Faisal Basri Sebut Rupiah Paling Stabil dari Negara Lain
A
A
A
JAKARTA - Dalam analisa tahunan ekonomi global oleh IMF, ternyata nikai tukar rupiah paling stabil di antara negara lain. Bahkan cadangan devisa juga bertambah baik serta tertinggi dalam sejarah.
Pernyataan itu disampaikan Ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri di Jakarta, kemarin. Menurutnya, selama dua tahun terakhir nilai tukar rupiah paling stabil dibanding negara lain, hanya Ringgit Malaysia yang juga hampir sama dengan rupiah.
"Kurs membaik. Bahkan, selama dua tahun terakhir paling stabil dibanding dengan negara lain," tambah Faisal.
Selain itu, dosen UI yang pernah menjadi Direktur Indef itu juga mengatakan, cadangan devisa Indonesia saat ini paling bagus dan tertinggi dalam sejarah. Yaitu, mencapai USD129,4 miliar.
"Hanya saja, hampir separuh pertambahan cadangan devisa itu diperoleh dari utang sebab pemerintah mengeluarkan bonds," imbuh dia.
Meski kondisi perbankan nasional juga membaik, lanjut Faisal, tidak diikuti dengan pertumbuhan kredit. Akibatnya, konsumsi masyarakat Indonesia juga belum menunjukkan angka signifikan.
Padahal, pertumbuhan ekonomi yang cepat, sektor keuangan khususnya kredit harus baik. Sektor keuangan masih rendah hanya 46,7% kredit yang disalurkan. Padahal negara lain seperti China dan Korea di atas 100%.
"Kami berharap sektor keuangan untuk sisi kredit tembuh 60%, dan fase lanjutannya 100% sehingga kondisi ekonomi kita bisa segar bugar," kata Faisal.
Pernyataan itu disampaikan Ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri di Jakarta, kemarin. Menurutnya, selama dua tahun terakhir nilai tukar rupiah paling stabil dibanding negara lain, hanya Ringgit Malaysia yang juga hampir sama dengan rupiah.
"Kurs membaik. Bahkan, selama dua tahun terakhir paling stabil dibanding dengan negara lain," tambah Faisal.
Selain itu, dosen UI yang pernah menjadi Direktur Indef itu juga mengatakan, cadangan devisa Indonesia saat ini paling bagus dan tertinggi dalam sejarah. Yaitu, mencapai USD129,4 miliar.
"Hanya saja, hampir separuh pertambahan cadangan devisa itu diperoleh dari utang sebab pemerintah mengeluarkan bonds," imbuh dia.
Meski kondisi perbankan nasional juga membaik, lanjut Faisal, tidak diikuti dengan pertumbuhan kredit. Akibatnya, konsumsi masyarakat Indonesia juga belum menunjukkan angka signifikan.
Padahal, pertumbuhan ekonomi yang cepat, sektor keuangan khususnya kredit harus baik. Sektor keuangan masih rendah hanya 46,7% kredit yang disalurkan. Padahal negara lain seperti China dan Korea di atas 100%.
"Kami berharap sektor keuangan untuk sisi kredit tembuh 60%, dan fase lanjutannya 100% sehingga kondisi ekonomi kita bisa segar bugar," kata Faisal.
(izz)