OJK: Hanya 10% Masyarakat Indonesia Memiliki Asuransi
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan hingga saat ini masih sedikit masyarakat Indonesia yang melek dengan asuransi. Bahkan, hanya sekitar 10% masyarakat yang telah memiliki asuransi.
Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK, Muhammad Ichsanuddin mengungkapkan, literasi keuangan di Tanah Air masih sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi cambuk untuk terus meningkatkan tingkat lierasi keuangan masyarakat.
"Dari survei, bahwa literasi maupun inklusi keuangan khususnya di sektor perasuransian yang masih sangat memprihatinkan menjadi cambuk kita semua. Karena penduduk Indonesia yang berasuransi hanya sekitar 10%," katanya dalam acara Indonesia Insurance Consumer Choice Awards 2017 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (27/9/2017).
Dia menjelaskan, pada dasarnya ada beberapa skema yang dapat digunakan untuk mengembangkan asuransi di Tanah Air. Pertama adalah berdasarkan captive market perusahaan perasuransian.
"Tapi pada titik tertentu dia akan stagnan. Karena kalau captive tidak pandai berinovasi, ya sudah begitu-begitu saja," imbuh dia.
Selain itu, lanjut dia, ada pula yang mengembangkan perusahaan asuransinya dengan memperbanyak agen. Ichsan menambahkan, skema berikutnya adalah dengan menggabungkan antara captive market dan memperbanyak agen.
"Dia captive market tapi juga perluasan agen-agen baru. Sehingga growthnya akan mengalami pertumbuhan cukup baik," tuturnya.
Kendati persentase masyarakat yang memiliki asuransi masih minim, namun jika dilihat dari pertumbuhan industri asuransi, maka perusahaan asuransi jiwa tumbuh 30%. Bahkan, pertumbuhannya di tengah kondisi ekonomi di Indonesia belum terlalu baik.
"Mungkin karena kita sudah mulai sadar asuransi, ini perlu riset mendalam. Siapa tau ini jadi breakthrough. Begitu ekonomi kita mengalami pemulihan, kita akan panen. Jadi jangan terus menyerah. Ternyata masih ada growth," tandasnya.
Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK, Muhammad Ichsanuddin mengungkapkan, literasi keuangan di Tanah Air masih sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi cambuk untuk terus meningkatkan tingkat lierasi keuangan masyarakat.
"Dari survei, bahwa literasi maupun inklusi keuangan khususnya di sektor perasuransian yang masih sangat memprihatinkan menjadi cambuk kita semua. Karena penduduk Indonesia yang berasuransi hanya sekitar 10%," katanya dalam acara Indonesia Insurance Consumer Choice Awards 2017 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (27/9/2017).
Dia menjelaskan, pada dasarnya ada beberapa skema yang dapat digunakan untuk mengembangkan asuransi di Tanah Air. Pertama adalah berdasarkan captive market perusahaan perasuransian.
"Tapi pada titik tertentu dia akan stagnan. Karena kalau captive tidak pandai berinovasi, ya sudah begitu-begitu saja," imbuh dia.
Selain itu, lanjut dia, ada pula yang mengembangkan perusahaan asuransinya dengan memperbanyak agen. Ichsan menambahkan, skema berikutnya adalah dengan menggabungkan antara captive market dan memperbanyak agen.
"Dia captive market tapi juga perluasan agen-agen baru. Sehingga growthnya akan mengalami pertumbuhan cukup baik," tuturnya.
Kendati persentase masyarakat yang memiliki asuransi masih minim, namun jika dilihat dari pertumbuhan industri asuransi, maka perusahaan asuransi jiwa tumbuh 30%. Bahkan, pertumbuhannya di tengah kondisi ekonomi di Indonesia belum terlalu baik.
"Mungkin karena kita sudah mulai sadar asuransi, ini perlu riset mendalam. Siapa tau ini jadi breakthrough. Begitu ekonomi kita mengalami pemulihan, kita akan panen. Jadi jangan terus menyerah. Ternyata masih ada growth," tandasnya.
(ven)