Dolar AS Rebound Memukul Rupiah 29 Poin

Kamis, 20 April 2017 - 10:40 WIB
Dolar AS Rebound Memukul Rupiah 29 Poin
Dolar AS Rebound Memukul Rupiah 29 Poin
A A A
JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Kamis (20/4/2017) dibuka melemah 0,10% atau 13 poin ke posisi Rp13.332 per USD.

Sebelumnya, pada penutupan Selasa (18/4), rupiah di indeks Bloomberg ditutup melemah 12 poin atau 0,09% ke posisi Rp13.298 per USD.

Sementara itu, rupiah di data Yahoo Finance terpantau terperosok 39 poin atau 0,29% ke Rp13.334 per USD. Pada Selasa lewat, mata uang NKRI ditutup melemah 12 poin atau 0,09% ke posisi Rp13.295 per USD.

Rupiah di data SINDOnews yang bersumber dari Limas, pada hari ini turun 29 poin ke angka Rp13.334 per USD, setelah di Selasa sebelum libur Pilkada DKI putaran kedua ditutup jatuh 10 poin ke Rp13.305 per USD.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pada Kamis ini dipatok di Rp13.328 terdepresiasi 29 poin dari posisi Selasa lalu di Rp13.299 per USD.

Melemahnya rupiah dan mata uang Asia lainnya seperti yen, karena indeks USD berbalik rebound setelah investor gugup terhadap pemilihan Presiden di Prancis. Hasil Brexit di Inggris, kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat yang mengusung ekonomi populisme (ekonomi nasionalis) dikhawatirkan juga menjalar ke negeri Napoleon Bonaparte.

Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (20/4/2017), indeks USD berbalik naik 0,1% menjadi 99,781 DXY, setelah sebelumnya berada di 99,465 DXY. Hal ini membuat USD lebih tinggi terhadap yen menjadi 108,84 dan euro flat pada level USD1,07140 EUR.

Adapun sterling stabil di USD1,2845 GBP, setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta pemilu dipercepat menjelang perundingan Brexit.

"Dolar menguat karena ada perubahan tren global dan kurva imbal hasil AS, karena suku bunga bergerak sedikit lebih tinggi setelah rilis Beige Book," ujar Bill Northey, kepala investasi di perbankan AS di Helena, Montana.

Beige Book menunjukkan bahwa ekonomi berkembang pada tingkat moderat antara medio Februari hingga akhir Maret, namun tekanan inflasi tetap ada meski ada banyak kesulitan dalam menarik dan mempertahankan angka pekerja.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4451 seconds (0.1#10.140)