Xi Jinping: Jalur Sutera Modern Akan Atasi Tantangan Ekonomi Global
A
A
A
BEIJING - Ambisi Republik Rakyat China menyingkirkan Amerika Serikat dari takhta kekuatan ekonomi nomor satu dunia, tampaknya bukan retorika. Selama dua hari, China menggelar KTT Belt and Road (BR) atau yang dikenal sebagai Jalur Sutera Modern.
Presiden RRC Xi Jinping mengatakan inisiatif OBOR merupakan upaya diplomatik untuk mendorong globalisasi dengan gaya China. Xi menyebut inisiatif Belt and Road sebagai “Proyek Abad Ini”, yang rencananya akan menghubungkan China dengan dunia melalui jalur perdagangan guna mengatasi tantangan ekonomi global.
“Inisiatif ini telah memasuki era baru dan berjalan lancar,” ujar Xi dalam pidato penutupannya, seperti dilansir Bloomberg, Senin (15/5/2017). Tercatat 68 negara dan organisasi internasional telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan tuan rumah. Xi menambahkan bahwa forum ini akan berkumpul kembali pada 2019 mendatang.
Inisiatif BR ini menjanjikan 540 miliar yuan atau setara USD78 miliar untuk pembiayaan, termasuk 100 miliar yuan untuk Dana Jalur Sutera, pinjaman baru 380 miliar yuan kepada negara-negara peserta, dan 60 miliar yuan di tahun-tahun mendatang untuk pengembangan negara dan organisasi internasional yang mengikuti forum tersebut.
Dalam pidatonya, Xi menekankan BR bertujuan meningkatkan perdagangan multilateral, juga inisiatif untuk meningkatkan perdamaian di dunia yang kini penuh tantangan. Kepada hampir dua lusin pemimpin dunia yang berkumpul, Xi menandaskan negara-negara di dunia harus menjunjung tinggi dan mengembangkan ekonomi dunia secara terbuka.
Proyek ini sendiri akan menghubungkan China dengan Asia, Eropa, dan Afrika melalui infrastruktur dan investasi. Direktur analisa untuk Asia di Control Risk Group, Andrew Gilholm menyebut inisiatif BR untuk mengisi kekosongan dan memanfaatkan persepsi secara global, dimana AS di bawah komandan baru Donald Trump lebih memilih proteksionisme ekonomi.
Dalam KTT hadir beberapa kepala negara seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Indonesia Joko Widodo, dan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif. Namun India tidak mengirimkan delegasi, dengan alasan sedang menghadiri KKT G-7 di Italia.
Putin dan Erdogan sendiri mendukung insiatif China sebagai hal yang tepat dan menjanjikan, sambil menyoroti Persatuan Ekonomi Eurasia yang dipimpin oleh Rusia. Sementara Erdogan mengatakan bahwa saat ini, pusat gravitasi ekonomi dunia sudah beralih dari Barat ke Timur. Dan ingin ekspansi infrastruktur yang direncanakan (One Belt, One Road) terhubung dengan Turki.
Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond menyebut inisiatif tersebut sangat inovatif. Bahkan Hammond menekankan keinginan Inggris untuk mendapatkan hubungan perdagangan global baru saat mereka benar-benar mengimplementasikan meninggalkan Uni Eropa. Dan Sharif menyebut forum tersebut sebagai peristiwa bersejarah yang akan menghancurkan hambatan perdagangan global.
Menghadapi kekhawatiran bahwa inisiatif OBOR akan menjadi bonanza bagi perusahaan China, Xi menyatakan bahwa inisiatif ini terbuka untuk semua negara dan akan melengkapi tujuan pembangunan masing-masing negara. Ia bahkan menyatakan inisiatif ini dibangun oleh kerangka perdagangan bebas yang adil.
Karena itu, Xi berjanji China tidak berkeinginan mengekspor model pembangunannya ke negara lain, juga menyerukan saling menghormati satu sama lain wilayah demi kepentingan utama.
