Harga Material Mahal Bikin Harga Properti Sulit Terjangkau
A
A
A
JAKARTA - Aspek kemahalan harga material properti membuat harga rumah menjadi semakin tidak terjangkau oleh rakyat. Fase berikutnya pada banyak kasus menyuburkan praktik-praktik pembangunan perumahan rakyat yang penuh dengan siasat-pemasaran yang tidak bertanggun jawab dan merugikan rakyat dalam hal kualitas rumah yang didapat.
Pakar kehutanan dan pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Ricky Avenzora mengatakan, pada ruang lain menimbulkan efek persaingan usaha perumahan yang sangat tidak sehat.
"Akhirnya, kapitalisasi usaha perumahan hanya dikuasai para pemilik modal besar yang kemudian pada suatu fase menjadi sangat serakah untuk menguasai lahan, pasar dan mendikte harga perumahan," kata Ricky dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Kayu, kata dia, bagi kehidupan manusia memiliki peran tak terbantahkan. Untuk itu, harus dijadikan dasar untuk memperbaiki kekeliruan besar yang dibuat kurun waktu lima dekade lalu di saat politik-lingkungan telah dibiarkan menghancurkan wood-based industry dan ekonomi Indonesia.
"Atas dasar isu lingkungan yang dihembuskan para antek-antek ecoterorism, kita semua telah gegabah dan over-acting dalam membangun sektor kehutanan kita yang menjadi sumber material penting, murah dan bersifat renewable untuk membangun rumah bagi rakyat," jelas Ricky.
Menurutnya, dalam konteks membangkitkan wood-based-home-development, tidak perlu ada keraguan bahwa Indonesia memiliki potensi kayu yang lebih dari cukup untuk dipakai membangun perumahan rakyat setiap tahunnya.
Pihaknya mengingatkan, jika dahulu kebutuhan kayu pertukangan selalu diorientasikan untuk dipasok melalui skema hard-wood yang umumnya menjadi ciri utama dari produk hutan alam, maka saat ini berbagai teknologi desain konstruksi, teknologi wood-compound, serta pengawetan kayu telah maju sangat pesat untuk mencapai efisiensi penggunaaan kayu secara luas dan murah.
Ricky menegaskan, melihat hal tersebut maka tidak ada alasan lagi menafikan manfaat besar kayu dalam menyokong perumahan. Sementara, mengenai angka backlog yang dipakai banyak pihak saat ini, dalam hal supply-capacity ada dua hal penting yang tidak bisa dipungkiri.
Pertama, pembangunan perumahan rakyat telah menjadi sangat mahal. Kedua, pembangunan perumahan rakyat telah kehilangan hakekatnya sebagai salah satu wujud penting dari tanggung jawab pemerintah untuk menegakan kesejahteraan serta keadilan sosial.
"Perlu kita sadari bahwa berbagai mining-based material yang dipakai dalam membangun perumahan selama ini adalah tidak hanya menimbulkan efek ekonomi tinggi dalam berkinerja, melainkan juga telah menimbulkan capital-flight yang luar biasa besarnya bagi keuntungan bangsa lain," jelasnya.
Pakar kehutanan dan pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Ricky Avenzora mengatakan, pada ruang lain menimbulkan efek persaingan usaha perumahan yang sangat tidak sehat.
"Akhirnya, kapitalisasi usaha perumahan hanya dikuasai para pemilik modal besar yang kemudian pada suatu fase menjadi sangat serakah untuk menguasai lahan, pasar dan mendikte harga perumahan," kata Ricky dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Kayu, kata dia, bagi kehidupan manusia memiliki peran tak terbantahkan. Untuk itu, harus dijadikan dasar untuk memperbaiki kekeliruan besar yang dibuat kurun waktu lima dekade lalu di saat politik-lingkungan telah dibiarkan menghancurkan wood-based industry dan ekonomi Indonesia.
"Atas dasar isu lingkungan yang dihembuskan para antek-antek ecoterorism, kita semua telah gegabah dan over-acting dalam membangun sektor kehutanan kita yang menjadi sumber material penting, murah dan bersifat renewable untuk membangun rumah bagi rakyat," jelas Ricky.
Menurutnya, dalam konteks membangkitkan wood-based-home-development, tidak perlu ada keraguan bahwa Indonesia memiliki potensi kayu yang lebih dari cukup untuk dipakai membangun perumahan rakyat setiap tahunnya.
Pihaknya mengingatkan, jika dahulu kebutuhan kayu pertukangan selalu diorientasikan untuk dipasok melalui skema hard-wood yang umumnya menjadi ciri utama dari produk hutan alam, maka saat ini berbagai teknologi desain konstruksi, teknologi wood-compound, serta pengawetan kayu telah maju sangat pesat untuk mencapai efisiensi penggunaaan kayu secara luas dan murah.
Ricky menegaskan, melihat hal tersebut maka tidak ada alasan lagi menafikan manfaat besar kayu dalam menyokong perumahan. Sementara, mengenai angka backlog yang dipakai banyak pihak saat ini, dalam hal supply-capacity ada dua hal penting yang tidak bisa dipungkiri.
Pertama, pembangunan perumahan rakyat telah menjadi sangat mahal. Kedua, pembangunan perumahan rakyat telah kehilangan hakekatnya sebagai salah satu wujud penting dari tanggung jawab pemerintah untuk menegakan kesejahteraan serta keadilan sosial.
"Perlu kita sadari bahwa berbagai mining-based material yang dipakai dalam membangun perumahan selama ini adalah tidak hanya menimbulkan efek ekonomi tinggi dalam berkinerja, melainkan juga telah menimbulkan capital-flight yang luar biasa besarnya bagi keuntungan bangsa lain," jelasnya.
(izz)