Kementan Genjot Swasembada Pangan dan Ekspor Komoditi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Petanian (Kementan) terus mewujudkan swasembada pangan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat di Tanah Air. Bahkan, untuk beberapa komoditi, seperti beras, cabai segar, bawang konsumsi, pakan ternak, Indonesia tidak lagi melakukan impor.
"Tidak ada impor berarti kita telah swasembada pada komoditi tersebut. Untuk bawang merah, kita kini malah mengekspor," ujar Plt Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Suwandi, Kamis (14/9/2017).
Dia menuturkan keberhasilan swasembada dan ekspor merupakan langkah meyakinkan Indonesia dalam mewujudkan visi lumbung pangan dunia pada 2045. Langkah selanjutnya adalah swasembada bawang putih dan gula konsumsi pada 2019, kedelai pada 2020, gula industri pada 2024 dan daging sapi pada 2026.
"Kita sudah berada di jalur yang tepat menuju visi kita saat Indonesia berusia satu abad," tegas Suwandi.
Seiring keberhasilan swasembada, Suwandi mengungkapkan kesejahteraan petani turut meningkat. Buktinya indikator kemiskinan di pedesaan turun 4,7%. “Awalnya penduduk miskin di desa pada Maret 2015 sebanyak 17.94 juta jiwa. Kini, pada Maret 2017 turun menjadi 17.09 juta jiwa,” ujarnya.
Langkah selanjutnya, Kementerian Pertanian terus melaksanakan proses struktural yang menjamin visi lumbung pangan dunia 2045 terwujud. Pertama, mengembangkan industrialisasi berbasis agro berdasarkan keunggulan komparatif. “Indonesia harus jaya kembali untuk kopi dan rempah-rempah. Integrasi aktivitas hulu-onfarm-hilir dibangun berbasis kawasan berskala ekonomi sehingga diperoleh nilai tambah dan pendapatan penduduk setempat,” jelas Suwandi.
Kedua, memperkuat infrastruktur sehingga memperlancar arus distribusi dari desa ke kota, di desa dibangun jalan, irigasi/embung, listrik, telekomunikasi, lembaga keuangan, pasar tani dan lainnya.
Ketiga, industrialisasi di pedesaan akan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga perlu peningkatan kapasitas SDM menjadi profesional dan produktif. SDM setempat dilatih menggunakan alat mesin, perbengkelan, jasa dan lainnya sesuai standar kompetensi.
Keempat, keterbatasan jumlah petani diatasi dengan mekanisasi. Kementan menyediakan 80.000 - 100.000 unit alat mesin pertanian setiap tahunnya. Melalui mekanisasi seperti traktor, poma air, rice transplanter, combine harvester dan Rice Milling Unit terbukti bisa menekan biaya hingga 40% waktu, tenaga, dan menurunkan susut hasil 4 - 8% dan meningkatkan mutu.
"Teknologi Mekanisasi inilah yang membuat generasi muda kini berminat terjun ke pertanian dan pedesaan, dan generasi muda pun merespons positif program Kementerian Desa-PDT kini," tandas Suwandi.
"Tidak ada impor berarti kita telah swasembada pada komoditi tersebut. Untuk bawang merah, kita kini malah mengekspor," ujar Plt Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Suwandi, Kamis (14/9/2017).
Dia menuturkan keberhasilan swasembada dan ekspor merupakan langkah meyakinkan Indonesia dalam mewujudkan visi lumbung pangan dunia pada 2045. Langkah selanjutnya adalah swasembada bawang putih dan gula konsumsi pada 2019, kedelai pada 2020, gula industri pada 2024 dan daging sapi pada 2026.
"Kita sudah berada di jalur yang tepat menuju visi kita saat Indonesia berusia satu abad," tegas Suwandi.
Seiring keberhasilan swasembada, Suwandi mengungkapkan kesejahteraan petani turut meningkat. Buktinya indikator kemiskinan di pedesaan turun 4,7%. “Awalnya penduduk miskin di desa pada Maret 2015 sebanyak 17.94 juta jiwa. Kini, pada Maret 2017 turun menjadi 17.09 juta jiwa,” ujarnya.
Langkah selanjutnya, Kementerian Pertanian terus melaksanakan proses struktural yang menjamin visi lumbung pangan dunia 2045 terwujud. Pertama, mengembangkan industrialisasi berbasis agro berdasarkan keunggulan komparatif. “Indonesia harus jaya kembali untuk kopi dan rempah-rempah. Integrasi aktivitas hulu-onfarm-hilir dibangun berbasis kawasan berskala ekonomi sehingga diperoleh nilai tambah dan pendapatan penduduk setempat,” jelas Suwandi.
Kedua, memperkuat infrastruktur sehingga memperlancar arus distribusi dari desa ke kota, di desa dibangun jalan, irigasi/embung, listrik, telekomunikasi, lembaga keuangan, pasar tani dan lainnya.
Ketiga, industrialisasi di pedesaan akan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga perlu peningkatan kapasitas SDM menjadi profesional dan produktif. SDM setempat dilatih menggunakan alat mesin, perbengkelan, jasa dan lainnya sesuai standar kompetensi.
Keempat, keterbatasan jumlah petani diatasi dengan mekanisasi. Kementan menyediakan 80.000 - 100.000 unit alat mesin pertanian setiap tahunnya. Melalui mekanisasi seperti traktor, poma air, rice transplanter, combine harvester dan Rice Milling Unit terbukti bisa menekan biaya hingga 40% waktu, tenaga, dan menurunkan susut hasil 4 - 8% dan meningkatkan mutu.
"Teknologi Mekanisasi inilah yang membuat generasi muda kini berminat terjun ke pertanian dan pedesaan, dan generasi muda pun merespons positif program Kementerian Desa-PDT kini," tandas Suwandi.
(dmd)