Monsanto Dorong Penggunaan Benih Hibrida
A
A
A
SURABAYA - Saat ini tantangan utama yang dihadapi petani jagung di Jawa Timur (Jatim) adalah penyakit bulai. Penyakit ini mampu menurunkan produktifitas jagung hingga mengakibatkan gagal panen atau puso.
Hal itu dikatakan Seed Busines Manager PT Karisma Indoagro Universal, mitra pemasaran Monsanto di wilayah Jatim, Boomo Teguh Samsono. Menurutnya, akhir-akhir ini tanaman jagung sangat rentan terhadap penyakit bulai yang bisa membuat tanaman gagal panen. Maka, pihaknya terus menyosialisasikan penggunaan benih jagung berkualitas. Sehingga, petani tetap mendapat hasil maksimal yang berpengaruh terhadap penghasilan petani.
"Kami terus mensosialisasikan pada para petani mengenai pentingnya penggunaan benih unggulan untuk meningkatkan produktifitas serta mencegah penyakit tanaman," katanya, Jumat (28/7/2017).
Benih unggulan yang dimaksud adalah DEKALB DK959 dan DK771. Benih ini diklaim cocok ditanam di lahan sawah bekas padi yang mempunyai sistem irigasi. Benih ini menawarkan hasil produksi yang lebih tinggi, mencapai rata rata 9-10 ton per hektare, toleran penyakit bulai dan cocok ditanam di musim kemarau.
"Saat ini sudah semakin banyak petani yang sadar keunggulan penggunaan benih jagung hibrida berkualitas, karenanya permintaan kami juga terus meningkat," ujar Boomo.
Di sisi lain, Monsanto Indonesia berencana meningkatkan volume ekspor herbisida (pembasmi gulma) ke Autralia tahun depan. Perseroan memprediksi volume ekspor sarana produksi pertanian tersebut akan tumbuh hingga 100%. Australia merupakan pasar ekspor utama produk herbisida, selain Jepang dan Korea Selatan. Australia mengambil porsi lebih dari 90 % ekspor herbisida.
"Untuk pasar ekspor ke Australia kami ada merek Roundup Biactive, Roundup Ultramax dan Roundup CT Broadacre," ujar Site Lead PT Monago Kimia (anak usaha Monsanto Indonesia), Muhammad Zoel Akbar.
Direktur Corporate Engagement Monsanto Indonesia Herry Kristanto mengungkapkan, pasar herbisida di Australia mencapai 85 juta liter per tahunnya. Artinya, masih ada peluang besar bagi perusahaan untuk menggenjot pemasaran ke Australia. Herbisida Roundup di Australia diperuntukkan untuk pemeliharaan tanaman kapas dan beberapa tanaman lainnya.
Adapun di Indonesia untuk perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, teh dan juga tanaman pangan. "Herbisida Roundup menguasai 35%-40% pangsa pasar dalam negeri dan kapasitas produksi terpasang mencapai 22 juta liter per tahun," ungkapnya.
Hal itu dikatakan Seed Busines Manager PT Karisma Indoagro Universal, mitra pemasaran Monsanto di wilayah Jatim, Boomo Teguh Samsono. Menurutnya, akhir-akhir ini tanaman jagung sangat rentan terhadap penyakit bulai yang bisa membuat tanaman gagal panen. Maka, pihaknya terus menyosialisasikan penggunaan benih jagung berkualitas. Sehingga, petani tetap mendapat hasil maksimal yang berpengaruh terhadap penghasilan petani.
"Kami terus mensosialisasikan pada para petani mengenai pentingnya penggunaan benih unggulan untuk meningkatkan produktifitas serta mencegah penyakit tanaman," katanya, Jumat (28/7/2017).
Benih unggulan yang dimaksud adalah DEKALB DK959 dan DK771. Benih ini diklaim cocok ditanam di lahan sawah bekas padi yang mempunyai sistem irigasi. Benih ini menawarkan hasil produksi yang lebih tinggi, mencapai rata rata 9-10 ton per hektare, toleran penyakit bulai dan cocok ditanam di musim kemarau.
"Saat ini sudah semakin banyak petani yang sadar keunggulan penggunaan benih jagung hibrida berkualitas, karenanya permintaan kami juga terus meningkat," ujar Boomo.
Di sisi lain, Monsanto Indonesia berencana meningkatkan volume ekspor herbisida (pembasmi gulma) ke Autralia tahun depan. Perseroan memprediksi volume ekspor sarana produksi pertanian tersebut akan tumbuh hingga 100%. Australia merupakan pasar ekspor utama produk herbisida, selain Jepang dan Korea Selatan. Australia mengambil porsi lebih dari 90 % ekspor herbisida.
"Untuk pasar ekspor ke Australia kami ada merek Roundup Biactive, Roundup Ultramax dan Roundup CT Broadacre," ujar Site Lead PT Monago Kimia (anak usaha Monsanto Indonesia), Muhammad Zoel Akbar.
Direktur Corporate Engagement Monsanto Indonesia Herry Kristanto mengungkapkan, pasar herbisida di Australia mencapai 85 juta liter per tahunnya. Artinya, masih ada peluang besar bagi perusahaan untuk menggenjot pemasaran ke Australia. Herbisida Roundup di Australia diperuntukkan untuk pemeliharaan tanaman kapas dan beberapa tanaman lainnya.
Adapun di Indonesia untuk perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, teh dan juga tanaman pangan. "Herbisida Roundup menguasai 35%-40% pangsa pasar dalam negeri dan kapasitas produksi terpasang mencapai 22 juta liter per tahun," ungkapnya.
(ven)