Indonesia Optimistis Menatap 2018

Jum'at, 27 Oktober 2017 - 10:52 WIB
Indonesia Optimistis...
Indonesia Optimistis Menatap 2018
A A A
MAGELANG - Sejumlah kalangan menatap optimistis perekonomian tahun depan. Target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4% diyakini tercapai jika dibarengi sinergi antara pemerintah, swasta, BUMN, perguruan tinggi, dan media massa.

Salah satu pendorong pertumbuhan tahun depan berasal dari sektor ekonomi digital. Sektor ini diharapkan dapat mendorong masyarakat dalam menemukan bisnis baru yang lebih efisien. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan ekonomi digital dari sisi pasar dan jumlah penduduk usia muda yang lebih banyak dari bonus demografi.

"Yang diperlukan adalah eksekusi dari implementasi ekonomi digital tersebut. Segala macam aktivitas digitalisasi tidak bisa dihindari lagi," ujar Rudiantara di sela-sela acara Indonesia Leaders Forum: Economic Preview 2018 yang digelar KORAN SINDO dan Sindonews di Plataran Heritage Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (26/10/2017).

Rudiantara menambahkan, ke depan semua layanan dari berbagai sektor akan semakin berkembang ke arah digital. Tren tersebut mulai disambut perusahaan-perusahaan dengan menyiapkan diri, bahkan ada yang sudah terjun ke digitalisasi.

Pada acara tersebut, selain Rudiantara juga hadir Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara, staf ahli Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Prahoro Nurtjahjo serta Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT). Pada diskusi yang dipandu mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati dan Direktur Biro Riset Infobank Eko B Supriyanto itu hadir pula para pemimpin bisnis dari kalangan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), akademisi, dan sejumlah kepala daerah.

Pada paparannya, Rudiantara meyakini bahwa perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia kini mulai sadar dan menuju ke arah digitalisasi. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa terdongkrak dengan pesatnya perkembangan ekonomi digital. "Saya optimistis mereka (korporasi) sudah aware dan saya yakin target ekonomi sebesar 5,4% di 2018 akan tercapai kalau utilisasi digital lebih tumbuh lebih baik lagi," tegasnya.

Menurut pria yang akrab dengan sapaan Chief RA itu, pergerakan ekonomi digital di Indonesia kedepan akan luar biasa dan bisa menjadi pusat ekonomi digital. "Dari studi yang di buat, kita punya target USD130 miliar di 2020," ucapnya.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama yang logis dan strategis dalam meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia tahun depan. Strategi tersebut bertujuan menarik investasi serta mendorong keseimbangan pertumbuhan ekonomi di pusat dan daerah.

"Kami dari PUPR diamanatkan tiga hal, yakni konektivitas dalam hal ini pembangunan jalan, ketahanan air dan pangan dengan pembangunan waduk, dan program satu juta rumah," ujarnya.

Menurut Basuki, tantangan pembangunan infrastruktur selama periode 2015-2019 adalah disparitas antarwilayah dan kawasan yang masih tinggi. Selain itu masih lemahnya daya saing nasional akibat keterbatasan dukungan infra struktur. "Sumber daya juga belum dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk bekerja keras meningkatkan daya saing Indonesia sekaligus untuk mengejar ketertinggalan," ungkapnya.

Basuki melanjutkan, Kementerian PUPR siap mendukung pengembangan potensi di daerah terutama yang mendukung sektor pariwisata. Salah satunya dengan mendanai program pembangunan fisik, khususnya akses jalan.

Pada kesempatan yang sama, Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya alam berlimpah. Anugerah tersebut harus diolah agar memberikan manfaat ekonomi yang lebih baik dan membuka lapangan kerja. "Indonesia memiliki sumber daya melimpah. Kita harus jadi bangsa yang mampu menciptakan nilai tambah," kata HT.

Dia menyampaikan sering kali sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia langsung dijual atau diekspor dalam bentuk mentah, sementara aktivitas nilai tambah pada akhirnya terjadi di negara lain. Pada kesempatan itu, HT juga mengingatkan perlunya Indonesia membangun infrastruktur digital. Hal tersebut dibutuhkan untuk komunikasi yang lebih cepat sehingga lebih efisien dalam bekerja.

HT melanjutkan, dalam perkembangan saat ini, ekonomi digital menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan. Menurut dia, dalam pengembangan ekonomi digital ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu network dalam hal ini internet dan aplikasi yang di dalamnya memuat konten.

