Pabrik Cairan Infus B. Braun Resmi Beroperasi
A
A
A
KARAWANG - Perusahaan farmasi dan alat kesehatan asal Jerman, PT B. Braun Medical Indonesia meresmikan pabrik infus cairan dasar di Kawasan Industri Indotaisei, Karawang, Jawa Barat.
Pabrik yang dibangun di lahan seluas 19 hektare dengan investasi Rp900 miliar ini, akan memproduksi khusus Infus Cairan Dasar atau Large Volume Parenteral (LVP) dan produk-produk larutan infus inovatif lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Pabrik ini menjadi lokasi produksi utama B. Braun serta dilengkapi dengan teknologi canggih untuk menghasilkan produk-produk medis yang berkualitas tinggi.
Presiden B. Braun Asia Pasific, Anna Maria Braun mengatakan, dengan beroperasinya pabrik ini, perusahaan ingin melindungi dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.
"Kami telah melayani masyarakat Indonesia dengan produk dan layanan kami selama hampir 40 tahun. Dengan bangga kami melanjutkan komitmen perusahaan melalui pembangunan pabrik farmasi ini," ujarnya pada saat peresmian pabrik, Kamis (27/7/2017).
Anna melanjutkan, B. Braun senantiasa memberikan dukungan penuh terhadap Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam menyediakan produk medis kelas dunia dan terjangkau untuk masyarakat Indonesia.
"Dengan proyek ini, kami ingin secara positif mendukung sektor kesehatan di Indonesia, menciptakan kesempatan kerja, mempromosikan teknologi dan mentransfer pengetahuan," tuturnya.
Investasi pembangunan pabrik tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, dan Peraturan Farmasi dan Alat Kesehatan di Indonesia. Pabrik ini akan membantu Indonesia meminimalkan ketergantungan terhadap produk impor dan bahkan dapat mengubah Indonesia menjadi negara eksportir yang mampu mengantisipasi kekurangan obat di masa depan.
Anna menuturkan, pembangunan pabrik akan selesai dalam dua tahap. Pada tahap pertama, kapasitas produksi tahunan pabrik akan mencapai 15 juta unit. Berlanjut ke pembangunan tahap kedua, kapasitas produksi tahunan pabrik akan meningkat hingga 48 juta unit.
"Saat ini kami akan fokus pada pengoperasian pabrik namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspansi. Indonesia adalah negara yang besar. Kami harapkan bisa mencapai pertumbuhan double digit sekitar 10%-15%," jelasnya.
Managing Director B. Braun Indonesia Stephan Soyka mengatakan, salah satu pendorong pertumbuhan penjualan yang dibidik perusahaan adalah dari program JKN. "Kami melihat banyak kesempatan dengan adanya program JKN. Ada kemungkinan juga kami akan melakukan ekspansi ke produk lain termasuk cairan pencuci darah," ujarnya.
Soyka melanjutkan, perusahaan juga akan menyasar segmen rumah sakit pemerintah, puskesmas dan rumah sakit swasta. Menurut dia, saat ini Indonesia masih kekurangan pasokan infus. "Dari 150 juta unit kebutuhan cairan infus masih ada 30% pasokan yang belum terpenuhi," ungkapnya.
Pabrik B. Braun akan memproduksi beragam larutan infus dan produk obat suntik yang akan digunakan untuk pasien-pasien di Indonesia dan juga akan diekspor ke negara lain di kawasan Asia Pasifik.
"Kami mengutamakan pasar Indonesia dulu, baru setelah itu ekspor. Selain Indonesia, kami juga akan menyasar ke pasar Asia Pasifik," jelasnya.
B. Braun memproduksi larutan infus dalam wadah sistem tertutup yang dapat mengurangi risiko kontaminasi udara, bakteri, dan non-bakteri. Beberapa produk yang akan diproduksi di pabrik baru ini meliputi Ecosol Ringer Lactate IV Inf (500 ml), Sterofundin ISO IV Inf (500 ml), Ecosol Sodium Chloride 0.9 Infus (500 ml), Ecosol Glucose 10% IV Inf (500 ml), dan Glukosa 5% (500 ml)
Menteri Kesehatan Nila Farida Moeloek mengatakan, larutan infus merupakan salah satu perawatan dasar yang diberikan kepada pasien. "Seiring dengan bertambahkan peserta JKN, cairan infus menjadi semakin banyak dibutuhkan. Pada 2016, kebutuhan cairan infus mencapai 150 juta unit," ujarnya.
