CDP Tambah Frekuensi Kereta Angkutan Peti Kemas
A
A
A
CIKARANG - Cikarang Dry Port (CDP), pelabuhan darat yang dikelola PT Cikarang Inland Port, meningkatkan layanan domestik untuk mendukung kelancaran sistem logistik nasional, dengan cara menambah frekuensi kereta angkutan peti kemas ke Surabaya.
Jadwal kereta angkutan peti kemas dari Cikarang Dry Port ke Surabaya ditambah menjadi 60 kali per bulan. "Sekali perjalanan kereta angkutan peti kemas membawa 30 gerbong atau 60 TEUs (satuan setara peti kemas 20 ft)," ujar Managing Director Cikarang Dry Port Benny Woenardi di sela acara port tour di Cikarang, Bekasi, Kamis (24/8/2017).
Untuk mendukung operasional kereta, kata Benny, CDP telah meningkatkan kapasitas emplacement atau stasiun kereta barang di pelabuhan darat tersebut. Sebelumnya hanya cukup untuk kereta sepanjang 20 gerbong sehingga harus diputus dan langsir pada saat bongkar muat.
Sekarang setelah dilakukan ekspansi, panjangnya cukup untuk 30 gerbong sekaligus. Dengan tiga jalur yang tersedia, dua rangkaian kereta dapat melakukan bongkar muat bersamaan dan satu jalur untuk langsir.
“Saat ini, lima operator kereta telah beroperasi di Cikarang Dry Port, menghubungkan pelabuhan darat kami ke Surabaya dan juga Pelabuhan Tanjung Priok. Volume juga terus meningkat seiring dengan bertambahnya operator dan juga frekuensi layanan," ujar Benny.
Lebih lanjut Benny menyampaikan, saat ini CDP bekerja sama dengan pelayaran nasional sedang mengembangkan layanan multimoda domestik. Peti kemas berangkat dari CDP ke Surabaya diangkut dengan menggunakan kereta, lalu dilanjutkan dengan layanan dari pelayaran nasional ke berbagai pelabuhan tujuan di Indonesia bagian timur.
Sebaliknya juga dari Surabaya ke Tanjung Priok, lalu dilanjutkan oleh layanan pelayaran ke berbagai pelabuhan tujuan di Indonesia bagian barat. Dengan layanan multimoda domestik ini, rel kereta di Pulau Jawa dapat menjadi jembatan antara Indonesia bagian barat dan bagian timur.
Saat ini ada jadwal reguler Cikarang-Benoa dan Cikarang-Mataram via Surabaya, serta Surabaya-Cikarang-Batam. Tujuan lainnya yang pernah dilayani adalah Kupang dan juga Manokwari. "Layanan kereta dan multimoda domestik ini akan mendukung industri dalam pasokan bahan baku dan distribusi domestik, serta penyerapan bahan baku dan kebutuhan ekspor dari daerah Indonesia timur tanpa menambah beban jalan dan kemacetan," kata Benny.
Menurut Benny, seiring pertumbuhan volume, jumlah pelanggan Cikarang Dry Port juga terus meningkat menjadi sekitar 500 perusahaan hingga akhir kuartal I 2017, dibanding saat baru pertama beroperasi pada 2012 hanya tiga pelanggan. "Pertumbuhan eksponensial terjadi terutama pada 2014 hingga saat ini," ujarnya.
Benny menjelaskan kenaikan pelanggan itu terjadi karena Cikarang Dry Port mengutamakan berbagai kemudahan, fasilitas yang mencukupi, dan diperkuat dengan multimoda distribusi sehingga menimbulkan efisiensi biaya dan waktu.
"Dalam kajian World Bank serta Bappenas, impor melalui Cikarang Dry Port menghemat biaya sekitar 22% sampai 30% dan menghemat waktu 55%," tuturnya.
Jadwal kereta angkutan peti kemas dari Cikarang Dry Port ke Surabaya ditambah menjadi 60 kali per bulan. "Sekali perjalanan kereta angkutan peti kemas membawa 30 gerbong atau 60 TEUs (satuan setara peti kemas 20 ft)," ujar Managing Director Cikarang Dry Port Benny Woenardi di sela acara port tour di Cikarang, Bekasi, Kamis (24/8/2017).
Untuk mendukung operasional kereta, kata Benny, CDP telah meningkatkan kapasitas emplacement atau stasiun kereta barang di pelabuhan darat tersebut. Sebelumnya hanya cukup untuk kereta sepanjang 20 gerbong sehingga harus diputus dan langsir pada saat bongkar muat.
Sekarang setelah dilakukan ekspansi, panjangnya cukup untuk 30 gerbong sekaligus. Dengan tiga jalur yang tersedia, dua rangkaian kereta dapat melakukan bongkar muat bersamaan dan satu jalur untuk langsir.
“Saat ini, lima operator kereta telah beroperasi di Cikarang Dry Port, menghubungkan pelabuhan darat kami ke Surabaya dan juga Pelabuhan Tanjung Priok. Volume juga terus meningkat seiring dengan bertambahnya operator dan juga frekuensi layanan," ujar Benny.
Lebih lanjut Benny menyampaikan, saat ini CDP bekerja sama dengan pelayaran nasional sedang mengembangkan layanan multimoda domestik. Peti kemas berangkat dari CDP ke Surabaya diangkut dengan menggunakan kereta, lalu dilanjutkan dengan layanan dari pelayaran nasional ke berbagai pelabuhan tujuan di Indonesia bagian timur.
Sebaliknya juga dari Surabaya ke Tanjung Priok, lalu dilanjutkan oleh layanan pelayaran ke berbagai pelabuhan tujuan di Indonesia bagian barat. Dengan layanan multimoda domestik ini, rel kereta di Pulau Jawa dapat menjadi jembatan antara Indonesia bagian barat dan bagian timur.
Saat ini ada jadwal reguler Cikarang-Benoa dan Cikarang-Mataram via Surabaya, serta Surabaya-Cikarang-Batam. Tujuan lainnya yang pernah dilayani adalah Kupang dan juga Manokwari. "Layanan kereta dan multimoda domestik ini akan mendukung industri dalam pasokan bahan baku dan distribusi domestik, serta penyerapan bahan baku dan kebutuhan ekspor dari daerah Indonesia timur tanpa menambah beban jalan dan kemacetan," kata Benny.
Menurut Benny, seiring pertumbuhan volume, jumlah pelanggan Cikarang Dry Port juga terus meningkat menjadi sekitar 500 perusahaan hingga akhir kuartal I 2017, dibanding saat baru pertama beroperasi pada 2012 hanya tiga pelanggan. "Pertumbuhan eksponensial terjadi terutama pada 2014 hingga saat ini," ujarnya.
Benny menjelaskan kenaikan pelanggan itu terjadi karena Cikarang Dry Port mengutamakan berbagai kemudahan, fasilitas yang mencukupi, dan diperkuat dengan multimoda distribusi sehingga menimbulkan efisiensi biaya dan waktu.
"Dalam kajian World Bank serta Bappenas, impor melalui Cikarang Dry Port menghemat biaya sekitar 22% sampai 30% dan menghemat waktu 55%," tuturnya.
(ven)