Nilai Investasi Industri Telematika Capai Rp7 triliun
A
A
A
JAKARTA - Industri telekomunikasi dan informatika (telematika) dalam negeri mengalami pertumbuhan signifikan terutama setelah penerapan kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk ponsel dan perangkat teknologi informasi 4G.
Saat ini, terdapat 23 electronics manufacturing service (EMS), 42 merek dan 37 pemilik merek baik global maupun nasional, dengan total nilai investasi sebesar Rp7 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13.000 orang.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, produk telematika memberikan ruang pasar yang luar biasa di Indonesia seperti terlihat pada penjualan smartphone hingga 60 juta unit per tahun.
"Siklus teknologi sangat cepat, khususnya smartphone, yang setiap enam bulan selalu ada update produk, sehingga memerlukan kekuatan riset dan inovasi teknologi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (11/4/2017).
Airlangga meyakini meningkatnya kemampuan daya saing produk telematika nasional akan semakin menguatnya citra positif dan popularitas produk tersebut di mata konsumen domestik dan internasional.
"Melalui pameran ini diharapkan menjadi salah satu sarana strategis sebagai benchmark sekaligus promosi untuk menembus pasar ekspor," ungkapnya.
Beberapa merek nasional yang telah memiliki branding kuat untuk pangsa pasar menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas, antara lain Polytron, Evercoss, Advan, dan Digicop. Selain tumbuhnya industri hardware, pemerintah juga tengah mendorong pengembangan industri software, konten dan animasi.
Melalui Peraturan Menteri Perindustrian No. 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menekankan bahwa tidak hanya pada skema TKDN hardware, tetapi TKDN software dan investasi.
"Melalui software ini, kami memacu untuk inovasi sehingga pengembangan industri bisa berkelanjutan," kata Airlangga.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri software di Indonesia sudah dapat menghasilkan produk aplikasi yang dapat menunjang operasional industri lain.
Produk aplikasi software yang telah mampu dihasilkan, antara lain financial management, geographical information system, inventory, office animation, multimedia presentation, executive information system, dan intranet.
Menurutnya, industri perangkat lunak di dalam negeri telah tumbuh secara alamiah, namun bila dikaitkan dengan realitas dunia, posisi Indonesia masih perlu ditingkatkan. “Untuk itu, kami berkomitmen dalam menyiapkan sarana dan prasarana pengembangannya,” ujar Putu.
Lebih lanjut, kemampuan untuk mengembangkan perangkat lunak dalam skala industri sangat perlu didorong secara terarah dengan menyiapkan sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi teknologi yang sesuai, diantaranya peningkatan pembiayaan penelitian dan pengembangan, termasuk sinergi antara pemerintah, pengusaha dan akademisi.
Dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN, Indonesia menjadi pasar terbesar bagi perusahan ponsel dunia. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah pelanggan telekomunikasi seluler di Indonesia meningkat sebesar empat kali lipat, dari 63 juta menjadi 211 juta pelanggan.
Bahkan, diperkirakan jumlah telepon selular yang beredar di Indonesia pada saat ini sebanyak 300 juta unit atau melebihi penduduk Indonesia sendiri yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa.
Kemenperin mencatat, nilai impor ponsel pada 2015 sekitar USD2,2 miliar dengan jumlah 37,1 juta unit ponsel, menurun menjadi USD773,8 juta dengan jumlah 18,4 juta unit tahun 2016. Sedangkan, untuk jumlah produksi ponsel di dalam negeri sebesar 24,8 juta unit pada 2015, naik menjadi 25 juta unit pada 2016.
Saat ini, terdapat 23 electronics manufacturing service (EMS), 42 merek dan 37 pemilik merek baik global maupun nasional, dengan total nilai investasi sebesar Rp7 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13.000 orang.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, produk telematika memberikan ruang pasar yang luar biasa di Indonesia seperti terlihat pada penjualan smartphone hingga 60 juta unit per tahun.
"Siklus teknologi sangat cepat, khususnya smartphone, yang setiap enam bulan selalu ada update produk, sehingga memerlukan kekuatan riset dan inovasi teknologi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (11/4/2017).
Airlangga meyakini meningkatnya kemampuan daya saing produk telematika nasional akan semakin menguatnya citra positif dan popularitas produk tersebut di mata konsumen domestik dan internasional.
"Melalui pameran ini diharapkan menjadi salah satu sarana strategis sebagai benchmark sekaligus promosi untuk menembus pasar ekspor," ungkapnya.
Beberapa merek nasional yang telah memiliki branding kuat untuk pangsa pasar menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas, antara lain Polytron, Evercoss, Advan, dan Digicop. Selain tumbuhnya industri hardware, pemerintah juga tengah mendorong pengembangan industri software, konten dan animasi.
Melalui Peraturan Menteri Perindustrian No. 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menekankan bahwa tidak hanya pada skema TKDN hardware, tetapi TKDN software dan investasi.
"Melalui software ini, kami memacu untuk inovasi sehingga pengembangan industri bisa berkelanjutan," kata Airlangga.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri software di Indonesia sudah dapat menghasilkan produk aplikasi yang dapat menunjang operasional industri lain.
Produk aplikasi software yang telah mampu dihasilkan, antara lain financial management, geographical information system, inventory, office animation, multimedia presentation, executive information system, dan intranet.
Menurutnya, industri perangkat lunak di dalam negeri telah tumbuh secara alamiah, namun bila dikaitkan dengan realitas dunia, posisi Indonesia masih perlu ditingkatkan. “Untuk itu, kami berkomitmen dalam menyiapkan sarana dan prasarana pengembangannya,” ujar Putu.
Lebih lanjut, kemampuan untuk mengembangkan perangkat lunak dalam skala industri sangat perlu didorong secara terarah dengan menyiapkan sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi teknologi yang sesuai, diantaranya peningkatan pembiayaan penelitian dan pengembangan, termasuk sinergi antara pemerintah, pengusaha dan akademisi.
Dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN, Indonesia menjadi pasar terbesar bagi perusahan ponsel dunia. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah pelanggan telekomunikasi seluler di Indonesia meningkat sebesar empat kali lipat, dari 63 juta menjadi 211 juta pelanggan.
Bahkan, diperkirakan jumlah telepon selular yang beredar di Indonesia pada saat ini sebanyak 300 juta unit atau melebihi penduduk Indonesia sendiri yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa.
Kemenperin mencatat, nilai impor ponsel pada 2015 sekitar USD2,2 miliar dengan jumlah 37,1 juta unit ponsel, menurun menjadi USD773,8 juta dengan jumlah 18,4 juta unit tahun 2016. Sedangkan, untuk jumlah produksi ponsel di dalam negeri sebesar 24,8 juta unit pada 2015, naik menjadi 25 juta unit pada 2016.
(ven)