Nila menambahkan, infus sangat diperlukan dan harus segera diberikan kepada pasien. Dia berharap dengan teknologi yang dimiliki B. Braun bisa memproduksi cairan infus lain seperti hemodialisis.
Pabrik yang dibangun di lahan seluas 19 hektare dengan investasi Rp900 miliar ini, akan memproduksi khusus Infus Cairan Dasar atau Large Volume Parenteral (LVP) dan produk-produk larutan infus inovatif lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Pabrik ini menjadi lokasi produksi utama B. Braun serta dilengkapi dengan teknologi canggih untuk menghasilkan produk-produk medis yang berkualitas tinggi.
Presiden B. Braun Asia Pasific, Anna Maria Braun mengatakan, dengan beroperasinya pabrik ini, perusahaan ingin melindungi dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.
"Kami telah melayani masyarakat Indonesia dengan produk dan layanan kami selama hampir 40 tahun. Dengan bangga kami melanjutkan komitmen perusahaan melalui pembangunan pabrik farmasi ini," ujarnya pada saat peresmian pabrik, Kamis (27/7/2017).
Anna melanjutkan, B. Braun senantiasa memberikan dukungan penuh terhadap Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam menyediakan produk medis kelas dunia dan terjangkau untuk masyarakat Indonesia.
"Dengan proyek ini, kami ingin secara positif mendukung sektor kesehatan di Indonesia, menciptakan kesempatan kerja, mempromosikan teknologi dan mentransfer pengetahuan," tuturnya.
Investasi pembangunan pabrik tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, dan Peraturan Farmasi dan Alat Kesehatan di Indonesia. Pabrik ini akan membantu Indonesia meminimalkan ketergantungan terhadap produk impor dan bahkan dapat mengubah Indonesia menjadi negara eksportir yang mampu mengantisipasi kekurangan obat di masa depan.
Anna menuturkan, pembangunan pabrik akan selesai dalam dua tahap. Pada tahap pertama, kapasitas produksi tahunan pabrik akan mencapai 15 juta unit. Berlanjut ke pembangunan tahap kedua, kapasitas produksi tahunan pabrik akan meningkat hingga 48 juta unit.
"Saat ini kami akan fokus pada pengoperasian pabrik namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspansi. Indonesia adalah negara yang besar. Kami harapkan bisa mencapai pertumbuhan double digit sekitar 10%-15%," jelasnya.
Managing Director B. Braun Indonesia Stephan Soyka mengatakan, salah satu pendorong pertumbuhan penjualan yang dibidik perusahaan adalah dari program JKN. "Kami melihat banyak kesempatan dengan adanya program JKN. Ada kemungkinan juga kami akan melakukan ekspansi ke produk lain termasuk cairan pencuci darah," ujarnya.
Soyka melanjutkan, perusahaan juga akan menyasar segmen rumah sakit pemerintah, puskesmas dan rumah sakit swasta. Menurut dia, saat ini Indonesia masih kekurangan pasokan infus. "Dari 150 juta unit kebutuhan cairan infus masih ada 30% pasokan yang belum terpenuhi," ungkapnya.
Pabrik B. Braun akan memproduksi beragam larutan infus dan produk obat suntik yang akan digunakan untuk pasien-pasien di Indonesia dan juga akan diekspor ke negara lain di kawasan Asia Pasifik.
"Kami mengutamakan pasar Indonesia dulu, baru setelah itu ekspor. Selain Indonesia, kami juga akan menyasar ke pasar Asia Pasifik," jelasnya.
B. Braun memproduksi larutan infus dalam wadah sistem tertutup yang dapat mengurangi risiko kontaminasi udara, bakteri, dan non-bakteri. Beberapa produk yang akan diproduksi di pabrik baru ini meliputi Ecosol Ringer Lactate IV Inf (500 ml), Sterofundin ISO IV Inf (500 ml), Ecosol Sodium Chloride 0.9 Infus (500 ml), Ecosol Glucose 10% IV Inf (500 ml), dan Glukosa 5% (500 ml)
Menteri Kesehatan Nila Farida Moeloek mengatakan, larutan infus merupakan salah satu perawatan dasar yang diberikan kepada pasien. "Seiring dengan bertambahkan peserta JKN, cairan infus menjadi semakin banyak dibutuhkan. Pada 2016, kebutuhan cairan infus mencapai 150 juta unit," ujarnya.
Nila menambahkan, infus sangat diperlukan dan harus segera diberikan kepada pasien. Dia berharap dengan teknologi yang dimiliki B. Braun bisa memproduksi cairan infus lain seperti hemodialisis.
(ven)