Kontribusi ASEAN Kunci Terwujudnya Jalur Sutera Modern
A
A
A
JAKARTA - Republik Rakyat China kini sedang gencar mempromosikan dan membangun Jalur Sutera Modern atau yang dikenal dengan One Belt, One Road. Presiden RRC Xi Jinping pun mengundang 29 kepala negara dan kepala pemerintahan menghadiri KTT OBOR yang diselenggarakan di Beijing. Dan salah satunya adalah Presiden Joko Widodo.
Dalam The Belt and Road Forum for International Cooperation (BRF), Senin (15/5/2017), Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia menyadari bahwa aspek kemaritiman dari inisiatif OBOR sulit terwujud tanpa kontribusi signifikan dari Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Indonesia sebagai zona ekonomi maritim terbesar di dunia yang perairannya merupakan persimpangan antara Samudra Pasifik dan Samudra India memiliki peranan yang penting dan strategis.
"Kebetulan, salah satu kerangka strategis dalam visi dan misi pemerintahan saya adalah wacana Indonesia sebagai poros maritim dunia," ujar Jokowi di Yangqi Lake International Conference Center (ICC), dalam siaran pers yang diterima SINDOnews di Jakarta, Senin (15/5/2017).
Kepada para kepala negara yang hadir, Presiden Jokowi memaparkan kondisi terkini dari upaya-upaya pemerintah dalam mewujudkan visi poros maritim dunia tersebut. Kepala Negara menyebut bahwa Indonesia penuh dengan segala kekayaan alam dan wisata.
"Jarak dari bagian paling barat Kepulauan Indonesia sampai ke bagian paling timur adalah sama dengan jarak dari London ke Dubai atau dari Los Angeles ke New York. Kepulauan dan perairan Indonesia yang demikian besar juga penuh dengan kekayaan alam dan kekayaan wisata," ucapnya.
Namun, potensi yang dimiliki tersebut diakui belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Sebab, sebagian besar wilayah di Indonesia yang terdiri atas kepulauan tidak terkoneksi dengan baik melalui infrastruktur yang memadai.
"Baru di tahun 2014, tidak lebih dari satu bulan saya menjabat, saya memangkas subsidi bahan bakar minyak lebih dari 80 persen. Reformasi itu menciptakan ruang fiskal sekitar USD15 miliar per tahun yang sebagian besar kami alokasikan kepada pembangunan infrastruktur. Maka lahirlah program pengembangan infrastruktur terbesar dalam sejarah Indonesia," Jokowi menambahkan.
Dua tahun sudah pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Nusantara digalakkan, hasilnya kini sedikit demi sedikit mulai dapat dirasakan. Presiden Jokowi memberikan dua contoh daerah yang berkembang pesat oleh karena pembangunan infrastruktur tersebut. Pertama ialah Provinsi Sumatra Utara.
"Sumatra Utara, bagian paling barat dari Kepulauan Indonesia sekaligus gerbang masuk ke Selat Malaka, sekarang berkembang pesat sebagai pusat pengolahan minyak kelapa sawit dan industri oleochemical. Di lokasi ini pula, terdapat Danau Toba, sebuah danau di pegunungan, di mana jumlah wisatawan sekarang bertumbuh pesat," kata Presiden.
Sementara itu, di Sulawesi Utara, bagian paling utara dari Kepulauan Indonesia yang bertetangga langsung dengan bagian paling selatan Kepulauan Filipina, kini tumbuh sebagai destinasi baru bagi para wisatawan lokal dan mancanegara. Presiden Jokowi bersama Presiden Filipina Rodrigo Duterte beberapa waktu yang lalu bahkan telah meresmikan jalur pelayaran dari Davao dan General Santos di Filipina Selatan menuju Sulawesi Utara.
"Sejak tahun lalu beberapa maskapai penerbangan Indonesia membuka rute langsung dari China ke Sulawesi Utara. Jumlah wisatawan China ke Sulawesi Utara pun melonjak, dari 12 ribu per tahun menjadi 12 ribu per bulan," tuturnya lebih lanjut.
Mengikuti keberhasilan tersebut, semakin banyak maskapai penerbangan yang menyatakan minatnya untuk membuka jalur penerbangan menuju Sumatra Utara dan Sulawesi Utara. Kedua provinsi tersebut kini juga menjadi peluang investasi baru bagi para investor.
"Maka kami ingin mengundang Bapak/Ibu sekalian untuk juga menghubungkan jasa-jasa pelayaran dan rute-rute penerbangan pada dua gerbang di bagian barat dan utara Indonesia ini. Saya percaya yang dibutuhkan di dunia saat ini adalah proyek-proyek yang konkret," ucapnya.
Mengakhiri pernyataannya, Presiden Jokowi meyakini bahwa visi kerja sama dan konektivitas antara negara-negara dalam Inisiatif OBOR akan dapat terwujud. Ia pun mengajak para kepala negara untuk bersama-sama memperlihatkan kepada dunia mengenai pembangunan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut.
