IDB Siapkan Tawaran Investasi untuk Infrastruktur di 2017
A
A
A
YOGYAKARTA - Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB) siap menawarkan dukungan investasi untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pada 2016 IDB menyalurkan bantuan hingga USD1 miliar untuk beberapa sektor seperti pendidikan.
Kepala Kantor Perwakilan IDB Group Jakarta Ibrahim Ali Shoukry mengatakan, sekitar 80% dari bantuan disalurkan untuk pembangunan universitas atau pendidikan tinggi. Sedangkan tahun ini pihaknya menargetkan juga akan menyalurkan di angka kurang lebih sama dengan tahun lalu.
Namun, pihaknya juga ingin masuk ke proyek swasta. "Sektor pendidikan masih jadi mayoritas investasi kami tahun depan. Selain itu, kami juga ingin masuk ke proyek infrastruktur seperti jalan dan swasta," ujar Ibrahim di Yogyakarta, Kamis (26/1/2017).
Hal ini sejalan dengan Direktur Wholesale Banking Mandiri Syariah Kusman Yandi yang mengatakan perbankan syariah sedang mengalami perlambatan dalam empat tahun terakhir, sehingga sulit untuk bersaing dengan bank konvensional.
Namun, dirinya melihat potensi bekerja sama dengan IDB untuk masuk ke dalam pembiayaan infrastruktur seperti jalan tol. Langkah ini harus dilakukan sehingga perbankan syariah tidak hanya sebagai penonton.
"Tantangan bank syariah adalah size yang terus kecil, sehingga tidak bisa ekspansi. Bank sangat butuh modal seperti untuk pembiayaan infrastruktur bisa butuh Rp5 triliun sampai Rp10 triliun. Sedangkan kami maksimal hanya bisa siapkan Rp2 triliun untuk sindikasi. Kami ingin kerja sama dengan IDB, sehingga tidak jadi penonton," ujar Kusman.
Kepala Kantor Perwakilan IDB Group Jakarta Ibrahim Ali Shoukry mengatakan, sekitar 80% dari bantuan disalurkan untuk pembangunan universitas atau pendidikan tinggi. Sedangkan tahun ini pihaknya menargetkan juga akan menyalurkan di angka kurang lebih sama dengan tahun lalu.
Namun, pihaknya juga ingin masuk ke proyek swasta. "Sektor pendidikan masih jadi mayoritas investasi kami tahun depan. Selain itu, kami juga ingin masuk ke proyek infrastruktur seperti jalan dan swasta," ujar Ibrahim di Yogyakarta, Kamis (26/1/2017).
Hal ini sejalan dengan Direktur Wholesale Banking Mandiri Syariah Kusman Yandi yang mengatakan perbankan syariah sedang mengalami perlambatan dalam empat tahun terakhir, sehingga sulit untuk bersaing dengan bank konvensional.
Namun, dirinya melihat potensi bekerja sama dengan IDB untuk masuk ke dalam pembiayaan infrastruktur seperti jalan tol. Langkah ini harus dilakukan sehingga perbankan syariah tidak hanya sebagai penonton.
"Tantangan bank syariah adalah size yang terus kecil, sehingga tidak bisa ekspansi. Bank sangat butuh modal seperti untuk pembiayaan infrastruktur bisa butuh Rp5 triliun sampai Rp10 triliun. Sedangkan kami maksimal hanya bisa siapkan Rp2 triliun untuk sindikasi. Kami ingin kerja sama dengan IDB, sehingga tidak jadi penonton," ujar Kusman.
(izz)