Triwulan II, Pertumbuhan DPK di Jawa Timur Lampaui Kredit

Jum'at, 01 September 2017 - 20:28 WIB
Triwulan II, Pertumbuhan DPK di Jawa Timur Lampaui Kredit
Triwulan II, Pertumbuhan DPK di Jawa Timur Lampaui Kredit
A A A
SURABAYA - Kinerja perbankan di Jawa Timur (Jatim) selama triwulan II 2017 relatif baik. Ini tercermin dari peningkatan pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga (DPK). Sedangkan pertumbuhan kredit cenderung stabil.

Kredit perbankan mencapai Rp476,39 triliun atau tumbuh 7,84% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy). Sebaliknya, DPK tumbuh 9,88% Rp475,92 triliun. Hal tersebut mendorong peningkatan pertumbuhan aset dari 7,15% menjadi 8,56% atau sebesar Rp584 triliun.

"Lebih tingginya pertumbuhan DPK dibanding kredit mendorong kenaikan loan to deposit ratio (LDR) perbankan dari 99,29% menjadi 100,10%," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah di Surabaya, Jumat (1/9/2017).

Berdasarkan komponennya, kata dia, peningkatan kinerja DPK didorong oleh giro dan deposito. Sedangkan tabungan menurun. Sementara berdasarkan kepemilikan, kenaikan DPK didorong oleh DPK korporasi. Sedangkan DPK perseorangan turun karena tingginya kebutuhan dana untuk memenuhi konsumsi swasta pada saat Idul Fitri.

"Meski begitu, risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih terjaga pada titik 3,14%. Sehingga mampu mendukung terjaganya stabilitas sistem keuangan di Jatim," terangnya.

Berdasarkan jenis kegiatan, kenaikan DPK terjadi pada bank umum konvensional. Yakni dari 8,78% di triwulan I menjadi 9,81% di triwulan II. Sedangkan kinerja penghimpunan DPK perbankan syariah justru melambat dari 12,45% menjadi 11,61%.

Meski demikian, perbankan syariah memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi untuk giro 16,28% dan tabungan 14,50%. "Sementara untuk deposito bank umum konvensional mampu mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi 12,35%," imbuh Difi.

Menurut dia, lebih tingginya pertumbuhan giro dan tabungan perbankan syariah dibandingkan bank umum konvensional juga terkait dengan strategi pricing dana. Perbankan syariah lebih fokus pada penghimpunan dana murah sehingga memberikan bagi hasil atau nisbah yang lebih tinggi untuk DPK jenis tabungan.

"Sebaliknya, bank umum seringkali memerlukan likuiditas yang lebih besar sehingga memberikan suku bunga yang lebih tinggi khususnya pada deposito," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7419 seconds (0.1#10.140)