RI-China Kerja Sama Bangun Pabrik dan Pembangkit Listrik di Morowali

Minggu, 18 Juni 2017 - 00:21 WIB
RI-China Kerja Sama...
RI-China Kerja Sama Bangun Pabrik dan Pembangkit Listrik di Morowali
A A A
JAKARTA - Indonesia dan China sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi. Komitmen tersebut terealisasi melalui penandatangan MoU antara Tsingshan Group dan Delong Group dengan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terkait pembangunan pabrik carbon steel di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas mencapai 3,5 juta ton per tahun dan total nilai investasi sebesar USD980 juta atau sekitar Rp12,8 triliun.

Selain itu, ditandatangani pula MoU antara Tsingshan Group dengan Bintang Delapan Group dan PT Indonesia Morowali Industrial Park tentang kerja sama pembangunan pembangkit tenaga listrik di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 700MW dan total nilai investasi sebesar USD650 juta.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya aktif mendorong investor China agar menambah mitranya dengan pengusaha lokal serta penanaman modalnya di Indonesia terutama guna mendukung pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa.

"Kami mengapresiasi adanya kerja sama B to B (business to business) kedua negara, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendalaman struktur serta peningkatan daya saing industri nasional. Bahkan juga mampu memacu pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia," ujarnya, dalam keterangan tertulis Sabtu (17/6/2017).

Menurut Airlangga, kerja sama tersebut merupakan salah satu tindak lanjut pertemuan bilateral antara Presiden RI Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping terkait peningkatan kerja sama ekonomi Indonesia-China pada Belt and Road Forum for International Cooperation di Beijing, China, Mei 2017.

"Terkait Belt and Road Initiative, Kemenperin juga telah mendorong peningkatan kerja sama investasi Tiongkok di kawasan industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara, serta kawasan industri prioritas lainnya seperti di Sumatera Utara dan Sulawesi Utara,” paparnya.

Penandatanganan kedua MoU dilakukan di sela pelaksanaan China-Indonesia Cooperation Forum: Belt and Road Initiative and Global Maritime Fulcrum di Beijing, China, 16 Juni 2017. Turut menyaksikan kesepakatan kerja sama tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, dan Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Sugeng Rahardjo.

Selanjutnya, hadir pula mewakili Menteri Perindustrian, yakni Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto serta Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin Imam Haryono.

Dalam rangkaian kegiatan China-Indonesia Cooperation Forum, Imam Haryono memberikan pemaparan mengenai potensi kerja sama investasi serta beberapa fasilitas infrastruktur yang akan dibangun di kawasan industri di Kalimantan Utara, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Di samping itu, Harjanto menyampaikan kebijakan industri nasional yang mengarah kepada kerja sama pengembangan kawasan dan investasi di luar Pulau Jawa serta pemberian insentif yang menarik bagi calon investor.

Di kesempatan yang berbeda, delegasi Indonesia melakukan pertemuan dengan China Communications Constructions Company Ltd. (CCCC). Diharapkan, CCCC dapat turut berpartisipasi dalam kerja sama pengembangan kawasan industri di luar Pulau Jawa serta mampu menarik unit-unit usahanya untuk berinvestasi pada sektor manufaktur di Indonesia.

Menurut Harjanto, pihak CCCC mengakui, Indonesia merupakan mitra potensi yang strategis bagi mereka terutama dalam pengembangan proyek infrastruktur, seperti pembangkit tenaga listrik, jembatan, dan jalur kereta api.

“Salah satu unit usaha CCCC, yakni China Harbour secara spesifik menyatakan tertarik pada pengembangan kawasan industri di Kuala Tanjung dan kerja sama di sektor pelabuhan,” ujarnya.

Kemenperin mencatat, investasi China di Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai PMA pada sektor manufaktur dengan nilai mencapai USD2 miliar, yang tersebar pada 594 proyek. Nilai ini meningkat 839% dibanding periode yang sama tahun 2015. Selama 2014-2016, konsentrasi investasi manufaktur China di Indonesia, yaitu pada sektor logam, mesin dan elektronik, mineral nonlogam, kimia dan farmasi, serta makanan.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0014 seconds (0.1#10.140)