Faktor Eksternal Sebabkan BI Tahan Suku Bunga
A
A
A
JAKARTA - Chief Economist di SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi menilai, Bank Indonesia (BI) kemungkinan tidak ikut menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7 Day RR).
"Saya expect tetap di 4,75%, karena kenaikan FFR sudah diantisipasi para pelaku pasar sehingga dampaknya terbatas," ujarnya saat dihubungi, Kamis (15/6/2017).
Hanya saja, dia mengatakan, masih ada risiko tekanan inflasi dan tekanan terhadap kurs rupiah dari faktor eksternal. Dengan begitu, BI tidak akan menurunkan maupun menaikkan BI 7 Day RR. Di sisi lain, tekanan inflasi dan tekanan terhadap rupiah ini masih bisa diakomodasi oleh BI 7 Day RR pada saat ini. Dengan demikian suku bunga acuan BI tidak perlu naik.
Ekonom Center Of Reform Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, dalam kondisi posisi nilai tukar rupiah masih cenderung stabil bahkan menguat, inflasi rendah, dan neraca perdagangan surplus, memang semestinya Bank Indonesia bisa menurunkan 7DRR. "Namun lantaran faktor eksternal kenaikan FFR, maka 7DRR ditahan," kata dia.
Belajar dari pengalaman beberapa kali kenaikan FFR, dimana kenaikan FFR hanya sebesar 0,25 bps dan tidak memberikan guncangan terhadap nilai rupiah kecuali hanya sesaat. Lebih lanjut Faisal menuturkan, kedepan BI masih mewaspadai inflasi, walau saat ini masih rendah tapi adanya potensi untuk meningkat masih besar terutama karena dorongan administered prices.
"Tapi konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat juga sebenarnya mengalami tekanan karena administered prices, juga penyaluran kredit perbankan ke sektor riil, terutama UKM yang masih banyak hambatan. Sehingga membatasi penciptaan lapangan pekerjaan," paparnya.
"Saya expect tetap di 4,75%, karena kenaikan FFR sudah diantisipasi para pelaku pasar sehingga dampaknya terbatas," ujarnya saat dihubungi, Kamis (15/6/2017).
Hanya saja, dia mengatakan, masih ada risiko tekanan inflasi dan tekanan terhadap kurs rupiah dari faktor eksternal. Dengan begitu, BI tidak akan menurunkan maupun menaikkan BI 7 Day RR. Di sisi lain, tekanan inflasi dan tekanan terhadap rupiah ini masih bisa diakomodasi oleh BI 7 Day RR pada saat ini. Dengan demikian suku bunga acuan BI tidak perlu naik.
Ekonom Center Of Reform Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, dalam kondisi posisi nilai tukar rupiah masih cenderung stabil bahkan menguat, inflasi rendah, dan neraca perdagangan surplus, memang semestinya Bank Indonesia bisa menurunkan 7DRR. "Namun lantaran faktor eksternal kenaikan FFR, maka 7DRR ditahan," kata dia.
Belajar dari pengalaman beberapa kali kenaikan FFR, dimana kenaikan FFR hanya sebesar 0,25 bps dan tidak memberikan guncangan terhadap nilai rupiah kecuali hanya sesaat. Lebih lanjut Faisal menuturkan, kedepan BI masih mewaspadai inflasi, walau saat ini masih rendah tapi adanya potensi untuk meningkat masih besar terutama karena dorongan administered prices.
"Tapi konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat juga sebenarnya mengalami tekanan karena administered prices, juga penyaluran kredit perbankan ke sektor riil, terutama UKM yang masih banyak hambatan. Sehingga membatasi penciptaan lapangan pekerjaan," paparnya.
(ven)