Alasan Pilot Asing Jadi Pilihan Utama Maskapai Nasional
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengungkapkan, pilot asing menjadi pilihan maskapai di Indonesia karena jam terbang yang lebih tinggi. Di sisi lain, jumlah pilot di Tanah Air tidak sebanding dengan jumlah pesawat.
Presidium MTI Soegeng Poernomo mengatakan, calon pilot di Indonesia ketika sudah memenuhi pendidikan dengan memperoleh 1.000 jam terbang. Sedangkan, pilot asing setelah waktu pendidikan selesai memperoleh 3.000 jam terbang.
"Nah itu kenapa pilot kita sedikit. Seperti Maskapai Susi Air, semua pilotnya orang asing. Ini karena pilot asing sekali lulus sudah 3.000 jam terbang," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Dari catatan Badan Pengembangan SDM Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Indonesia tercatat masih kekurangan sekira 700 pilot per tahun. Kebutuhan tersebut dihitung berdasarkan jumlah pesawat baru yang didatangkan setiap tahun yakni 70 unit.
Lebih lanjut dia menjelaskan, alasan lain pilot asing lebih dipilih karena bayarannya tidak terlalu mahal. Sehingga maskapai menganggap lebih baik memakai jasa mereka karena sudah berpengalaman dan efisien. "Mereka kan cuma cari jam terbang saja. Setelah itu balik lagi ke negaranya, ketika jam terbang mereka mencapai 6.000 jam," paparnya.
Presidium MTI Soegeng Poernomo mengatakan, calon pilot di Indonesia ketika sudah memenuhi pendidikan dengan memperoleh 1.000 jam terbang. Sedangkan, pilot asing setelah waktu pendidikan selesai memperoleh 3.000 jam terbang.
"Nah itu kenapa pilot kita sedikit. Seperti Maskapai Susi Air, semua pilotnya orang asing. Ini karena pilot asing sekali lulus sudah 3.000 jam terbang," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Dari catatan Badan Pengembangan SDM Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Indonesia tercatat masih kekurangan sekira 700 pilot per tahun. Kebutuhan tersebut dihitung berdasarkan jumlah pesawat baru yang didatangkan setiap tahun yakni 70 unit.
Lebih lanjut dia menjelaskan, alasan lain pilot asing lebih dipilih karena bayarannya tidak terlalu mahal. Sehingga maskapai menganggap lebih baik memakai jasa mereka karena sudah berpengalaman dan efisien. "Mereka kan cuma cari jam terbang saja. Setelah itu balik lagi ke negaranya, ketika jam terbang mereka mencapai 6.000 jam," paparnya.
(akr)