Di Depan DPR, Sri Mulyani Paparkan Alasan Putus Kontrak JP Morgan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan alasan pemerintah memutuskan kontrak dan hubungan kerja dengan JP Morgan kepada Komisi XI DPR. Menurutnya JP Morgan telah memberikan perspektif keliru yang merugikan nilai surat berharga negara (SBN), dengan menggunakan setimen pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menimbulkan ketidakpastian.
"Asesmen mereka (JP Morgan) dan komunikasi terhadap klien cerminkan itu. Ada momen JP Morgan lakukan asesmen pada titik dimana masyarakat internasional dan domestik merasa tidak pasti karena ada pemilihan Trump," ujarnya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
(Baca Juga: Menkeu Ingin Sama-sama Untung dengan JP Morgan)
Lebih lanjut dia berharap setiap pihak yang bekerja sama dengan pemerintah dapat menjaga kepercayaan investor terhadap Indonesia serta memberi kenyamanan bagi pemegang Surat Utang Negara (SUN). Kondisi pasar keuangan saat ini yang sedang mengalami turbulensi membuat informasi yang ada bisa berdampak pada investor.
Di sisi lain riset yang dikeluarkan JP Morgan justru membuat investor memiliki persepsi minus terhadap fundamen perekonomian Indonesia. Sementara Sri Mulyani menegaskan secara fundamental, perekonomian nasional berada dalam posisi baik.
"Kami harap seluruh partner kita lakukan tugas jaga kepercayaan, bisa ditegaskan bila APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) kredibel dengan jaga defisit dan lain-lain ini akan timbulkan persepsi, risiko yang diterima pembeli bond di Indonesia," katanya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan jika disebut ada kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik, dia mengaku bisa menerima masukan dari mitra pemerintah. Namun, yang tidak bisa ditoleransi yakni memainkan sentimen supaya persepsi investor berubah jadi negatif.
"Kondisi Indonesia dan dimana saja asesmen faktor fondasi fundamental atau persepsi. Dari sisi fundamental bisa diperbaiki, saya tidak masalah kami dapat masukan fondasi perlu diperbaiki, kami akan terus perhatikan itu. Kalau persepsi sifatnya subjektif," papar dia.
"Asesmen mereka (JP Morgan) dan komunikasi terhadap klien cerminkan itu. Ada momen JP Morgan lakukan asesmen pada titik dimana masyarakat internasional dan domestik merasa tidak pasti karena ada pemilihan Trump," ujarnya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
(Baca Juga: Menkeu Ingin Sama-sama Untung dengan JP Morgan)
Lebih lanjut dia berharap setiap pihak yang bekerja sama dengan pemerintah dapat menjaga kepercayaan investor terhadap Indonesia serta memberi kenyamanan bagi pemegang Surat Utang Negara (SUN). Kondisi pasar keuangan saat ini yang sedang mengalami turbulensi membuat informasi yang ada bisa berdampak pada investor.
Di sisi lain riset yang dikeluarkan JP Morgan justru membuat investor memiliki persepsi minus terhadap fundamen perekonomian Indonesia. Sementara Sri Mulyani menegaskan secara fundamental, perekonomian nasional berada dalam posisi baik.
"Kami harap seluruh partner kita lakukan tugas jaga kepercayaan, bisa ditegaskan bila APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) kredibel dengan jaga defisit dan lain-lain ini akan timbulkan persepsi, risiko yang diterima pembeli bond di Indonesia," katanya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan jika disebut ada kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik, dia mengaku bisa menerima masukan dari mitra pemerintah. Namun, yang tidak bisa ditoleransi yakni memainkan sentimen supaya persepsi investor berubah jadi negatif.
"Kondisi Indonesia dan dimana saja asesmen faktor fondasi fundamental atau persepsi. Dari sisi fundamental bisa diperbaiki, saya tidak masalah kami dapat masukan fondasi perlu diperbaiki, kami akan terus perhatikan itu. Kalau persepsi sifatnya subjektif," papar dia.
(akr)