Bisnis Perhotelan DIY Masih Jadi Magnet bagi Investor
A
A
A
YOGYAKARTA - Bisnis perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya. Alasannya, dibandingkan dengan destinasi wisata utama di Indonesia, Pulau Dewata Bali, iklim bisnis perhotelan di DIY masih lebih baik.
Presiden Direktur PT Sunindo Primaland Hartono Hosea mengatakan, perusahaannya sudah memulai bisnis perhotelan sejak beberapa dekade yang lalu. Dan ketika pertama kali mendirikan hotel, Pulau Bali-lah yang menjadi daerah pertama untuk investasi.
Dia menerangkan karena Pulau Bali merupakan destinasi wisata utama di Tanah Air dan tentunya menjadi surga bagi wisatawan. "Semua wisatawan pasti melihatnya Bali sebagai tempat berlibur pertama kali," ujarnya.
Hanya saja, karena Bali merupakan destinasi utama lantas investor hotel yang lainpun melakukan hal sama dengan apa yang perusahaannya lakukan. Berbagai investor mulai dari Papua hingga Aceh bahkan mancanegara mulai mendirikan hotel di pulau Bali. Akibatnya, jumlah hotel di wilayah tersebut cukup banyak..
Dengan jumlah hotel yang cukup banyak, maka persaingan dunia ini semakin ketat. Tentu hal ini juga berdampak dengan kebijakan yang dilakukan oleh masing-masing hotel. Hal yang terburuk yang sudah terjadi adalah persaingan dalam harga. Perang tarifpun tak terhindarkan lagi meskipun hal tersebut merugikan mereka sendiri.
Belakangan, pariwisata di Yogyakarta mulai menggeliat lagi dan investor perhotelan mulai masuk ke wilayah ini, termasuk Sunindo Primaland. Lebih lanjut, ia mengutarakan perusahaannya menambah dua hotel baru setelah sebelumnya mereka berhasil mengoperasikan satu hotel cukup lama.
Hartono mengungkapkan pihaknya membidik Yogyakarta karena iklim bisnisnya masih terjaga. "Rate di Yogya cukup bagus dibanding dengan Bali," tandasnya.
Presiden Direktur PT Sunindo Primaland Hartono Hosea mengatakan, perusahaannya sudah memulai bisnis perhotelan sejak beberapa dekade yang lalu. Dan ketika pertama kali mendirikan hotel, Pulau Bali-lah yang menjadi daerah pertama untuk investasi.
Dia menerangkan karena Pulau Bali merupakan destinasi wisata utama di Tanah Air dan tentunya menjadi surga bagi wisatawan. "Semua wisatawan pasti melihatnya Bali sebagai tempat berlibur pertama kali," ujarnya.
Hanya saja, karena Bali merupakan destinasi utama lantas investor hotel yang lainpun melakukan hal sama dengan apa yang perusahaannya lakukan. Berbagai investor mulai dari Papua hingga Aceh bahkan mancanegara mulai mendirikan hotel di pulau Bali. Akibatnya, jumlah hotel di wilayah tersebut cukup banyak..
Dengan jumlah hotel yang cukup banyak, maka persaingan dunia ini semakin ketat. Tentu hal ini juga berdampak dengan kebijakan yang dilakukan oleh masing-masing hotel. Hal yang terburuk yang sudah terjadi adalah persaingan dalam harga. Perang tarifpun tak terhindarkan lagi meskipun hal tersebut merugikan mereka sendiri.
Belakangan, pariwisata di Yogyakarta mulai menggeliat lagi dan investor perhotelan mulai masuk ke wilayah ini, termasuk Sunindo Primaland. Lebih lanjut, ia mengutarakan perusahaannya menambah dua hotel baru setelah sebelumnya mereka berhasil mengoperasikan satu hotel cukup lama.
Hartono mengungkapkan pihaknya membidik Yogyakarta karena iklim bisnisnya masih terjaga. "Rate di Yogya cukup bagus dibanding dengan Bali," tandasnya.
(akr)