Terkait target pertumbuhan ekonomi 2018, HT mengatakan, angkanya diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini. Namun tahun depan, momen pilkada di 171 provinsi, kabupaten/kota, sehingga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Sebagian dilakukan di provinsi besar. Jadi akan ada banyak aktivitas ekonomi yang akan digalakkan oleh pemerintah daerah nanti. Ini mengimbangi juga daya beli yang menurun. Mudah-mudahan kita masih bisa berkembang dengan baik dan juga di 2019 semestinya begitu," ujarnya.

Tantangan SDM
Rudiantara mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dimasa mendatang, masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi. Di antaranya terkait human capital talent sehingga dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang bertalenta. "Kita masih kekurangan untuk coding,” ungkapnya.

Dari sisi perpajakan, menurut Rudiantara, pemerintah perlu memikirkan agar ekonomi digital tidak hanya berkembang, tetapi juga berkontribusi terhadap negara. "Bagaimana kita akan memajaki segala aktivitas ekonomi yang melalui digital ini? Apakah sama dengan pajak lain? Inilah yang harus dipikirkan," katanya.

Chief RA juga mengungkapkan, yang tidak kalah penting adalah membangun infrastruktur komunikasi dan perlindungan konsumen. Dalam hal infrastruktur, ada dua sektor yang harus di kembangkan, yaitu perangkat (device) dan jaringan (network).

Pentingnya mengembangkan SDM juga diakui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara. Menurutnya, pengembangan menjadi penting agar dapat mengambil alih teknologi secara cepat. "Untuk menerapkan teknologi, kita perlu membangun SDM yang kompeten karena itu yang menjadi penggerak utama," tuturnya.

Dia menambahkan, Kemenperin juga berupaya untuk terus meningkatkan nilai tambah industri. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu dalam pengembangan manufaktur. "Salah satunya dengan penda laman struktur industri," ujarnya.

Adapun untuk industri padat karya, saat ini Indonesia memasuki revolusi industri generasi keempat dan siap masuk ke industri 4.0 untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi. Saat ini, menurut dia, sedang dilakukan pemetaan industri yang memang sudah siap menghadapi industri 4.0.

Menurutnya, sejumlah sektor industri nasional yang siap menghadapi industri 4.0 karena telah menerapkan teknologi manufaktur yang modern, di antaranya industri semen, petrokimia, automotif, serta makanan dan minuman.

"Industri 4.0 di mana teknologi menjadi penting untuk menciptakan efisiensi. Secara garis besar, revolusi industri 4.0 mengintegrasikan dunia online dengan lini produksi di industri di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama," ungkapnya.

Sementara itu staf ahli Kementerian ESDM Prahoro Nurtjahjo mengatakan, dalam hal pembangunan energi, pemerintah telah menerapkan strategi untuk mewujudkan energi berkeadilan. Salah satunya dengan menerapkan subsidi energi yang lebih adil dan tepat sasaran. "Subsidi yang seharusnya diberikan untuk rakyat berubah fungsinya menjadi pembangunan infrastruktur. Inilah yang akan kita coba bagaimana agar subsidi bermanfaat dalam jangka panjang sehingga bisa berkesinambungan ke depannya," ungkapnya.

Adapun dalam program kelistrikan, Kementerian ESDM berupa melakukan percepatan elektrifikasi di pedesaan di Tanah Air. Selama 72 tahun Indonesia merdeka, menurut dia, masih ada wilayah-wilayah yang belum terjangkau listrik.

"Pemerintah menargetkan untuk melistriki 2.510 desa hingga akhir 2019. Hingga September kemarin, rasio elektrifikasi sudah mencapai 93,08%. Tentunya ini akan meningkatkan kualitas hidup dan mendorong ekonomi kreatif," tuturnya.

Di sisi lain, pemerintah juga berupaya mewujudkan BBM satu harga untuk seluruh Indonesia. Ini bertujuan agar penyaluran BBM bisa dirasakan sama di seluruh Indonesia. "Tahun ini ada 54 titik lokasi BBM satu harga di daerah 3T, terluar, terdepan, dan tertinggal. Kita targetkan tahun 2018 mencapai 150 titik sehingga kegiatan perekonomian bisa tumbuh di daerah tersebut," kata Prahoro.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4358 seconds (0.1#10.140)