Ekspor Korsel Menguat Berkat Permintaan Chip Memori

Rabu, 01 November 2017 - 14:13 WIB
Ekspor Korsel Menguat...
Ekspor Korsel Menguat Berkat Permintaan Chip Memori
A A A
SEOUL - Penjualan chip memori yang melonjak membantu ekspor Korea Selatan (Korsel) pada Oktober menguat berturut-turut dalam 12 bulan. Hal ini bukti bahwa ekonomi terbesar keempat di Asia ini sedang meningkatkan penjualan.

Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (1/11/2017), pertumbuhan pengiriman yang dimoderasi pada Oktober melampaui September dalam hal rata-rata ekspor per hari kerja, yang menyoroti aktivitas bisnis yang cepat.

"Ekspor Oktober menunjukkan fundamental kuat. Mengingat berkurangnya efek low-base, dan hanya 18 hari kerja, Oktober membaik," kata Stephen Lee, ekonom Meritz Securities.

Ekspor tumbuh 7,1% jauh di bawah pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 35%. Namun, rata-rata ekspor per hari kerja mencapai USD2,5 miliar atau lebih tinggi dari September sebesar USD2,35 miliar.

Korea Selatan merayakan liburan Chuseok tahunan dari 2-9 Oktober, mengutrangi jumlah hari kerja dari 23,5 pada September sampai 18. Ekspor Korsel tak terduga menguat untuk chip memori.

Ekspor Korsel ke China melonjak 13,5% dari tahun lalu, membukukan pertumbuhan dua digit untuk bulan ketiga berturut-turut, karena permintaan barang setengah jadi termasuk chip memori dan produk petrokimia tetap kuat. Pengiriman ke Amerika Serikat turun 12%, karena ekspor mobil dan mesin melambat.

Sementara, impor melonjak 7,4% pada tahun ini, di bawah perkiraan analis yang sebesar 11,5% dan juga moderat dari pertumbuhan September sebesar 22,6%.

Indeks harga konsumen naik 1,8% pada Oktober dari tahun lalu, di bawah 1,9% dari yang diproyeksikan dalam survei Reuters, dan berada di bawah target Bank of Korea (BOK) sebesar 2%.

Inflasi yang rendah tersebut dapat menimbulkan keraguan baru tentang langkah bank sentral berikutnya mengingat pelaku pasar telah memperkirakan bank tersebut akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam tahun pada pertemuan 30 November.

"Tekanan inflasi tidak kuat, dan sekarang tampaknya tidak ada kebutuhan mendesak untuk kenaikan suku bunga," kata Lee Sang-jae, seorang ekonom di Eugene Investment & Securities.

Lee mengatakan bahwa dia masih melihat kenaikan pada pertemuan bank pada November, namun mengakui bahwa BOK dapat bertindak lebih lambat dari perkiraan karena inflasi yang lebih lambat memicu keraguan baru mengenai momentum pertumbuhan ekonomi.

Dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan pada 27 Oktober, 11 dari 13 ekonom mengatakan bahwa mereka melihat BOK menaikkan tingkat polis sebesar 25 basis poin dari rekor rendah 1,25% pada akhir pertemuan November.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9379 seconds (0.1#10.140)