Pertumbuhan Uang Beredar Rp4.938,7 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (uang Beredar dalam arti luas) melambat pada Januari 2017. Posisi uang beredar tercatat sebesar Rp4.938,7 triliun atau tumbuh sebesar 9,8% (yoy). Angka ini lebih rendah dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,0% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, perlambatan pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari komponen M1 (uang kartal dan giro rupiah) dan surat berharga selain saham. "M1 tumbuh melambat dari 17,3% (yoy) pada Desember 2016
menjadi 14,1% (yoy) pada Januari 2017," ujarnya di Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Posisi surat berharga selain saham mengalami penurunan sebesar 8,5% (yoy), berbeda dibanding bulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 0,9% (yoy). Menurut Tirta, perlambatan pertumbuhan M2 tersebut tertahan oleh peningkatan pertumbuhan uang kuasi.
Adapun Posisi uang kuasi yang memiliki pangsa 75,5% dari total M2 atau sebesar Rp3.730,6 triliun, tumbuh meningkat dari 7,9% (yoy) pada Desember 2016 menjadi 8,6% (yoy) pada Januari 2017. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan uang kuasi, lanjut Tirta, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan dari 9,6% (yoy) pada Desember 2016 menjadi 9,7% (yoy).
"Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan DPK valas dari 0,4% (yoy) menjadi 2,4% (yoy) pada Januari 2017," ujarnya.
Dia menjelaskan, kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus) mendorong perlambatan pertumbuhan M2 pada Januari 2017. Hal ini tercermin pada peningkatan kewajiban kepada Pempus (simpanan Pempus) yang tumbuh sebesar 32,8% (yoy), berbeda dibanding bulan sebelumnya yang turun sebesar 0,5% (yoy).
"Realisasi penerimaan pempus pada awal 2017 secara tahunan meningkat didorong peningkatan realisasi penerimaan pajak," paparnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, perlambatan pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari komponen M1 (uang kartal dan giro rupiah) dan surat berharga selain saham. "M1 tumbuh melambat dari 17,3% (yoy) pada Desember 2016
menjadi 14,1% (yoy) pada Januari 2017," ujarnya di Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Posisi surat berharga selain saham mengalami penurunan sebesar 8,5% (yoy), berbeda dibanding bulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 0,9% (yoy). Menurut Tirta, perlambatan pertumbuhan M2 tersebut tertahan oleh peningkatan pertumbuhan uang kuasi.
Adapun Posisi uang kuasi yang memiliki pangsa 75,5% dari total M2 atau sebesar Rp3.730,6 triliun, tumbuh meningkat dari 7,9% (yoy) pada Desember 2016 menjadi 8,6% (yoy) pada Januari 2017. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan uang kuasi, lanjut Tirta, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan dari 9,6% (yoy) pada Desember 2016 menjadi 9,7% (yoy).
"Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan DPK valas dari 0,4% (yoy) menjadi 2,4% (yoy) pada Januari 2017," ujarnya.
Dia menjelaskan, kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus) mendorong perlambatan pertumbuhan M2 pada Januari 2017. Hal ini tercermin pada peningkatan kewajiban kepada Pempus (simpanan Pempus) yang tumbuh sebesar 32,8% (yoy), berbeda dibanding bulan sebelumnya yang turun sebesar 0,5% (yoy).
"Realisasi penerimaan pempus pada awal 2017 secara tahunan meningkat didorong peningkatan realisasi penerimaan pajak," paparnya.
(dmd)