Industri Mamin Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi 2016
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyesikan industri pengolahan nonmigas tumbuh sekitar 4,67%-5% dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5%-5,3% hingga akhir 2016.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, dari segi pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) masih tertinggi dibanding sektor lain. Sektor industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi sebesar 17,82% terhadap total PDB nasional pada triwulan III/2016.
"Ada 4 subsektor industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sektor industri nonmigas, yaitu industri makanan dan minuman sebesar 33,61%, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 10,68%, industri alat angkutan sebesar 10,35%, serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 10,05%," paparnya di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Dia menuturkan, pertumbuhan industri tahun ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sebelumnya dikarenakan masih mengalami recovery. "Industri tahun ini masih mengalami demand di 2014 yang terjadi penurunan luar biasa akibat dari harga komoditas yang turun drastis," terang dia.
Menurutnya, pada 2015-2016 sudah mulai recovery sehingga diharapkan pada 2017 bisa tumbuh lebih tinggi lagi. "Tahun 2017 kita mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi dengan beberapa prasyarat yang dipenuhi, apakah itu infrastruktur industri, harga optimum dari harga gas, harga listrik, itu semua akan meningkatkan pertumbuhan," tutur Airlangga.
Dari sisi ekspor, pada periode Januari-November 2016, industri pengolahan nonmigas membukukan nilai sebesar USD99,65 miliar atau memberikan kontribusi 76,3% terhadap ekspor nasional yang mencapai USD130,65 miliar.
"Kontribusi tersebut lebih besar bila dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 72,18%. Sedangkan nilai impor industri pengolahan nonmigas sebesar USD97,98 miliar. Pada Januari-November 2016 terdapat surplus neraca perdagangan sektor industri sebesar USD1,67 miliar," katanya.
Airlangga melanjutkan, investasi sektor industri juga menjadi motor pertumbuhan sektor industri. Pada Januari-September 2016, investasi PMDN sektor industri mencapai Rp75,41 triliun atau naik 19,6% dibanding periode sama tahun lalu. "Sedangkan investasi PMA sektor industri mencapai USD13,09 miliar atau naik 53,6% dibanding periode sama tahun sebelumnya," ungkap dia.
Sementara, untuk jumlah tenaga kerja yang bergerak di sektor industri mengalami peningkatan. Hingga Agustus 2016 mencapai sebesar 15,54 juta orang atau naik 1,87% dibanding periode sama pada tahun sebelumnya.
Sementara, industri pengolahan nonmigas diproyeksikan tumbuh berkisar 5,3%-5,6% tahun 2017 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,4%. Subsektor industri yang diperkirakan akan tumbuh paling tinggi dan menjadi motor pertumbuhan masih disumbang oleh industri makanan dan minuman.
Menurutnya, pemerintah optimistis kondisi perekonomian nasional akan lebih stabil dan membaik sehingga menumbuhkan iklim investasi yang kondusif bagi sektor industri.
"Tentu kita akan melihat perkembangan industri makanan dan minuman karena dari segi industri kita ingin lebih tinggi sebetulnya. Tapi kalau dilihat dari segi perusahaan, kita lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," jelasnya.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, Kemenperin memproyeksi industri mamin yang tumbuh dikisaran 8,2%-8,5% hingga akhir tahun ini akan turun ke kisaran 7,5%-7,8% pada 2017.
"Proyeksi pertumbuhan 2017 memang diperhitungkan sebagai pertumbuhan yang realistis yakni sebesar 7% karena biasanya menjelang Lebaran dan Natal mengalami lonjakan. Jadi, saya kira pertumbuhan 7,5%-7,8% melihat perkembangan yang ada," ujarnya.
Dia mengatakan, ketersedian bahan baku juga perlu diperhatikan sehingga tidak mengganggu pertumbuhan industri mamin. "Jangan sampai ada aturan yang mengganggu supply chain bahan baku karena sangat berbahaya bagi pertumbuhan industri makanan dan minuman yang saat ini masih menjadi penyumbang terbesar industri nonmigas," tandasnya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, dari segi pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) masih tertinggi dibanding sektor lain. Sektor industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi sebesar 17,82% terhadap total PDB nasional pada triwulan III/2016.
