OJK Paparkan Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga
A
A
A
JAKARTA - Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan, menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan terus membaik didorong oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi Advanced Economies (AE) khususnya Eropa dan AS.
Seiring dengan penguatan ekonomi AS tersebut, The Fed diekspektasikan akan menaikkan Federal Fund Rate (FFR) atau suku bunga acuan AS pada Desember 2017. The Fed juga telah memulai program normalisasi balance sheet-nya pada Oktober 2017.
"Sementara itu, pertumbuhan domestik diekspektasikan meningkat di semester kedua 2017 dengan tingkat inflasi yang terjaga," kata Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo di Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Selain itu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga kebijakannya berturut-turut pada Agustus dan September 2017. Di pasar keuangan domestik, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan yield Surat Berharga Negara (SBN) terus melanjutkan penguatan pada September 2017.
Dia melanjutkan, di tengah terjadinya net sell nonresiden sebesar Rp11,2 triliun, IHSG masih meningkat sebesar 0,6% mtm ditopang oleh investor domestik. Sementara itu, investor nonresident masih mencatatkan net buy di pasar SBN sebesar Rp34,2triliun (ytm: net buy Rp153,5triliun). Hal ini mendorong yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 15,1 bps, 14,6 bps dan 24,8bps.
Adapun kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan berada pada level yang moderat. Kredit perbankan September 2017 tumbuh sebesar 7,86% yoy dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 8,16% yoy. Dari sisi penghimpunan dana, kinerja penghimpunan dana LJK cukup solid.
"Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan per Agustus 2017 tumbuh sebesar 11,69% yoy. Sementara itu, pertumbuhan premi asuransi jiwa tercatat meningkat menjadi 37,8% yoy serta pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi juga meningkat menjadi 4,35% yoy," paparnya.
Sementara itu, pada periode Januari-September 2017 terdapat 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal dengan nilai sebesar Rp182,2 triliun atau meningkat sebesar 32,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Dari 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana tersebut, terdapat 29 emiten baru sehingga target 21 emiten baru di 2017 telah tercapai.
Anto menyebut, di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko Lembaga Jasa Keuangan (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) pada level yang manageable. Risiko kredit terpantau menurun pada September 2017. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross tercatat membaik menjadi 2,93% dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga terus membaik menjadi 3,18%.
Ke depan, OJK melihat proses pemulihan ekonomi global semakin solid dan akan berdampak positif pada kinerja perkononomian domestik dan sektor jasa keuangan Indonesia.
Seiring dengan tren penurunan suku bunga, OJK juga melihat masih terdapat ruang bagi sektor jasa keuangan untuk lebih berkontribusi dalam memacu pertumbuhan ekonomi domestik dengan mengakselerasi penyaluran dana. "OJK masih terus mencermati perkembangan risiko pasar seiring dengan pelaksanaan normalisasi kebijakan moneter di AS dan Eropa," tandasnya.
Seiring dengan penguatan ekonomi AS tersebut, The Fed diekspektasikan akan menaikkan Federal Fund Rate (FFR) atau suku bunga acuan AS pada Desember 2017. The Fed juga telah memulai program normalisasi balance sheet-nya pada Oktober 2017.
"Sementara itu, pertumbuhan domestik diekspektasikan meningkat di semester kedua 2017 dengan tingkat inflasi yang terjaga," kata Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo di Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Selain itu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga kebijakannya berturut-turut pada Agustus dan September 2017. Di pasar keuangan domestik, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan yield Surat Berharga Negara (SBN) terus melanjutkan penguatan pada September 2017.
Dia melanjutkan, di tengah terjadinya net sell nonresiden sebesar Rp11,2 triliun, IHSG masih meningkat sebesar 0,6% mtm ditopang oleh investor domestik. Sementara itu, investor nonresident masih mencatatkan net buy di pasar SBN sebesar Rp34,2triliun (ytm: net buy Rp153,5triliun). Hal ini mendorong yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 15,1 bps, 14,6 bps dan 24,8bps.
Adapun kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan berada pada level yang moderat. Kredit perbankan September 2017 tumbuh sebesar 7,86% yoy dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 8,16% yoy. Dari sisi penghimpunan dana, kinerja penghimpunan dana LJK cukup solid.
"Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan per Agustus 2017 tumbuh sebesar 11,69% yoy. Sementara itu, pertumbuhan premi asuransi jiwa tercatat meningkat menjadi 37,8% yoy serta pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi juga meningkat menjadi 4,35% yoy," paparnya.
Sementara itu, pada periode Januari-September 2017 terdapat 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal dengan nilai sebesar Rp182,2 triliun atau meningkat sebesar 32,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Dari 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana tersebut, terdapat 29 emiten baru sehingga target 21 emiten baru di 2017 telah tercapai.
Anto menyebut, di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko Lembaga Jasa Keuangan (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) pada level yang manageable. Risiko kredit terpantau menurun pada September 2017. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross tercatat membaik menjadi 2,93% dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga terus membaik menjadi 3,18%.
Ke depan, OJK melihat proses pemulihan ekonomi global semakin solid dan akan berdampak positif pada kinerja perkononomian domestik dan sektor jasa keuangan Indonesia.
Seiring dengan tren penurunan suku bunga, OJK juga melihat masih terdapat ruang bagi sektor jasa keuangan untuk lebih berkontribusi dalam memacu pertumbuhan ekonomi domestik dengan mengakselerasi penyaluran dana. "OJK masih terus mencermati perkembangan risiko pasar seiring dengan pelaksanaan normalisasi kebijakan moneter di AS dan Eropa," tandasnya.
(akr)