Tumbuh 4,7%, Industri Nonmigas Sudah Pulih
A
A
A
JAKARTA - Industri pengolahan nonmigas pada kuartal I 2017 tumbuh sebesar 4,71%. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan periode yang sama tahun 2016 sebesar 4,51%, juga di atas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 4,42%.
“Kami terus menjaga momentum kenaikan ini, dimana sebelumnya produksi industri manufaktur tumbuh dan saat ini produk domestik bruto (PDB) ikut positif. Kami berharap agar pertumbuhan industri pada kuartal berikutnya dapat lebih baik lagi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (6/5/2017).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri yang tumbuh tinggi pada kuartal I 2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34%, industri makanan dan minuman 8,15%, industri karet, barang dari karet dan plastik 7,52%, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 7,41%.
Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. BPS mencatat, industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan mencapai 18,08% pada kuartal I tahun 2017.
Sedangkan untuk kontribusi industri batubara dan pengilangan migas sekitar 2,39%, sehingga sumbangan industri pengolahan (migas dan nonmigas) terhadap total PDB triwulan I-2017 mencapai 20,48%.
Menurut Airlangga, pada kuartal pertama, kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor sebesar 22%. Artinya, ini menunjukkan kondisi pasar global yang sudah pulih, sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas bagi industri dalam negeri.
Airlangga mengungkapkan, industri pengolahan nonmigas selalu membawa efek berganda terhadap perekonomian nasional mulai dari peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja, perolehan devisa dari ekspor, hingga penghemat devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dia optimistis, pertumbuhan industri akan lebih terdongkrak lagi apabila harga gas dan listrik lebih kompetitif karena mampu menekan biaya produksi. “Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,” pungkas Airlangga.
“Kami terus menjaga momentum kenaikan ini, dimana sebelumnya produksi industri manufaktur tumbuh dan saat ini produk domestik bruto (PDB) ikut positif. Kami berharap agar pertumbuhan industri pada kuartal berikutnya dapat lebih baik lagi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (6/5/2017).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri yang tumbuh tinggi pada kuartal I 2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34%, industri makanan dan minuman 8,15%, industri karet, barang dari karet dan plastik 7,52%, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 7,41%.
Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. BPS mencatat, industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan mencapai 18,08% pada kuartal I tahun 2017.
Sedangkan untuk kontribusi industri batubara dan pengilangan migas sekitar 2,39%, sehingga sumbangan industri pengolahan (migas dan nonmigas) terhadap total PDB triwulan I-2017 mencapai 20,48%.
Menurut Airlangga, pada kuartal pertama, kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor sebesar 22%. Artinya, ini menunjukkan kondisi pasar global yang sudah pulih, sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas bagi industri dalam negeri.
Airlangga mengungkapkan, industri pengolahan nonmigas selalu membawa efek berganda terhadap perekonomian nasional mulai dari peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja, perolehan devisa dari ekspor, hingga penghemat devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dia optimistis, pertumbuhan industri akan lebih terdongkrak lagi apabila harga gas dan listrik lebih kompetitif karena mampu menekan biaya produksi. “Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,” pungkas Airlangga.
(ven)