"Ada 4 subsektor industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sektor industri nonmigas, yaitu industri makanan dan minuman sebesar 33,61%, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 10,68%, industri alat angkutan sebesar 10,35%, serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 10,05%," paparnya di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Dia menuturkan, pertumbuhan industri tahun ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sebelumnya dikarenakan masih mengalami recovery. "Industri tahun ini masih mengalami demand di 2014 yang terjadi penurunan luar biasa akibat dari harga komoditas yang turun drastis," terang dia.
Menurutnya, pada 2015-2016 sudah mulai recovery sehingga diharapkan pada 2017 bisa tumbuh lebih tinggi lagi. "Tahun 2017 kita mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi dengan beberapa prasyarat yang dipenuhi, apakah itu infrastruktur industri, harga optimum dari harga gas, harga listrik, itu semua akan meningkatkan pertumbuhan," tutur Airlangga.
Dari sisi ekspor, pada periode Januari-November 2016, industri pengolahan nonmigas membukukan nilai sebesar USD99,65 miliar atau memberikan kontribusi 76,3% terhadap ekspor nasional yang mencapai USD130,65 miliar.
"Kontribusi tersebut lebih besar bila dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 72,18%. Sedangkan nilai impor industri pengolahan nonmigas sebesar USD97,98 miliar. Pada Januari-November 2016 terdapat surplus neraca perdagangan sektor industri sebesar USD1,67 miliar," katanya.
Airlangga melanjutkan, investasi sektor industri juga menjadi motor pertumbuhan sektor industri. Pada Januari-September 2016, investasi PMDN sektor industri mencapai Rp75,41 triliun atau naik 19,6% dibanding periode sama tahun lalu. "Sedangkan investasi PMA sektor industri mencapai USD13,09 miliar atau naik 53,6% dibanding periode sama tahun sebelumnya," ungkap dia.
Sementara, untuk jumlah tenaga kerja yang bergerak di sektor industri mengalami peningkatan. Hingga Agustus 2016 mencapai sebesar 15,54 juta orang atau naik 1,87% dibanding periode sama pada tahun sebelumnya.
Sementara, industri pengolahan nonmigas diproyeksikan tumbuh berkisar 5,3%-5,6% tahun 2017 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,4%. Subsektor industri yang diperkirakan akan tumbuh paling tinggi dan menjadi motor pertumbuhan masih disumbang oleh industri makanan dan minuman.
Menurutnya, pemerintah optimistis kondisi perekonomian nasional akan lebih stabil dan membaik sehingga menumbuhkan iklim investasi yang kondusif bagi sektor industri.
"Tentu kita akan melihat perkembangan industri makanan dan minuman karena dari segi industri kita ingin lebih tinggi sebetulnya. Tapi kalau dilihat dari segi perusahaan, kita lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," jelasnya.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, Kemenperin memproyeksi industri mamin yang tumbuh dikisaran 8,2%-8,5% hingga akhir tahun ini akan turun ke kisaran 7,5%-7,8% pada 2017.
"Proyeksi pertumbuhan 2017 memang diperhitungkan sebagai pertumbuhan yang realistis yakni sebesar 7% karena biasanya menjelang Lebaran dan Natal mengalami lonjakan. Jadi, saya kira pertumbuhan 7,5%-7,8% melihat perkembangan yang ada," ujarnya.
Dia mengatakan, ketersedian bahan baku juga perlu diperhatikan sehingga tidak mengganggu pertumbuhan industri mamin. "Jangan sampai ada aturan yang mengganggu supply chain bahan baku karena sangat berbahaya bagi pertumbuhan industri makanan dan minuman yang saat ini masih menjadi penyumbang terbesar industri nonmigas," tandasnya.
(izz)