Infrastruktur Penunjang Kilang Balongan Mulai Dibangun

Kamis, 16 Februari 2017 - 19:13 WIB
Infrastruktur Penunjang...
Infrastruktur Penunjang Kilang Balongan Mulai Dibangun
A A A
INDRAMAYU - PT Pertamina (Persero) mulai membangun infrastruktur penunjang pengembangan Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Pembangunan infrastruktur penunjang yakni pipa bawah laut (submarine pipe line/SPL) dan fasilitas terapung (single point mooring/SPM) pada Kilang Balongan Unit VI ini menelan investasi Rp1,79 triliun.

"Saya apresiasi Pertamina melakukan perbaikan fasilitas penunjang kilang. Kami dukung upaya peningkatan kapasitas kilang eksisting maupun pembangunan baru," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan saat ground breaking SPL dan SPM di Kilang Balongan, Indramayu, Kamis (16/2/2017).

Menurutnya, fasilitas penunjang pengembangan kilang SPL dan SPM tersebut sebagai upaya awal meningkatkan keandalan dan efektivitas operasional Kilang Balongan. Apalagi dengan program RDMP, Kilang Balongan rencananya akan ditingkatkan kapasitasnya dari 125.000 bph menjadi 275.000 bph setelah bertahun-tahun tidak mengalami peningkatan kapasitas maupun pembangunan kilang baru.

"Ini sudah bertahun-tahun tidak ada peningkatan. Sesuai arahan Bapak Presiden kapasitas kilang harus ditingkatkan paling tidak dalam 4-5 tahun ke depan harus sama dengan kebutuhan nasional," kata dia.

Berdasarkan data Pertamina, Indonesia baru memiliki dua belas kilang, di mana tujuh di antaranya merupakan kilang Pertamina. Adapun kapasitas kilang beroperasi saat ini sekitar 800.000 barel per hari sedangkan kapasitas kilang terpasang 1.169.000 bph.

Untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional direncanakan kapasitas kilang nasional ditingkatkan lebih dari 2 juta bph pada 2025 melalui program Refinery Development Master Plan (RDMP) dan New Grass Root Refinery (NGRR).

Program RDMP dikembangkan melalui Kilang RU VI Balongan, Kilang RU IV Cilacap, Kilang RU V Balikpapan, dan Kilang RU II Dumai. Sedangkan NGRR ditetapkan di Kilang Tuban dan Kilang Bontang.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rahmad Hardadi menambahkan, Kilang RU VI Balongan menjadi salah satu kilang Pertamina yang akan dikembangkan melalui megaproyek RDMP dengan nilai investasi USD1,2 miliar.

Tahun ini RDMP Kilang RU VI Balongan memasuki tahapan Basic Engineering Design (BED) ditargetkan selesai September 2018 dengan peningkatan kapasitas dari 125.000 bph menjadi 240.000 bph. "Kapasitas kilang akan meningkat dua kali lipat, dari 125.000 bph jadi 240.000 bph. Diharapkan selesai September 2018," ujar dia.

Plt Direktur Utama Pertamina Yenny Andayani mengatakan, fasilias pendukung Kilang Balongan yaitu, SPL dan SPM dibangun sebagai bagian dari upaya Pertamina meningkatkan keandalan pasokan minyak mentah ke Kilang RU VI Balongan.

Dengan adanya perbaikan fasilitas baru ini, efektivitas kegiatan loading-unloading diharapkan meningkat dan biaya transportasi minyak mentah akan lebih efisien karena lay time kapal tanker menjadi lebih singkat.

Selain itu, fasilitas tersebut juga mumpuni untuk mendukung kegiatan operasional ramah lingkungan. Pembangunan SPM dan SPL meliputi pekerjaan offshore dan onshore. Pekerjaan offshore antara lain meliputi pembangunan SPL berdiameter 32 inci dengan panjang 15,2 kilometer dan SPM berkapasitas 165.000 DWT.

Sementara, pekerjaan onshore antara lain meliputi pembangunan pipa bawah tanah berdiameter 32 inci dengan panjang 500 meter, pembangunan 1 unit tangki baru berkapasitas 22.000 kiloliter, modifikasi tangki existing, serta pemasangan flushing dan pigging system.

Dalam pengerjaannya, Pertamina menetapkan sejumlah partner melalui proses pengadaan sesuai prosedur di perusahaan. Paket pekerjaan Engineering, Procurement, Construction, Installation, Comissioning (EPCIC) dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa industry (Rekind)-Intermoor, paket pekerjaan SPL dikerjakan oleh konsorsium JFE Japan-Marubeni itochu-PT Atamora Teknik Makmur, paket pekerjaan coating SPL oleh PT Indal Steel Pipe dan paket pekerjaan SPM dikerjakan konsorsium ORWELL.

Pengerjaan proyek ini mampu menyerap kurang lebih 600 pekerja. Pertamina menargetkan pengerjaan proyek ini selesai dalam 23 bulan sejak penandatangan kontrak pada 10 Oktober 2016.

"Kami telah melaksanakan seleksi ketat melalui proses pengadaan yang selalu berasaskan good corporate governance. Karena itu, kami yakin telah mendapatkan partner-partner terbaik untuk mengerjakan proyek ini, dan kami optimis dapat menyelesaikannya tepat waktu dengan kualitas yang telah ditetapkan," tutupnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1903 seconds (0.1#10.140)