Darmin Ungkap Penyebab Orang Miskin Makin Banyak
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui bahwa penurunan angka kemiskinan di Indonesia berjalan lambat. Salah satunya disebabkan harga pangan yang stabil dan cenderung menurun dalam beberapa waktu belakangan, tidak dirasakan manfaatnya oleh petani.
Menurutnya, selama ini harga pangan cenderung selalu meningkat. Namun, dalam dua tahun belakangan pemerintah bisa memperlambat peningkatannya, sehingga harga pangan cukup stabil dan cenderung menurun.
(Baca Juga: JK: Perbedaan Gaji yang Tinggi Penyebab Ketimpangan di RI)
Sayangnya, nilai tukar petani pada Juli 2017 turun 0,83% dibanding 2016. Hal tersebut menandakan bahwa perbaikan harga pangan tidak menguntungkan petani.
"Dua tahun terakhir kita bisa memperlambat pertumbuhannya (harga pangan). Tapi nilai tukar petani turun, juli 2017 turun 0,83% dibanding akhir 2016 dan sebelumnya juga turun. Artinya perbaikan harga pangan kelihatannya tidak menguntungkan bagi petani," kata dia di Gama Tower, Jakarta, Rabu (9/8/2017).
(Baca Juga: JK Ungkap Perbedaan RI dan AS Hadapi Ketimpangan)
Mantan Gubernur BI ini menilai, hal tersebut terjadi karena para petani tidak bisa menyimpan produknya. Begitu panen raya, petani harus segera menjualnya, maka pemerintah harus segera mencari solusi agar harga pangan tetap stabil namun petani juga diuntungkan. "Itu satu faktor yang di pemerintah merupakan isu yang harus dicari solusinya," imbuhnya.
Selanjutnya, lanjut dia, perlambatan penurunan kemiskinan juga terjadi karena penyaluran bantuan sosial yang belum tepat sasaran. Pemerintah juga sedang berusaha memperbaikinya, dengan mempertajam sasaran dan mengubah ranstra menjadi bantuan nontunai.
(Baca Juga: Bappenas Klaim Program Redistribusi Aset Atasi Kemiskinan)
"Kelihatannya faktor kedua yang sangat krusial untuk memperbaiki kemiskinan dan ketimpangan. Kita sudah harus membuat lebih konfergen bantuan kita kepada yang berhak. Kalau tidak maka penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan makin lama makin sulit. Bahkan ada yang menyatakan menembus angka 10% itu pasti lebih sulit," tutur Darmin.
Menurutnya, selama ini harga pangan cenderung selalu meningkat. Namun, dalam dua tahun belakangan pemerintah bisa memperlambat peningkatannya, sehingga harga pangan cukup stabil dan cenderung menurun.
(Baca Juga: JK: Perbedaan Gaji yang Tinggi Penyebab Ketimpangan di RI)
Sayangnya, nilai tukar petani pada Juli 2017 turun 0,83% dibanding 2016. Hal tersebut menandakan bahwa perbaikan harga pangan tidak menguntungkan petani.
"Dua tahun terakhir kita bisa memperlambat pertumbuhannya (harga pangan). Tapi nilai tukar petani turun, juli 2017 turun 0,83% dibanding akhir 2016 dan sebelumnya juga turun. Artinya perbaikan harga pangan kelihatannya tidak menguntungkan bagi petani," kata dia di Gama Tower, Jakarta, Rabu (9/8/2017).
(Baca Juga: JK Ungkap Perbedaan RI dan AS Hadapi Ketimpangan)
Mantan Gubernur BI ini menilai, hal tersebut terjadi karena para petani tidak bisa menyimpan produknya. Begitu panen raya, petani harus segera menjualnya, maka pemerintah harus segera mencari solusi agar harga pangan tetap stabil namun petani juga diuntungkan. "Itu satu faktor yang di pemerintah merupakan isu yang harus dicari solusinya," imbuhnya.
Selanjutnya, lanjut dia, perlambatan penurunan kemiskinan juga terjadi karena penyaluran bantuan sosial yang belum tepat sasaran. Pemerintah juga sedang berusaha memperbaikinya, dengan mempertajam sasaran dan mengubah ranstra menjadi bantuan nontunai.
(Baca Juga: Bappenas Klaim Program Redistribusi Aset Atasi Kemiskinan)
"Kelihatannya faktor kedua yang sangat krusial untuk memperbaiki kemiskinan dan ketimpangan. Kita sudah harus membuat lebih konfergen bantuan kita kepada yang berhak. Kalau tidak maka penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan makin lama makin sulit. Bahkan ada yang menyatakan menembus angka 10% itu pasti lebih sulit," tutur Darmin.
(izz)