Pemerintah Siapkan Skema Integrasi Industri Hulu-Hilir
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah sedang menyiapkan skema integrasi industri dari hulu sampai hilir dalam mempercepat pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia.
Aktivitas industri yang terintegrasi akan membawa efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi nasional seperti melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, dan penerimaan devisa.
"Kami bersama pemangku kepentingan tengah menyiapkan skema integrasi industri dari hulu sampai hilir. Skema ini dapat menumbuhkan industri di Indonesia yang implikasinya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam rilisnya, Jakarta, Kamis (23/3/2017).
Dalam skema tersebut, kata Airlangga, integrasi dimulai dari bahan baku, proses produksi, jasa terkait hingga menjadi produk akhir, bahkan sampai pada daur ulang produk industri tersebut. "Skema ini penting bagi peningkatan daya saing industri nasional ke depan," imbuhnya.
Untuk implementasinya, pemerintah akan mengurangi hambatan-hambatan di sektor perindustrian sehingga mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif di dalam negeri. Misalnya melalui deregulasi dan paket kebijakan ekonomi.
"Saat ini sedang dikaji. Salah satu target yang bisa didorong adalah pengembangan industri padat karya berorientasi ekspor," tutur Airlangga.
Industri padat karya berorientasi ekspor lainnya yang sedang didongkrak kinerjanya, antara lain sektor industri alas kaki, industri pengolahan ikan dan rumput laut, industri aneka (mainan anak, alat pendidikan dan olah raga, optik, alat musik), industri kreatif (kerajinan, fashion, perhiasan), serta industri elektronik dan telematika (multimedia, software).
Selanjutnya, industri furniture kayu dan rotan, serta industri makanan dan minuman (turunan CPO, olahan kopi, kakao). Amunisi untuk memacu sektor-sektor tersebut, salah satunya dengan memberikan insentif fiskal berupa pemotongan pajak penghasilan yang digunakan untuk reinvestasi.
Merujuk data BPS, sepanjang tahun 2016, industri pengolahan nonmigas secara kumulatif tumbuh sekitar 4,42% dengan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional sebesar 18,20%.
Pada 2017, industri pengolahan nonmigas diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,2%-5,4% dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,4%.
Sementara, khusus untuk industri kecil dan menengah (IKM), Kemenperin akan meminta keringanan seperti insentif pajak dan diskon bea masuk untuk kebutuhan peralatan produksi.
"Kami juga tengah mendongkrak produktivitas dan daya saing IKM karena merupakan tulang punggung perekonomian nasional sekaligus sebagai sektor mayoritas dari seluruh populasi di Indonesia yang mampu menyerap banyak tenaga kerja," tuturnya.
Airlangga menambahkan, dengan terintegrasinya sektor industri diharapkan ke depan ada dampak positif terhadap kinerja manufaktur dan penyerapan tenaga kerja.
"Jika estimasi dari pertumbuhan industri dari agro, logam maupun petrokimia dalam tiga tahun ke depan bisa berjalan sesuai rencana. Kami harapkan ada tambahan 500.000 tenaga kerja yang diserap dengan berjalannya proyek," jelasnya.
Aktivitas industri yang terintegrasi akan membawa efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi nasional seperti melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, dan penerimaan devisa.
"Kami bersama pemangku kepentingan tengah menyiapkan skema integrasi industri dari hulu sampai hilir. Skema ini dapat menumbuhkan industri di Indonesia yang implikasinya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam rilisnya, Jakarta, Kamis (23/3/2017).
Dalam skema tersebut, kata Airlangga, integrasi dimulai dari bahan baku, proses produksi, jasa terkait hingga menjadi produk akhir, bahkan sampai pada daur ulang produk industri tersebut. "Skema ini penting bagi peningkatan daya saing industri nasional ke depan," imbuhnya.
Untuk implementasinya, pemerintah akan mengurangi hambatan-hambatan di sektor perindustrian sehingga mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif di dalam negeri. Misalnya melalui deregulasi dan paket kebijakan ekonomi.
"Saat ini sedang dikaji. Salah satu target yang bisa didorong adalah pengembangan industri padat karya berorientasi ekspor," tutur Airlangga.
Industri padat karya berorientasi ekspor lainnya yang sedang didongkrak kinerjanya, antara lain sektor industri alas kaki, industri pengolahan ikan dan rumput laut, industri aneka (mainan anak, alat pendidikan dan olah raga, optik, alat musik), industri kreatif (kerajinan, fashion, perhiasan), serta industri elektronik dan telematika (multimedia, software).
Selanjutnya, industri furniture kayu dan rotan, serta industri makanan dan minuman (turunan CPO, olahan kopi, kakao). Amunisi untuk memacu sektor-sektor tersebut, salah satunya dengan memberikan insentif fiskal berupa pemotongan pajak penghasilan yang digunakan untuk reinvestasi.
Merujuk data BPS, sepanjang tahun 2016, industri pengolahan nonmigas secara kumulatif tumbuh sekitar 4,42% dengan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional sebesar 18,20%.
Pada 2017, industri pengolahan nonmigas diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,2%-5,4% dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%-5,4%.
Sementara, khusus untuk industri kecil dan menengah (IKM), Kemenperin akan meminta keringanan seperti insentif pajak dan diskon bea masuk untuk kebutuhan peralatan produksi.
"Kami juga tengah mendongkrak produktivitas dan daya saing IKM karena merupakan tulang punggung perekonomian nasional sekaligus sebagai sektor mayoritas dari seluruh populasi di Indonesia yang mampu menyerap banyak tenaga kerja," tuturnya.
Airlangga menambahkan, dengan terintegrasinya sektor industri diharapkan ke depan ada dampak positif terhadap kinerja manufaktur dan penyerapan tenaga kerja.
"Jika estimasi dari pertumbuhan industri dari agro, logam maupun petrokimia dalam tiga tahun ke depan bisa berjalan sesuai rencana. Kami harapkan ada tambahan 500.000 tenaga kerja yang diserap dengan berjalannya proyek," jelasnya.
(izz)