Demi ASEAN Jadi Pusat Ekonomi Dunia, Jokowi Halau Rivalitas
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan kawasan ASEAN menjadi epicentrum pertumbuhan ekonomi dunia. Hal itu disampaikan Jokowi dalam sambutannya saat peringatan ASEAN ke-50 di Hall Asean, Sekretariat Asean, Jakarta Selatan, Jumat (11/8/2017).
"Saat ini ASEAN merupakan kekuatan ekonomi terbesar ke-6 di dunia dan pada tahun 2020 akan menjadi kekuatan ekonomi kelima terbesar di dunia," ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga meyakini pada 2030, ASEAN akan menjadi pasar keempat dunia, setelah Uni Eropa, Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok. Menurutnya, keberhasilan tersebut merupakan bukti kerja nyata secara bersama-sama.
Menurutnya, di waktu mendatang kawasan ASEAN bakal dihadapkan pada tantangan dari sisi politik dan keamanan karena adanya berebut pengaruh di kawasan seperti yang terjadi di Asia Tenggara. Maka itu, dibutuhkan kebersamaan dan sentralitas ASEAN dalam menghalau rivalitas tersebut.
"Hanya dengan bersatu ASEAN akan bisa menjaga sentralitasnya, mewujudkan cita-cita bersama. Hanya dengan bersatu ASEAN akan bisa menentukan masa depannya sendiri, tanpa harus didikte oleh kepentingan negara-negara besar," pungkasnya.
"Saat ini ASEAN merupakan kekuatan ekonomi terbesar ke-6 di dunia dan pada tahun 2020 akan menjadi kekuatan ekonomi kelima terbesar di dunia," ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga meyakini pada 2030, ASEAN akan menjadi pasar keempat dunia, setelah Uni Eropa, Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok. Menurutnya, keberhasilan tersebut merupakan bukti kerja nyata secara bersama-sama.
Menurutnya, di waktu mendatang kawasan ASEAN bakal dihadapkan pada tantangan dari sisi politik dan keamanan karena adanya berebut pengaruh di kawasan seperti yang terjadi di Asia Tenggara. Maka itu, dibutuhkan kebersamaan dan sentralitas ASEAN dalam menghalau rivalitas tersebut.
"Hanya dengan bersatu ASEAN akan bisa menjaga sentralitasnya, mewujudkan cita-cita bersama. Hanya dengan bersatu ASEAN akan bisa menentukan masa depannya sendiri, tanpa harus didikte oleh kepentingan negara-negara besar," pungkasnya.
(akr)