Harga Garam Naik 10 Kali Lipat, Produksi Bandeng dan Ikan Asin Melesu

Selasa, 25 Juli 2017 - 01:04 WIB
Harga Garam Naik 10 Kali Lipat, Produksi Bandeng dan Ikan Asin Melesu
Harga Garam Naik 10 Kali Lipat, Produksi Bandeng dan Ikan Asin Melesu
A A A
KARAWANG - Sejumlah pelaku industri ikan asin dan bandeng di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan naiknya harga garam hingga 10 kali lipat. Kenaikan harga itu membuat usaha mereka sedikit melesu.

"Kami memang sempat didatangi sejumlah kelompok usaha industri ikan asin dan bandeng di Karawang. Mereka mengeluhkan mengenai harga garam yang mahal," ungkap Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Abuh Bukhori kepada SINDOnews, Senin (24/7/2017).

Abuh mengungkapkan, para pelaku industri ikan asin dan bandeng harus membeli garam Rp4.000/kg, dari harga sebelumnya antara Rp300 hingga Rp500/kg. "Sedangkan para pelaku industri tetap tidak bisa menaikkan harga jual," ujarnya.

Selain itu, produksi garam lokal dan sangat sedikit pasokannya. Sehingga mereka lebih mengandalkan pasokan dari wilayah Subang dan Indramayu. Kurangnya pasokan garam dari Karawang ini disebabkan cuaca yang buruk dan pengurangan kuota garam impor dari pemerintah pusat. "Setiap hari pelaku industri ikan asin dan bandeng membutuhkan 10 ton untuk sehari produksi," ujarnya.

Di lain pihak, menurut Abuh, kenaikan harga garam saat ini sangat menguntungkan petani garam di Karawang. "Para petani garam kita saat ini sudah mulai melakukan proses produksi garam. Karena memang terpacu dengan harga yang tinggi. Tetapi kemarin itu memang produksi garam kita benar-benar nol, karena gagal panen," kata dia.

Disebutkan Abuh, produksi garam di Karawang mencapai 4.500 ton per tahun dengan luas lahan 200 hektare yang tersebar di tiga kecamatan. "Bahkan produksi kami sempat surplus dan sering dijual ke luar daerah," ujarnya.

Untuk tetap menjaga pasokan garam lokal di Karawang, dia mengakui para petani belum mampu memiliki teknologi produksi yang canggih dalam mengantisipasi cuaca saat produksi. Petani juga belum memiliki gudang-gudang penyimpanan garam yang bisa menjaga kualitas garam. "Harga teknologi itu bisa mencapai ratusan juta," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6492 seconds (0.1#10.140)