalam dua pekan akibat kekhawatiran tentang panasnya situasi Pilpres Amerika. Selain itu, menguatnya mata uang Ratu Elizabeth II karena data sektor konstruksi yang positif menjadi petunjuk baru bagi kesehatan ekonomi Inggris.
Pagi tadi, rupiah di indeks Bloomberg, dibuka turun tipis 1 poin atau 0,01% ke level Rp13.048/USD. Sepanjang hari ini, rupiah di pasar spot bergerak di level Rp13.045-Rp13.078 per USD.
Data Yahoo Finance, Rabu ini, mata uang Garuda berakhir jatuh 15 poin atau 0,12% ke posisi Rp13.055/USD, dibandingkan penutupan kemarin di posisi Rp13.040/USD. Seharian ini, rupiah bergerak di Rp13.033-Rp13.065 per USD.
Data SINDOnews yang bersumber dari Limas, mata uang NKRI ditutup jatuh ke Rp13.070 alias terdepresiasi dari 25 poin dari Rp13.045 pada penutupan Selasa kemarin.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menetapkan rupiah pada Rabu (2/11) berada di Rp13.058, alias bearish 22 poin dari posisi Selasa lalu, yaitu Rp13.036/USD.
Lemahnya rupiah disebabkan indeks manufaktur Indonesia yang turun dan pesimisnya prospek pertumbuhan ekonomi ke depan.
Sementara itu, melansir CNBC, Rabu (2/11), indeks USD terhadap sekeranjang mata uang turun ke 97,696 pada pukul 15:12 HK/SIN, dibandingkan tingkat 98 pada posisi kemarin. Meski demikian, USD masih perkasa terhadap won Korea Selatan, yang melemah ke 1.148,45. Kasus politik di Negeri Ginseng, membuat won lemah sejak tiga setengah bulan ini. Bahkan pada Oktober barusan, won Korea sudah terdepresiasi sebanyak 3,5% terhadap USD.
Melemahnya USD membuat pound sterling Inggris bangkit dari keterpurukan. Pound naik sepertiga persen menjadi USD1,2285, tertinggi sejak 20 Oktober 2016. Reuters, Rabu (2/11) menulis Sterling memukul USD dalam dua pekan akibat kekhawatiran tentang panasnya situasi Pilpres Amerika. Selain itu, menguatnya mata uang Ratu Elizabeth II karena data sektor konstruksi yang positif menjadi petunjuk baru bagi kesehatan ekonomi Inggris.
(ven)