Sultan Berharap Kawasan Bandara NYIA Jadi Kawasan Logistik

Senin, 28 November 2016 - 23:05 WIB
Sultan Berharap Kawasan Bandara NYIA Jadi Kawasan Logistik
Sultan Berharap Kawasan Bandara NYIA Jadi Kawasan Logistik
A A A
YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menantang kalangan dunia usaha di Yogyakarta untuk lebih kreatif lagi menyusul akan dioperasionalkannya bandara baru di Kulon Progo, New Yogyarkarta International Airport. Sebab, keberadaan bandara baru ini akan menjadi sebuah titik tolak perubahan yang ada di wilayah ini.

Sultan berharap kawasan bandara baru menjadi kawasan logistik yang juga kawasan bebas pajak. Dengan keberadaan kawasan bebas pajak tersebut, nantinya akan ada efisiensi biaya yang bisa dihemat oleh kalangan dunia usaha di Yogyakarta. Sehingga ke depan, para pelaku usaha di Yogyakarta mampu meningkatkan produktivitas mereka dalam berbagai hal.

"Tidak hanya semata pariwisata seperti yang didengungkan akhir-akhir ini. Tetapi bandara baru bisa memberi manfaat lebih besar dari pariwisata," tandasnya saat diskusi Peran Bandara Baru dalam Pembangunan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta di Hotel Royal Ambarrukmo, Senin (28/11/2016).

Sultan mengatakan, sebenarnya ia sudah berbicara terkait kawasan bebas pajak tersebut sejak tahun 2006 lalu. Saat itu sudah ada kesepakatan terkait dengan ekspor lobster ke Singapura. Yogyakarta bersedia melakukan ekspor lobster ke Singapura tapi karena beberapa persoalan maka ekspor tersebut sering mengalami kendala.

Ekspor-ekspor tersebut sebenarnya bisa diterapkan lagi dengan keberadaan bandara baru. Ia berharap kalangan dunia usaha bisa lebih kreatif untuk menangkap peluang tersebut. Karena banyak yang bisa digarap kalangan dunia usaha di Yogyakarta, tidak hanya sekedar ekspor antarnegara, juga bisa antardaerah.

Ia pun mengharapkan agar pemerintah pusat segera merealisasikan keberadaan inlandport di Yogyakarta. Meski sudah digagas oleh pemerintah Yogyakarta sejak belasan tahun yang lalu, tetapi ternyata sampai saat ini belum bisa terlaksana. Sebab, sampai saat ini untuk mengajukan inlandport harus mendapat persetujuan dari pengelola pelabuhan di Semarang.

"Untuk meminta kuota ekspor, kami sangat tergantung dari persetujuan Semarang. Masak harus seperti itu, makanya dengan adanya bandara baru, harapan saya nanti inlandport akan segera terwujud sehingga mampu mendongkrak ekspor Yogyakarta," tandasnya.

Sultan menandaskan, dengan keberadaan kawasan bebas pajak tersebut nantinya akan menghembat biaya sekitar 30%. Karena barang baru akan dikenai pajak setelah keluar dari bandara. Dengan penurunan biaya tersebut, maka barang-barang dari Yogyakarta akan mampu bersaing dengan barang-barang dari daerah lain.

Keberadaan bandara baru tersebut sangat penting karena akan mengubah lokal menjadi global, artinya Yogyakarta sudah memasuki globalisasi. Hal ini tentu menuntut kesiapan dari masyarakat untuk menyikapi perubahan tersebut. Kalangan dunia usaha juga harus bersikap, tidak hanya menjadi penonton semata. "Kami tidak hanya melihat kaki penumpang yang turun. Tetapi kita sudah harus berbicara jauh sebelum pesawat itu datang," ujarnya.

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta, Lincolin Arsyad mengatakan, bandara baru memang mampu menjadi motor penggerak dari ekonomi di Yogyakarta. Hanya saja, perlu pemerataan dari dampak keberadaan bandara tersebut. Sumber daya manusia harus benar-benar disiapkan untuk menyambut bandara baru agar warga Yogyakarta tidak sekadar menjadi penonton semata. "Saya memprediksi, sekitar 50.000 tenaga kerja akan terserap dari keberadaan bandara baru ini," tuturnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1466 seconds (0.1#10.140)