Adapun beberapa organisasi internasional seperti Asian Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank, European Investment Bank, New Development Bank, Bank Dunia, dan Kementerian China menandatangani kesepakatan untuk mempromosikan Belt and Road.
Kepada kantor berita China, Xinhua, Wakil Menteri Keuangan Shi Yaobin mengatakan China akan mendorong lembaga keuangan untuk menginvestasikan 300 miliar yuan (USD43 miliar) untuk bisnis luar negeri dengan menggunakan mata uang yuan.
Menurut data Xinhua, sejak 2013, China telah menginvestasikan dana di negara-negara yang terhubung dengan One Belt, One Road sebesar USD50 miliar. Credit Suisse Group AG memperkirakan dalam lima tahun kedepan, investasi inisiatif ini bisa mencapai USD502 miliar ke 62 negara.
Xi lantas menceritakan insiatif BR untuk membangkitkan romansa masa keemasan China kuno, dimana 2000 tahun silam, nenek moyang mereka melakukan perjalanan membuka Jalan Sutera melintasi stepa Euroasia. Membangun kapal-kapal besar untuk perdagangan, bahkan melintasi Sungai Nil di Mesir dan Sungai Gangga di India, termasuk perjalanan ke Barat dalam rangka mempelajari agama Buddha dari India ke China.
Menariknya, saat KTT BR berlangsung, sekutu mereka, Korea Utara sedang melakukan uji rudal balistik ketujuh pada tahun ini. Peluncuran tersebut menentang sanksi PBB dan peringatran Trump, dimana AS bisa mengambil tindakan militer jika Korut mengganggu kestabilan di wilayah Asia Timur.
Namun Xi dalam forum BR tidak menyinggung soal sikap Korut. Ia hanya membahas soal gangguan geopolitik di sepanjang rute Belt and Road, bahwa rute Jalur Sutera Kuno berkembang di masa damai, namun kehilangan kekuatan pada saat perang. “Pembangunan inisiatif Belt and Road harus membutuhkan lingkungan yang damai dan stabil,” tegasnya.
Presiden RRC Xi Jinping mengatakan inisiatif OBOR merupakan upaya diplomatik untuk mendorong globalisasi dengan gaya China. Xi menyebut inisiatif Belt and Road sebagai “Proyek Abad Ini”, yang rencananya akan menghubungkan China dengan dunia melalui jalur perdagangan guna mengatasi tantangan ekonomi global.
“Inisiatif ini telah memasuki era baru dan berjalan lancar,” ujar Xi dalam pidato penutupannya, seperti dilansir Bloomberg, Senin (15/5/2017). Tercatat 68 negara dan organisasi internasional telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan tuan rumah. Xi menambahkan bahwa forum ini akan berkumpul kembali pada 2019 mendatang.
Inisiatif BR ini menjanjikan 540 miliar yuan atau setara USD78 miliar untuk pembiayaan, termasuk 100 miliar yuan untuk Dana Jalur Sutera, pinjaman baru 380 miliar yuan kepada negara-negara peserta, dan 60 miliar yuan di tahun-tahun mendatang untuk pengembangan negara dan organisasi internasional yang mengikuti forum tersebut.
Dalam pidatonya, Xi menekankan BR bertujuan meningkatkan perdagangan multilateral, juga inisiatif untuk meningkatkan perdamaian di dunia yang kini penuh tantangan. Kepada hampir dua lusin pemimpin dunia yang berkumpul, Xi menandaskan negara-negara di dunia harus menjunjung tinggi dan mengembangkan ekonomi dunia secara terbuka.
Proyek ini sendiri akan menghubungkan China dengan Asia, Eropa, dan Afrika melalui infrastruktur dan investasi. Direktur analisa untuk Asia di Control Risk Group, Andrew Gilholm menyebut inisiatif BR untuk mengisi kekosongan dan memanfaatkan persepsi secara global, dimana AS di bawah komandan baru Donald Trump lebih memilih proteksionisme ekonomi.
