Iran Sambut Pesawat Airbus Pertama Pasca Sanksi Ekonomi Dicabut

Jum'at, 13 Januari 2017 - 15:33 WIB
Iran Sambut Pesawat Airbus Pertama Pasca Sanksi Ekonomi Dicabut
Iran Sambut Pesawat Airbus Pertama Pasca Sanksi Ekonomi Dicabut
A A A
TEHERAN - Pengiriman pesawat Airbus yang dibeli Iran untuk pertama kalinya semenjak pencabutan sanksi ekonomi telah resmi mendarat. Airbus A321 mendarat di Teheran dalam sebuah upacara resmi yang disambut baik termasuk Menteri Transportasi Iran Abbas Akhoundi.

(Baca Juga: 80 Pesawat Boeing Dibeli Iran Senilai USD16 Miliar)

Seperti dilansir BBC, Jumat (13/1/2017) Iran Air akhirnya resmi meneken pembelian 100 pesawat Airbus dan 80 dari produsen pesawat terkemuka asal Amerika Serikat (AS) yakni Boeing. Kedatangan pesawat Airbus menjadi yang pembelian pertama Iran untuk pesawat penumpang setelah pencabutan sanksi ekonomi oleh barat, karena kecurigaan terkait kegiatan nuklir.

Airbus 321 terbang dari Toulouse di Perancis dengan para penumpang termasuk kepala perusahaan Fabrice Bregier. Koresponden pada tengah pekan kemarin mengatakan, melihat tanda munculnya kembali Iran dalam satu dekade terakhir setelah terisolasi secara ekonomi.

TV nasional Iran menyebut pembelian ini sebagai saat yang bersejarah bagi Iran dan menjadi sinyal akhir dari era untuk negara. "Ini adalah pendahuluan untuk pengiriman pesawat lainnya dan renovasi Armada Udara Iran," tambahnya.

Iran Air merupakan salah satu maskapai tertua di dunia seperti yang dikatakan oleh para ahli. Dan kini maskapai nasional Iran tersebut tengah melakukan peremajaan armada setelah sanksi ekonomi dicabut, ketika salama ini bergantung kepada onderdil pesawat yang diselundupkan ke negara itu untuk menjaga pesawat tetap terbang.

Sebelumnya Iran Air juga sepakat membeli 80 buah pesawat penumpang dari Boeing. Kesepakatan 10 tahun ini mencakup 50 pesawat jenis 737 MAX 8 dan 15 Pesawat 777-300 ERs serta ditambah 15 777-9s jets. Kesepakatan AS dan Iran tersebut menjadi yang terbesar sejak revolusi islan 1979, silam.

Boeing menegaskan bahwa kerja sama senilai USD16,6 miliar telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah Amerika Serikat, dimana pesawat pertama dijadwalkan akan dikirim pada 2018.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5790 seconds (0.1#10.140)