Pendorong Harga Rumah di Yogyakarta Terus Naik
A
A
A
JAKARTA - Harga perumahan di DI Yogyakarta secara konsisten mengalami kenaikan pada kuartal I dan II 2017. Rumah.com Property Index mencatat harga perumahan di Yogyakarta mencapai Rp6 juta per meter persegi dengan kenaikan sebesar 0,12% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Country Manager Rumah.com, Wasudewan mengemukakan, data Rumah.com Property Index tentang Yogyakarta sangat penting sebagai solusi masalah transparansi data properti yang dibutuhkan oleh para pengembang maupun pencari hunian di kota pelajar tersebut. Tren kenaikan harga perumahan di Yogyakarta selalu terjadi pada setiap kuartal.
“Data Rumah.com Property Index ini cukup penting digunakan karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti yang diakses 3,4 juta pengunjung setiap bulan. Para pengunjung juga mengunjungi 17 juta halaman properti kami setiap bulan,” ujarnya, dalam keterangan pers.
Menurut Wasudewan, faktor utama kenaikan harga rumah tapak secara konsisten di Yogyakarta adalah karena kota tersebut merupakan tujuan wisata utama di Indonesia selain Bali, Bandung dan Jakarta.
“Sektor pariwisata yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta turut mendongkrak harga perumahan di kota ini. Kebutuhan rumah tapak di Yogyakarta masih terus berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi,” terangnya.
Wasudewan menambahkan, munculnya tujuan-tujuan wisata baru di Yogyakarta, seperti Desa Wisata Rumah Domes dan Jogja Bay Pirates Adventure Waterpark, menguatkan Yogyakarta sebagai salah satu kota favorit tujuan wisatawan.
Sementara industri properti di Yogyakarta sendiri terus berekspansi agar bisa menampung wisatawan yang datang berkunjung. Namun saat ini sedang berlangsung moratorium pembangunan hotel di Yogyakarta yang peraturannya dikeluarkan oleh Pemerintah Walikota Yogyakarta, berlaku mulai awal 2014 lalu hingga akhir 2017.
Moratorium yang diberlakukan demi meningkatkan okupansi hotel di Yogyakarta ini berdampak pada pengalihan investasi dari pembangunan hotel ke pembangunan homestay. Hal inilah yang menyebabkan harga perumahan di Yogyakarta terus meningkat secara konsisten pada tiap kuartalnya.
“Hadirnya tujuan-tujuan wisata baru di Yogyakarta yang beriringan dengan moratorium pembangunan hotel membuat para investor dan para pengembang beralih pada rumah tapak,” jelas Wasudewan.
Tren positif dari sektor pariwisata berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 0.20% pada kuartal I 2017 dibandingkan kuartal IV 2016 dan berbanding lurus dengan kenaikan harga rumah tapak pada kuartal yang sama sebesar 1.05% (quarter on quarter).
“Perkembangan properti di Yogyakarta pada kuartal-kuartal berikutnya diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan akan datangnya tahun ajaran baru dan masih berlakunya moratorium pembangunan hotel sampai dengan akhir 2017,” pungkas Wasudewan.
Country Manager Rumah.com, Wasudewan mengemukakan, data Rumah.com Property Index tentang Yogyakarta sangat penting sebagai solusi masalah transparansi data properti yang dibutuhkan oleh para pengembang maupun pencari hunian di kota pelajar tersebut. Tren kenaikan harga perumahan di Yogyakarta selalu terjadi pada setiap kuartal.
“Data Rumah.com Property Index ini cukup penting digunakan karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti yang diakses 3,4 juta pengunjung setiap bulan. Para pengunjung juga mengunjungi 17 juta halaman properti kami setiap bulan,” ujarnya, dalam keterangan pers.
Menurut Wasudewan, faktor utama kenaikan harga rumah tapak secara konsisten di Yogyakarta adalah karena kota tersebut merupakan tujuan wisata utama di Indonesia selain Bali, Bandung dan Jakarta.
“Sektor pariwisata yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta turut mendongkrak harga perumahan di kota ini. Kebutuhan rumah tapak di Yogyakarta masih terus berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi,” terangnya.
Wasudewan menambahkan, munculnya tujuan-tujuan wisata baru di Yogyakarta, seperti Desa Wisata Rumah Domes dan Jogja Bay Pirates Adventure Waterpark, menguatkan Yogyakarta sebagai salah satu kota favorit tujuan wisatawan.
Sementara industri properti di Yogyakarta sendiri terus berekspansi agar bisa menampung wisatawan yang datang berkunjung. Namun saat ini sedang berlangsung moratorium pembangunan hotel di Yogyakarta yang peraturannya dikeluarkan oleh Pemerintah Walikota Yogyakarta, berlaku mulai awal 2014 lalu hingga akhir 2017.
Moratorium yang diberlakukan demi meningkatkan okupansi hotel di Yogyakarta ini berdampak pada pengalihan investasi dari pembangunan hotel ke pembangunan homestay. Hal inilah yang menyebabkan harga perumahan di Yogyakarta terus meningkat secara konsisten pada tiap kuartalnya.
“Hadirnya tujuan-tujuan wisata baru di Yogyakarta yang beriringan dengan moratorium pembangunan hotel membuat para investor dan para pengembang beralih pada rumah tapak,” jelas Wasudewan.
Tren positif dari sektor pariwisata berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 0.20% pada kuartal I 2017 dibandingkan kuartal IV 2016 dan berbanding lurus dengan kenaikan harga rumah tapak pada kuartal yang sama sebesar 1.05% (quarter on quarter).
“Perkembangan properti di Yogyakarta pada kuartal-kuartal berikutnya diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan akan datangnya tahun ajaran baru dan masih berlakunya moratorium pembangunan hotel sampai dengan akhir 2017,” pungkas Wasudewan.
(dmd)