"Sebagaimana disampaikan Presiden Xi Jinping kemarin pagi, visi kita akan terbangun satu per satu. Ada pepatah bahasa Inggris yang mengatakan 'Seeing is Believing', mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita benar-benar membangun visi kita secara konkret," tutupnya.
Dalam The Belt and Road Forum for International Cooperation (BRF), Senin (15/5/2017), Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia menyadari bahwa aspek kemaritiman dari inisiatif OBOR sulit terwujud tanpa kontribusi signifikan dari Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Indonesia sebagai zona ekonomi maritim terbesar di dunia yang perairannya merupakan persimpangan antara Samudra Pasifik dan Samudra India memiliki peranan yang penting dan strategis.
"Kebetulan, salah satu kerangka strategis dalam visi dan misi pemerintahan saya adalah wacana Indonesia sebagai poros maritim dunia," ujar Jokowi di Yangqi Lake International Conference Center (ICC), dalam siaran pers yang diterima SINDOnews di Jakarta, Senin (15/5/2017).
Kepada para kepala negara yang hadir, Presiden Jokowi memaparkan kondisi terkini dari upaya-upaya pemerintah dalam mewujudkan visi poros maritim dunia tersebut. Kepala Negara menyebut bahwa Indonesia penuh dengan segala kekayaan alam dan wisata.
"Jarak dari bagian paling barat Kepulauan Indonesia sampai ke bagian paling timur adalah sama dengan jarak dari London ke Dubai atau dari Los Angeles ke New York. Kepulauan dan perairan Indonesia yang demikian besar juga penuh dengan kekayaan alam dan kekayaan wisata," ucapnya.
Namun, potensi yang dimiliki tersebut diakui belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Sebab, sebagian besar wilayah di Indonesia yang terdiri atas kepulauan tidak terkoneksi dengan baik melalui infrastruktur yang memadai.
"Baru di tahun 2014, tidak lebih dari satu bulan saya menjabat, saya memangkas subsidi bahan bakar minyak lebih dari 80 persen. Reformasi itu menciptakan ruang fiskal sekitar USD15 miliar per tahun yang sebagian besar kami alokasikan kepada pembangunan infrastruktur. Maka lahirlah program pengembangan infrastruktur terbesar dalam sejarah Indonesia," Jokowi menambahkan.
Dua tahun sudah pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Nusantara digalakkan, hasilnya kini sedikit demi sedikit mulai dapat dirasakan. Presiden Jokowi memberikan dua contoh daerah yang berkembang pesat oleh karena pembangunan infrastruktur tersebut. Pertama ialah Provinsi Sumatra Utara.
"Sumatra Utara, bagian paling barat dari Kepulauan Indonesia sekaligus gerbang masuk ke Selat Malaka, sekarang berkembang pesat sebagai pusat pengolahan minyak kelapa sawit dan industri oleochemical. Di lokasi ini pula, terdapat Danau Toba, sebuah danau di pegunungan, di mana jumlah wisatawan sekarang bertumbuh pesat," kata Presiden.
Sementara itu, di Sulawesi Utara, bagian paling utara dari Kepulauan Indonesia yang bertetangga langsung dengan bagian paling selatan Kepulauan Filipina, kini tumbuh sebagai destinasi baru bagi para wisatawan lokal dan mancanegara. Presiden Jokowi bersama Presiden Filipina Rodrigo Duterte beberapa waktu yang lalu bahkan telah meresmikan jalur pelayaran dari Davao dan General Santos di Filipina Selatan menuju Sulawesi Utara.
"Sejak tahun lalu beberapa maskapai penerbangan Indonesia membuka rute langsung dari China ke Sulawesi Utara. Jumlah wisatawan China ke Sulawesi Utara pun melonjak, dari 12 ribu per tahun menjadi 12 ribu per bulan," tuturnya lebih lanjut.
Mengikuti keberhasilan tersebut, semakin banyak maskapai penerbangan yang menyatakan minatnya untuk membuka jalur penerbangan menuju Sumatra Utara dan Sulawesi Utara. Kedua provinsi tersebut kini juga menjadi peluang investasi baru bagi para investor.
"Maka kami ingin mengundang Bapak/Ibu sekalian untuk juga menghubungkan jasa-jasa pelayaran dan rute-rute penerbangan pada dua gerbang di bagian barat dan utara Indonesia ini. Saya percaya yang dibutuhkan di dunia saat ini adalah proyek-proyek yang konkret," ucapnya.
Mengakhiri pernyataannya, Presiden Jokowi meyakini bahwa visi kerja sama dan konektivitas antara negara-negara dalam Inisiatif OBOR akan dapat terwujud. Ia pun mengajak para kepala negara untuk bersama-sama memperlihatkan kepada dunia mengenai pembangunan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut.
"Sebagaimana disampaikan Presiden Xi Jinping kemarin pagi, visi kita akan terbangun satu per satu. Ada pepatah bahasa Inggris yang mengatakan 'Seeing is Believing', mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita benar-benar membangun visi kita secara konkret," tutupnya.
(ven)