Menperin Intip Industri Perikanan Jepang
A
A
A
JAKARTA - Selain melakukan pertemuan bisnis dengan pelaku industri Jepang, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto didampingi Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Arifin Tasrif juga melihat secara langsung bisnis ikan di pasar Tsukiji, Tokyo yang cukup terkenal di dunia. Menurut Menperin kemajuan industri perikanan Jepang bisa menjadi contoh.
“Bisnis dari industri perikanan di Jepang, omzetnya cukup besar dan bisa menjadi contoh bagi pengembangan di Indonesia,” ungkapnya seperti dilansir laman resmi Kementerian Perindustrian, Sabtu (8/7/2017).
Pasar Tsukiji sendiri mulai beroperasi sejak tahun 1935, dan merupakan pusat grosir hasil laut dan pertanian yang tertua di antara 11 pasar pusat grosir metropolitan Tokyo. Tiap hari transaksi ikan di Tsukiji mencapai 2.167 ton dengan putaran uang per hari sebesar 1,77 miliar yen.
Sebelumnya, Airlangga mengatakan, pihaknya akan mempelajari dan mencari jalan keluar terkait kendala dalam pengembangan industri perikanan di dalam negeri. Misalnya mengenai pasokan bahan baku, infrastruktur, sarana dan prasarana, serta kebijakan dan peraturan.
"Ekspor udang kita sangat bagus. Selain itu, ada industri-industri lain yang sudah advanced di pasar ekspor pada bidang processing food, dan ada juga yang di kelompok ikan segar dan kaleng. Ini yang akan kami terus dorong untuk tumbuh," paparnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, industri pengolahan ikan di Indonesia terdiri dari 636 Usaha Pengolahan Ikan (UPI) skala besar dan 36.000 UPI skala kecil atau rumah tangga dengan teknologi sederhana. Salah satu industri pengolahan ikan yang cukup berkembang di Indonesia yaitu industri pengalengan ikan. Pada 2015, industrinya mencapai 41 perusahaan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 46.500 orang dan nilai investasi sebesar Rp 1,91 triliun.
Kapasitas terpasang industri tersebut mencapai 630.000 ton dengan nilai produksi 315.000 ton. Sedangkan, nilai ekspor ikan dalam kaleng mencapai USD 26 juta dengan nilai impornya USD 1,6 juta.
“Bisnis dari industri perikanan di Jepang, omzetnya cukup besar dan bisa menjadi contoh bagi pengembangan di Indonesia,” ungkapnya seperti dilansir laman resmi Kementerian Perindustrian, Sabtu (8/7/2017).
Pasar Tsukiji sendiri mulai beroperasi sejak tahun 1935, dan merupakan pusat grosir hasil laut dan pertanian yang tertua di antara 11 pasar pusat grosir metropolitan Tokyo. Tiap hari transaksi ikan di Tsukiji mencapai 2.167 ton dengan putaran uang per hari sebesar 1,77 miliar yen.
Sebelumnya, Airlangga mengatakan, pihaknya akan mempelajari dan mencari jalan keluar terkait kendala dalam pengembangan industri perikanan di dalam negeri. Misalnya mengenai pasokan bahan baku, infrastruktur, sarana dan prasarana, serta kebijakan dan peraturan.
"Ekspor udang kita sangat bagus. Selain itu, ada industri-industri lain yang sudah advanced di pasar ekspor pada bidang processing food, dan ada juga yang di kelompok ikan segar dan kaleng. Ini yang akan kami terus dorong untuk tumbuh," paparnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, industri pengolahan ikan di Indonesia terdiri dari 636 Usaha Pengolahan Ikan (UPI) skala besar dan 36.000 UPI skala kecil atau rumah tangga dengan teknologi sederhana. Salah satu industri pengolahan ikan yang cukup berkembang di Indonesia yaitu industri pengalengan ikan. Pada 2015, industrinya mencapai 41 perusahaan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 46.500 orang dan nilai investasi sebesar Rp 1,91 triliun.
Kapasitas terpasang industri tersebut mencapai 630.000 ton dengan nilai produksi 315.000 ton. Sedangkan, nilai ekspor ikan dalam kaleng mencapai USD 26 juta dengan nilai impornya USD 1,6 juta.
(akr)