Harga Garam Mahal, Produksi Ikan Asin Tersendat
A
A
A
SURABAYA - Produsen ikan asin di Kenjeran Surabaya mulai menjerit dengan mahalnya harga garam. Pasalnya hal itu membuat produksi ikan asin di kawasan Bulak serta Kenjeran yang selama ini dikenal sebagai sentra ikan kering tersendat.
Husni, 54, salah satu produsen ikan asin menuturkan, sudah hampir sepekan ini dirinya sudah tidak lagi memproduksi ikan asin karena harga garam yang mahal. Kalau diteruskan, Ia mengaku tak bisa mendapatkan keuntungan sama sekali dengan harga garam saat ini.
“Daripada tekor (rugi) lebih baik berhenti dulu. Siapa tahu dalam beberapa hari ke depan harga bisa turun dan kembali normal,” ujar Husni.
Ia melanjutkan, harga garam di pasaran sudah melampaui kemampuan para produsen ikan asin. Apalagi saat ini harganya sudah menembus Rp4.300 per kilogram (Kg). Harga yang ada saat ini tentu jauh di atas harga normal yang berkisar sekitar Rp2.500 per Kg. Garam yang dibeli perajin ikan asin bukan garam konsumsi, karena belum dicampur zat iodium.
“Kalau harganya normal bisa beli garam tiap hari 1 ton lebih. Kalau harga yang sekarang kami jelas nggak sanggup lagi untuk membeli, nggak cukup untuk balik modalnya” ungkapnya.
Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jatim Muhammad Hasan menjelaskan, para petani garam saat ini memang memilih memanen lebih cepat garamnya. Mereka sengaja panen lebih cepat karena khawatir ada perubahan cuaca secara mendadak. Apalagi dalam beberapa hari terakhir masih saja ada curah hujan yang turun.
“Meskipun hasil garam tidak banyak, yang penting bisa terjual. Mumpung harga garam melambung tinggi,” katanya.
Sebelumnya, harga garam per ton rata-rata Rp500 ribu. Sejak dua bulan terakhir, satu ton garam bisa seharga Rp3-4 juta tergantung kualitas. Petani di Sumenep biasanya menjual garam dengan hitungan sak atau karung.
Setiap satu sak garam dibanderol Rp180 ribu. Bahkan jika kualitasnya bagus, satu sak garam laku seharga Rp200 ribu. Satu ton garam sebanyak 20 sak. Dalam satu ton, petani bisa menjual garam seharga Rp4 juta. Harga garam semahal itu tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Husni, 54, salah satu produsen ikan asin menuturkan, sudah hampir sepekan ini dirinya sudah tidak lagi memproduksi ikan asin karena harga garam yang mahal. Kalau diteruskan, Ia mengaku tak bisa mendapatkan keuntungan sama sekali dengan harga garam saat ini.
“Daripada tekor (rugi) lebih baik berhenti dulu. Siapa tahu dalam beberapa hari ke depan harga bisa turun dan kembali normal,” ujar Husni.
Ia melanjutkan, harga garam di pasaran sudah melampaui kemampuan para produsen ikan asin. Apalagi saat ini harganya sudah menembus Rp4.300 per kilogram (Kg). Harga yang ada saat ini tentu jauh di atas harga normal yang berkisar sekitar Rp2.500 per Kg. Garam yang dibeli perajin ikan asin bukan garam konsumsi, karena belum dicampur zat iodium.
“Kalau harganya normal bisa beli garam tiap hari 1 ton lebih. Kalau harga yang sekarang kami jelas nggak sanggup lagi untuk membeli, nggak cukup untuk balik modalnya” ungkapnya.
Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jatim Muhammad Hasan menjelaskan, para petani garam saat ini memang memilih memanen lebih cepat garamnya. Mereka sengaja panen lebih cepat karena khawatir ada perubahan cuaca secara mendadak. Apalagi dalam beberapa hari terakhir masih saja ada curah hujan yang turun.
“Meskipun hasil garam tidak banyak, yang penting bisa terjual. Mumpung harga garam melambung tinggi,” katanya.
Sebelumnya, harga garam per ton rata-rata Rp500 ribu. Sejak dua bulan terakhir, satu ton garam bisa seharga Rp3-4 juta tergantung kualitas. Petani di Sumenep biasanya menjual garam dengan hitungan sak atau karung.
Setiap satu sak garam dibanderol Rp180 ribu. Bahkan jika kualitasnya bagus, satu sak garam laku seharga Rp200 ribu. Satu ton garam sebanyak 20 sak. Dalam satu ton, petani bisa menjual garam seharga Rp4 juta. Harga garam semahal itu tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
(akr)