Dalam KTT hadir beberapa kepala negara seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Indonesia Joko Widodo, dan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif. Namun India tidak mengirimkan delegasi, dengan alasan sedang menghadiri KKT G-7 di Italia.
Putin dan Erdogan sendiri mendukung insiatif China sebagai hal yang tepat dan menjanjikan, sambil menyoroti Persatuan Ekonomi Eurasia yang dipimpin oleh Rusia. Sementara Erdogan mengatakan bahwa saat ini, pusat gravitasi ekonomi dunia sudah beralih dari Barat ke Timur. Dan ingin ekspansi infrastruktur yang direncanakan (One Belt, One Road) terhubung dengan Turki.
Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond menyebut inisiatif tersebut sangat inovatif. Bahkan Hammond menekankan keinginan Inggris untuk mendapatkan hubungan perdagangan global baru saat mereka benar-benar mengimplementasikan meninggalkan Uni Eropa. Dan Sharif menyebut forum tersebut sebagai peristiwa bersejarah yang akan menghancurkan hambatan perdagangan global.
Menghadapi kekhawatiran bahwa inisiatif OBOR akan menjadi bonanza bagi perusahaan China, Xi menyatakan bahwa inisiatif ini terbuka untuk semua negara dan akan melengkapi tujuan pembangunan masing-masing negara. Ia bahkan menyatakan inisiatif ini dibangun oleh kerangka perdagangan bebas yang adil.
Karena itu, Xi berjanji China tidak berkeinginan mengekspor model pembangunannya ke negara lain, juga menyerukan saling menghormati satu sama lain wilayah demi kepentingan utama.
Adapun beberapa organisasi internasional seperti Asian Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank, European Investment Bank, New Development Bank, Bank Dunia, dan Kementerian China menandatangani kesepakatan untuk mempromosikan Belt and Road.
Kepada kantor berita China, Xinhua, Wakil Menteri Keuangan Shi Yaobin mengatakan China akan mendorong lembaga keuangan untuk menginvestasikan 300 miliar yuan (USD43 miliar) untuk bisnis luar negeri dengan menggunakan mata uang yuan.
Menurut data Xinhua, sejak 2013, China telah menginvestasikan dana di negara-negara yang terhubung dengan One Belt, One Road sebesar USD50 miliar. Credit Suisse Group AG memperkirakan dalam lima tahun kedepan, investasi inisiatif ini bisa mencapai USD502 miliar ke 62 negara.
Xi lantas menceritakan insiatif BR untuk membangkitkan romansa masa keemasan China kuno, dimana 2000 tahun silam, nenek moyang mereka melakukan perjalanan membuka Jalan Sutera melintasi stepa Euroasia. Membangun kapal-kapal besar untuk perdagangan, bahkan melintasi Sungai Nil di Mesir dan Sungai Gangga di India, termasuk perjalanan ke Barat dalam rangka mempelajari agama Buddha dari India ke China.
Menariknya, saat KTT BR berlangsung, sekutu mereka, Korea Utara sedang melakukan uji rudal balistik ketujuh pada tahun ini. Peluncuran tersebut menentang sanksi PBB dan peringatran Trump, dimana AS bisa mengambil tindakan militer jika Korut mengganggu kestabilan di wilayah Asia Timur.
Namun Xi dalam forum BR tidak menyinggung soal sikap Korut. Ia hanya membahas soal gangguan geopolitik di sepanjang rute Belt and Road, bahwa rute Jalur Sutera Kuno berkembang di masa damai, namun kehilangan kekuatan pada saat perang. “Pembangunan inisiatif Belt and Road harus membutuhkan lingkungan yang damai dan stabil,” tegasnya.
(ven)