Harga Properti di China Naik Lebih Tinggi dari Perkiraan
A
A
A
BEIJING - Harga rumah di China pada tahun ini akan meningkat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, meski ada kekhawatiran pembatasan pemerintah untuk menindak spekulasi. Kekhawatiran menenangkan ekonomi akan melambat tajam.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (29/8/2017), harga properti akan terus merayap naik di tengah intervensi pemerintah yang berat, sebagian dibantu oleh pergeseran permintaan ke kota-kota di negara tersebut. Hal ini menurut jajak pendapat Reuters yang mensurvei 13 analis properti dan ekonom dari 21-28 Agustus.
Rata-rata harga rumah nasional diperkirakan akan meningkat 6,8% tahun ini dibanding perkiraan rata-rata 2% pada jajak pendapat terakhir di Februari. Harga rumah baru di China tumbuh 12,4% pada 2016, laju tercepat sejak 2011.
Pasar properti yang menguat akan menjadi berita bagus bagi pemerintah China, yang ingin menjaga agar pasar real estat tetap stabil menjelang kongres Partai Komunis sekali dalam lima tahun.
Pihak berwenang memiliki pertahanan yang sudah ada untuk mencegah risiko kelebihan di pasar. Namun, kegilaan pembelian rumah telah mencapai kota-kota yang lebih kecil, di mana pemerintah daerah menawarkan kredit murah dan memaksakan tidak ada batasan.
Mayoritas analis yang disurvei mengatakan, langkah-langkah saat ini, yang pertama kali diperkenalkan pada akhir 2016 dan sejak diperkuat akan tetap berlaku selama satu sampai dua tahun ke depan.
Kebanyakan dari mereka mengharapkan pembuat kebijakan untuk menyiapkan lebih banyak ukuran jangka panjang yang menargetkan ketidakseimbangan struktural, seperti pajak properti, menunjukkan bahwa pembatasan administrasi saat ini bersifat anti-pasar dan tidak berkelanjutan.
"Biasanya kebijakan pengetatan tidak akan berlangsung lebih dari tiga tahun. Tidak mungkin untuk selalu mengencangkan dan dampaknya berkurang seiring berjalannya waktu," kata analis di Bank of Communications.
"Itulah mengapa ada urgensi untuk membangun mekanisme jangka panjang dalam menstabilkan pasar perumahan," kata dia dalam sebuah laporan penelitian.
Namun, pihak berwenang telah melewati batas antara membatasi kenaikan harga yang berlebihan dan menekan terlalu keras sektor yang menyumbang sekitar 15% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (29/8/2017), harga properti akan terus merayap naik di tengah intervensi pemerintah yang berat, sebagian dibantu oleh pergeseran permintaan ke kota-kota di negara tersebut. Hal ini menurut jajak pendapat Reuters yang mensurvei 13 analis properti dan ekonom dari 21-28 Agustus.
Rata-rata harga rumah nasional diperkirakan akan meningkat 6,8% tahun ini dibanding perkiraan rata-rata 2% pada jajak pendapat terakhir di Februari. Harga rumah baru di China tumbuh 12,4% pada 2016, laju tercepat sejak 2011.
Pasar properti yang menguat akan menjadi berita bagus bagi pemerintah China, yang ingin menjaga agar pasar real estat tetap stabil menjelang kongres Partai Komunis sekali dalam lima tahun.
Pihak berwenang memiliki pertahanan yang sudah ada untuk mencegah risiko kelebihan di pasar. Namun, kegilaan pembelian rumah telah mencapai kota-kota yang lebih kecil, di mana pemerintah daerah menawarkan kredit murah dan memaksakan tidak ada batasan.
Mayoritas analis yang disurvei mengatakan, langkah-langkah saat ini, yang pertama kali diperkenalkan pada akhir 2016 dan sejak diperkuat akan tetap berlaku selama satu sampai dua tahun ke depan.
Kebanyakan dari mereka mengharapkan pembuat kebijakan untuk menyiapkan lebih banyak ukuran jangka panjang yang menargetkan ketidakseimbangan struktural, seperti pajak properti, menunjukkan bahwa pembatasan administrasi saat ini bersifat anti-pasar dan tidak berkelanjutan.
"Biasanya kebijakan pengetatan tidak akan berlangsung lebih dari tiga tahun. Tidak mungkin untuk selalu mengencangkan dan dampaknya berkurang seiring berjalannya waktu," kata analis di Bank of Communications.
"Itulah mengapa ada urgensi untuk membangun mekanisme jangka panjang dalam menstabilkan pasar perumahan," kata dia dalam sebuah laporan penelitian.
Namun, pihak berwenang telah melewati batas antara membatasi kenaikan harga yang berlebihan dan menekan terlalu keras sektor yang menyumbang sekitar 15% terhadap pertumbuhan ekonomi.
(izz)