Wow, Harga Cabai Rawit Tembus Rp100 Ribu/Kg
A
A
A
YOGYAKARTA - Menjelang pergantian tahun, harga cabai melambung tinggi. Hal ini seperti terjadi di pasar Argosari Gunungkidul, Yogyakartra harga cabai rawit tembus hingga Rp100 ribu per kilogram (kg).
Mahalnya harga cabai rawit ini membuat pembeli berpikir ulang untuk membeli dalam jumlah yang banyak. Salah seorang pedagang bumbu di pasar Argosari, Yanti mengaku harga cabai rawit kini mencapai Rp100 ribu per kg.
Tingginya harga tersebut akibat minimnya pasokan yang masuk ke pasar yang berada di tengah kota tersebut. Akibat mahalnya harga cabai tersebut, dia juga tidak berani menyediakan stok dalam jumlah banyak. "Kalau nyetok banyak takut tidak laku dan bisa membusuk. Nanti rugi," tuturnya di Gunungkidul, Selasa (27/12/2016).
Tingginya harga cabai rawit hingga Rp100 ribu per kg tersebut terjadi dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, harga cabai rawit hanya berkisar di kisaran Rp80.000 per kg. Dia tidak mengetahui sampai kapan harga cabai rawit akan bertahan tinggi.
Namun, diharapkan harga cabai rawit akan berangsur turun, sehingga penjualannya kembali normal sebelum naik. Selain mengurangi stok, tingginya harga cabai rawit ini membuat penjualannya mengalami penurunan.
Sebab, para pembeli juga mengurangi pembelian mereka. Jika sebelumnya pelangganya membeli mulai dari 1-2 kg. Hanya saja saat ini pelanggannya hanya membeli sebanyak 1-2 ons.
Selain harga cabai rawit yang melambung, harga cabai merah besar juga tembus di angka Rp60.000 per kg. Sepekan sebelumnya, harga cabai merah besar hanya sekitar Rp50.000 per kg.
Sementara, harga telur ayam ras juga mulai menunjukkan kenaikan dari Rp20.000 menjadi Rp21.000 per kg. Dan harga bawang merah sekarang naik dari Rp28.000 per kg menjadi Rp30.000 per kg. "Saya tidak tahu penyebabnya. Tapi katanya karena hujan jadi yang panen sedikit," tambahnya.
Ana, salah seorang pembeli asal Patuk mengeluhkan harga cabai rawit yang cukup tinggi tersebut. Kendati tinggi, sebagai penggila cabai dia tetap berusaha membelinya. Namun jumlahnya jauh menurun dibanding sebelumnya.
Baginya, yang penting bisa menikmati cabai meski hanya sedikit. "Sekarang saya beli 1 ons. Itu saja harganya Rp10.000," ujar Ana.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristiono memperkirakan, naiknya harga cabai akan tetap memengaruhi inflasi. Sama seperti inflasi bulan lalu, cabai merah berpengaruh besar terhadap inflasi.
Rendahnya pasokan akibat pengaruh cuaca ini menyababkan harga cabai mengalami peningkatan. "Nanti akhir tahun inflasi ada kecenderungan naik," ujarnya.
Mahalnya harga cabai rawit ini membuat pembeli berpikir ulang untuk membeli dalam jumlah yang banyak. Salah seorang pedagang bumbu di pasar Argosari, Yanti mengaku harga cabai rawit kini mencapai Rp100 ribu per kg.
Tingginya harga tersebut akibat minimnya pasokan yang masuk ke pasar yang berada di tengah kota tersebut. Akibat mahalnya harga cabai tersebut, dia juga tidak berani menyediakan stok dalam jumlah banyak. "Kalau nyetok banyak takut tidak laku dan bisa membusuk. Nanti rugi," tuturnya di Gunungkidul, Selasa (27/12/2016).
Tingginya harga cabai rawit hingga Rp100 ribu per kg tersebut terjadi dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, harga cabai rawit hanya berkisar di kisaran Rp80.000 per kg. Dia tidak mengetahui sampai kapan harga cabai rawit akan bertahan tinggi.
Namun, diharapkan harga cabai rawit akan berangsur turun, sehingga penjualannya kembali normal sebelum naik. Selain mengurangi stok, tingginya harga cabai rawit ini membuat penjualannya mengalami penurunan.
Sebab, para pembeli juga mengurangi pembelian mereka. Jika sebelumnya pelangganya membeli mulai dari 1-2 kg. Hanya saja saat ini pelanggannya hanya membeli sebanyak 1-2 ons.
Selain harga cabai rawit yang melambung, harga cabai merah besar juga tembus di angka Rp60.000 per kg. Sepekan sebelumnya, harga cabai merah besar hanya sekitar Rp50.000 per kg.
Sementara, harga telur ayam ras juga mulai menunjukkan kenaikan dari Rp20.000 menjadi Rp21.000 per kg. Dan harga bawang merah sekarang naik dari Rp28.000 per kg menjadi Rp30.000 per kg. "Saya tidak tahu penyebabnya. Tapi katanya karena hujan jadi yang panen sedikit," tambahnya.
Ana, salah seorang pembeli asal Patuk mengeluhkan harga cabai rawit yang cukup tinggi tersebut. Kendati tinggi, sebagai penggila cabai dia tetap berusaha membelinya. Namun jumlahnya jauh menurun dibanding sebelumnya.
Baginya, yang penting bisa menikmati cabai meski hanya sedikit. "Sekarang saya beli 1 ons. Itu saja harganya Rp10.000," ujar Ana.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristiono memperkirakan, naiknya harga cabai akan tetap memengaruhi inflasi. Sama seperti inflasi bulan lalu, cabai merah berpengaruh besar terhadap inflasi.
Rendahnya pasokan akibat pengaruh cuaca ini menyababkan harga cabai mengalami peningkatan. "Nanti akhir tahun inflasi ada kecenderungan naik," ujarnya.
(izz)