Mentan Amran: Harga Cabai Sudah Turun
A
A
A
WATAMPONE - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman terlihat senang saat disampaikan harga cabai besar di Bone, Sulawesi Selatan, hanya Rp3.000 per kilogram. Kondisi ini berbanding terbalik dengan harga cabai yang melonjak tinggi di beberapa wilayah di Indonesia.
"Memang harga cabai mulai turun, kami sudah terima laporan. Hanya saja kemarin karena hujan, sekarang sudah cerah. Tapi kalau harganya Rp3.000 juga terlalu rendah, kasihan petaninya," kata Amran saat ditemui disela-sela pemantauan Pabrik Gula Camming (PGC) di Desa Pitungpidange, kecamatan Libureng, Sulawesi Selatan, Selasa (10/1/2017).
Untuk meningkatkan produksi cabai, Amran mengatakan akan menggunakan pola pengembangan seperti pada komoditas jagung, yang saat ini nilai impornya sudah turun 66%. Begitu juga pada komoditas beras yang kini tidak impor lagi.
Sementara masalah jeda harga jual di petani cabai dan pedagang yang berbeda jauh, Amran mengatakan hal tersebut juga terjadi pada komoditas bawang. Bawang diangkut seharga Rp14.000 per kilogram dari Brebes, Jawa Tengah ke Cirebon, Jawa Barat, dan harganya langsung meningkat menjadi Rp40.000 per kg. Kenaikan sebesar 300% itu, dinilai Amran sudah tidak sehat.
"Kami minta cabai dikumpulkan dan Insya Allah kami minta Bulog untuk menyerapnya dan harganya tidak boleh di bawah Rp10.000 per kilogram," pungkas Amran.
Sementara itu, Bupati Bone Andi Fahsar Padjalangi saat dikonfirmasi soal rendahnya harga cabai di tingkat petani, terutama di Desa Panyili, Kecamatan Palakka, mengaku akan melakukan pemantauan.
"Kami akan cek dulu ke petani di desa itu. Jangan sampai produksinya hanya dalam skala kecil. Tentu tidak bisa dibawa keluar untuk memenuhi kebutuhan lokal. Dan terkait harga yang rendah, jika itu benar, saya akan perintahkan instansi terkait melakukan kontrol harga," kata Fahsar saat mendampingi Mentan Amran.
Menurut Fahsar, beberapa wilayah di Bone memang diplot untuk pengembangan tanaman holtikultura seperti cabai dan bawang merah. Diantaranya Kecamatan Barebbo, Palakka dan Kahu di bawah naungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bone. Sejauh ini pengembangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan lokal. Sehingga cabai dan bawang merah tidak perlu lagi di datangkan dari luar daerah.
Sebelumnya, Yusuf, petani Cabai di desa Panyili Kecamatan Palakka mengeluhkan harga cabai yang dipanennya hanya dihargai Rp3.000 per kilogram. Kondisi harga murah tersebut diperparah dengan sebagian buah cabai yang membusuk dan tidak bisa di panen.
Alhasil petani merugi. Jika sebelumnya dalam sekali panen bisa meraup keuntungan hingga Rp20 juta namun kali ini hanya bisa meraih untung hanya Rp4 juta.
"Memang harga cabai mulai turun, kami sudah terima laporan. Hanya saja kemarin karena hujan, sekarang sudah cerah. Tapi kalau harganya Rp3.000 juga terlalu rendah, kasihan petaninya," kata Amran saat ditemui disela-sela pemantauan Pabrik Gula Camming (PGC) di Desa Pitungpidange, kecamatan Libureng, Sulawesi Selatan, Selasa (10/1/2017).
Untuk meningkatkan produksi cabai, Amran mengatakan akan menggunakan pola pengembangan seperti pada komoditas jagung, yang saat ini nilai impornya sudah turun 66%. Begitu juga pada komoditas beras yang kini tidak impor lagi.
Sementara masalah jeda harga jual di petani cabai dan pedagang yang berbeda jauh, Amran mengatakan hal tersebut juga terjadi pada komoditas bawang. Bawang diangkut seharga Rp14.000 per kilogram dari Brebes, Jawa Tengah ke Cirebon, Jawa Barat, dan harganya langsung meningkat menjadi Rp40.000 per kg. Kenaikan sebesar 300% itu, dinilai Amran sudah tidak sehat.
"Kami minta cabai dikumpulkan dan Insya Allah kami minta Bulog untuk menyerapnya dan harganya tidak boleh di bawah Rp10.000 per kilogram," pungkas Amran.
Sementara itu, Bupati Bone Andi Fahsar Padjalangi saat dikonfirmasi soal rendahnya harga cabai di tingkat petani, terutama di Desa Panyili, Kecamatan Palakka, mengaku akan melakukan pemantauan.
"Kami akan cek dulu ke petani di desa itu. Jangan sampai produksinya hanya dalam skala kecil. Tentu tidak bisa dibawa keluar untuk memenuhi kebutuhan lokal. Dan terkait harga yang rendah, jika itu benar, saya akan perintahkan instansi terkait melakukan kontrol harga," kata Fahsar saat mendampingi Mentan Amran.
Menurut Fahsar, beberapa wilayah di Bone memang diplot untuk pengembangan tanaman holtikultura seperti cabai dan bawang merah. Diantaranya Kecamatan Barebbo, Palakka dan Kahu di bawah naungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bone. Sejauh ini pengembangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan lokal. Sehingga cabai dan bawang merah tidak perlu lagi di datangkan dari luar daerah.
Sebelumnya, Yusuf, petani Cabai di desa Panyili Kecamatan Palakka mengeluhkan harga cabai yang dipanennya hanya dihargai Rp3.000 per kilogram. Kondisi harga murah tersebut diperparah dengan sebagian buah cabai yang membusuk dan tidak bisa di panen.
Alhasil petani merugi. Jika sebelumnya dalam sekali panen bisa meraup keuntungan hingga Rp20 juta namun kali ini hanya bisa meraih untung hanya Rp4 juta.
(ven)