Indonesia Mengejar Ketertinggalan Infrastruktur
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini tengah melakukan percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia.
"Untuk memenangkan persaingan global saat ini, menurutnya (Presiden Jokowi) hanya akan diraih oleh negara yang telah siap, termasuk ketersediaan infrastruktur pendukungnya," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (16/7/2017).
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara Seminar Japan Global Exchange Forum for Housing, Building and Urban Development sekaligus pertemuan bisnis dengan para pengusaha Jepang khususnya bidang infrastruktur di Tokyo.
Selain dihadiri para pengusaha, juga hadir Hiroto Izumi yang menjabat Penasehat Khusus Perdana Menteri Jepang; Shigeru Kiyama, penasehat khusus kabinet; Yoshiyuki Aoki dari deputi MLIT (Ministry Land, Infrastructure, Transport and Tourism), dan Ryu Yano, Ketua Japan Global Exchange Forum for Housing, Building and Urban Development. Turut hadir Dubes Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif.
Dalam periode 2015-2019, anggaran yang dibutuhkan Kementerian PUPR sebesar Rp931 triliun yang tidak dapat dipenuhi seluruhnya melalui APBN. Anggaran tersebut untuk diantaranya pembangunan 65 bendungan, dimana 45 bendungan baru, 1.000 km jalan tol, mendukung program 100-0-100 untuk air bersih, penataan kumuh dan sanitasi serta program satu juta rumah.
Sementara itu, Arifin Tasrif mengatakan Indonesia mengenal Jepang sebagai negara yang mempunyai keunggulan dalam membangun infrastruktur dengan teknologi dan kualitas yang tinggi. Oleh karenanya, ia mengundang para pengusaha Jepang untuk tidak ragu berinvestasi di Indonesia.
Kunjungan Basuki ini membawa pesan-pesan yang kuat mengenai prospek pengembangan proyek infrastruktur yang akan direalisasikan bersama. Dalam pertemuan tersebut, Shigeru Kiyama, sangat senang mendengar kembali kata "Brantas".
Hal ini tidak terlepas dari sejarah pembangunan wilayah Sungai Brantas yang dilakukan bersama antara Indonesia dan Jepang pada 40 tahun lalu. Kerja sama dengan Jepang kala itu tidak hanya sebatas membangun fisik infrastruktur, juga alih pengetahuan bagi ribuan insinyur Indonesia. Dari proyek tersebut kemudian dibentuk PT Brantas Abipraya.
Proyek pembangunan wilayah Sungai Brantas saat ini telah memberi manfaat besar, salah satunya Sungai Brantas tak lagi meluap dan mengakibatkan banjir besar seperti kerap terjadi pada masa itu. Semua kerja keras untuk mewujudkan proyek tersebut menjadi dikenal sebagai "Semangat Brantas" yang menurutnya harus terus digelorakan.
"Untuk memenangkan persaingan global saat ini, menurutnya (Presiden Jokowi) hanya akan diraih oleh negara yang telah siap, termasuk ketersediaan infrastruktur pendukungnya," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (16/7/2017).
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara Seminar Japan Global Exchange Forum for Housing, Building and Urban Development sekaligus pertemuan bisnis dengan para pengusaha Jepang khususnya bidang infrastruktur di Tokyo.
Selain dihadiri para pengusaha, juga hadir Hiroto Izumi yang menjabat Penasehat Khusus Perdana Menteri Jepang; Shigeru Kiyama, penasehat khusus kabinet; Yoshiyuki Aoki dari deputi MLIT (Ministry Land, Infrastructure, Transport and Tourism), dan Ryu Yano, Ketua Japan Global Exchange Forum for Housing, Building and Urban Development. Turut hadir Dubes Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif.
Dalam periode 2015-2019, anggaran yang dibutuhkan Kementerian PUPR sebesar Rp931 triliun yang tidak dapat dipenuhi seluruhnya melalui APBN. Anggaran tersebut untuk diantaranya pembangunan 65 bendungan, dimana 45 bendungan baru, 1.000 km jalan tol, mendukung program 100-0-100 untuk air bersih, penataan kumuh dan sanitasi serta program satu juta rumah.
Sementara itu, Arifin Tasrif mengatakan Indonesia mengenal Jepang sebagai negara yang mempunyai keunggulan dalam membangun infrastruktur dengan teknologi dan kualitas yang tinggi. Oleh karenanya, ia mengundang para pengusaha Jepang untuk tidak ragu berinvestasi di Indonesia.
Kunjungan Basuki ini membawa pesan-pesan yang kuat mengenai prospek pengembangan proyek infrastruktur yang akan direalisasikan bersama. Dalam pertemuan tersebut, Shigeru Kiyama, sangat senang mendengar kembali kata "Brantas".
Hal ini tidak terlepas dari sejarah pembangunan wilayah Sungai Brantas yang dilakukan bersama antara Indonesia dan Jepang pada 40 tahun lalu. Kerja sama dengan Jepang kala itu tidak hanya sebatas membangun fisik infrastruktur, juga alih pengetahuan bagi ribuan insinyur Indonesia. Dari proyek tersebut kemudian dibentuk PT Brantas Abipraya.
Proyek pembangunan wilayah Sungai Brantas saat ini telah memberi manfaat besar, salah satunya Sungai Brantas tak lagi meluap dan mengakibatkan banjir besar seperti kerap terjadi pada masa itu. Semua kerja keras untuk mewujudkan proyek tersebut menjadi dikenal sebagai "Semangat Brantas" yang menurutnya harus terus digelorakan.
(ven)