Kekhawatiran Ekonomi dan Politik, Lira Turki Jatuh ke 3.779/USD

Selasa, 10 Januari 2017 - 20:25 WIB
Kekhawatiran Ekonomi...
Kekhawatiran Ekonomi dan Politik, Lira Turki Jatuh ke 3.779/USD
A A A
ISTANBUL - Mata uang Turki, lira jatuh ke titik terendah sepanjang masa pada perdagangan Selasa (10/1/2017) ke level 3.779 per dolar Amerika Serikat (USD). Lira Turki melanjutkan penurunan, dimana pada 2016 kemarin telah kehilangan 17% terhadap USD.

Melansir dari CNBC, Selasa (10/1), lembaga pemeringkat Moody's Ratings menyatakan bahwa mata uang Turki menjadi yang terburuk kedua di pasar negara berkembang setelah peso Argentina.

Berdasarkan hasil penelitian, penurunan tajam disebabkan faktor keamanan yang beberapa tahun terakhir semakin memburuk. Alhasil berimbas kepada situasi ekonomi dan menyebabkan lonjakan volume kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bagi perbankan Turki.

Moody's memangkas peringkat kredit pada obligasi Turki sepanjang 2016. Begitu pula dengan S&P 500 yang pada awal tahun ini, menurunkan rating utang negara ke wilayah kelas sub-investasi. Hanya Fitch Rating, lembaga utama yang tersisa yang mempertahankan rating investment grade negara pimpinan Recep Tayyip Erdogan tersebut.

Kejatuhan mendalam lira Turki membuat Bank Sentral Republik Turki akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter pada 24 Januari mendatang, untuk mencegah agar kurs tidak terjerembab lebih curam.

Per Hammarlund, kepala strategi emerging market di Skandinaviska Enskilda Banken (SEB) mengatakan kepada CNBC, bahwa lira Turki akan mengikuti jalan yang sama seperti pada 2014. Ketika itu, bank sentral menaikkan suku bunga pinjaman sebesar 4,25%.

Tindakan tersebut berhasil membalikkan kelemahan lira Turki. Alhasil, lira berakhir lebih rendah 7,6% terhadap USD. “Namun lira akan berakhir di 2017 dengan posisi sekitar 3.850 per USD setelah volatilitas yang signifikan,” analisanya.

Dan kali ini, bank sentral terjepit diantara pro kontra, dimana satu pihak ingin kembali menaikkan suku bunga untuk membendung agar lira tidak jatuh lebih dalam. Satu pihak lain menyatakan suku bunga yang lebih tinggi bisa menganggu pertumbuhan ekonomi. Perekonomian negara juga telah menderita kemerosotan, termasuk pemasukan dari pariwisata yang jeblok akibat gelombang serangan teror yang kini rajin menimpa Turki.

Sementara itu, Chris Saint, analis mata uang di Hargreaves Lansdown, Inggris, menjelaskan faktor serangan teror menjadi “badai yang sempurna” bagi lira Turki saat ini.

Dan kalkulasi dia, kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada tahun ini, akan membuat sulit bagi Turki menarik dana yang dibutuhkan untuk menutup defisit transaksi berjalan, kecuali bank sentral Turki menaikkan tarif lebih agresif lagi.

Pemerintah Turki sendiri menolak melakukan perombakan untuk membantu menurunkan defisit transaksi berjalan dan meringankan situasi di entitas Turki. Sebaliknya, Erdogan mendorong upaya mengamankan persetujuan untuk rancangan konstitusi baru untuk memperluas kekuasaannya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1518 seconds (0.1#10.140)